Madrasah Aliyah Nurussyahid (MANUSA) adalah Sekolah Menengah Atas Setingkat SMA/SMK, Yang berdiri 2013 dengan Unggulan Magang dan Mahir Bahasa Jepang


Niat yang baik akan menghasilkan prasangka yang baik, Prasangka yang baik akan menghasilkan Aqidah yang baik dan Aqidah yang baik akan menghasilkan Akhir yang baik (Khusnul Khotimah). Hidup ini adalah Perjuangan, perjuangan perlu pengorbanan, pengorbanan perlu kecintaan, kecintaan perlu kesungguhan dalam Do'a dan Ikhtiar yang seimbang. kecintaan perlu keikhlasan dan keikhlasan perlu kesabaran, maka Allah berfirman Jadikan Sabar dan Sholat sebagai penolongmu melalui petunjuk sang Guru Mursyid.

2023/08/13

MENGENAL BIOGRAFI BUNG TOMO ATAU SUTOMO

 


 MENGENAL BIOGRAFI BUNG TOMO ATAU SUTOMO

Bung Tomo atau Sutomo, begitulah rakyat Indonesia mengenal salah satu pahlawan nasional Indonesia Dari Surabaya. Bung Tomo adalah salah satu tokoh penting yang mengobarkan semangat rakyat melawan Belanda melalui pidatonya yang berapi api ketika pertempuran 10 november di Surabaya. Berikut profil dan biografi bung Tomo.

Biografi Bung Tomo (Sutomo)

Daftar Isi

Biodata Bung Tomo (Sutomo)

Nama : Bung Tomo / Sutomo

Lahir : Surabaya, 3 Oktober 1920

Wafat : Mekkah, Arab Saudi, 7 Oktober 1981

Orang Tua : Kartawan Tjiptowidjojo (ayah), Subastita (ibu)

Istri : Sulistina Sutomo

Anak : Bambang Sulistomo

Biografi Bung Tomo (Sutomo)

Bung Tomo atau Sutomo dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 3 Oktober 1920 tepatnya di Kampung Blauran, di pusat kota Surabaya.

Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas menengah. Pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sebagai staf pribadi di sebuah perusahaan swasta. Dan sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda.

Ia mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro yang dikebumikan di Malang. Ibunya bernama Subastita, memiliki darah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura.

Masa Kecil

Ayahnya adalah seorang serba bisa. Ia pernah bekerja sebagai polisi di kotapraja, dan pernah pula menjadi anggota Sarekat Islam, sebelum ia pindah ke Surabaya dan menjadi distributor lokal untuk perusahaan mesin jahit Singer.

Sutomo dibesarkan di rumah yang sangat menghargai pendidikan. Ia berbicara dengan terus terang dan penuh semangat. Ia suka bekerja keras untuk memperbaiki keadaan.

Pendidikan Bung Tomo

Mengenai riwayat pendidikan Bung Tomo, ia pernah bersekolah di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) yang setara SMP. Namun, pada usia 12 tahun ia terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO.

Dalam Biografi Bung Tomo, diketahui bahwa Sutomo melakukan berbagai pekerjaan kecil-kecilan untuk mengatasi dampak depresi yang melanda dunia saat itu.

Belakangan ia menyelesaikan pendidikan sekolah HBS (Hogereburgerschool) lewat korespondensi, namun tidak pernah resmi lulus.

Sutomo kemudian bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Belakangan Sutomo menegaskan bahwa filsafat kepanduan, ditambah dengan kesadaran nasionalis yang diperolehnya dari kelompok ini dan dari kakeknya, merupakan pengganti yang baik untuk pendidikan formalnya.

Pada usia 17 tahun, ia menjadi terkenal ketika berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda. Sebelum pendudukan Jepang pada 1942, peringkat ini hanya dicapai oleh tiga orang Indonesia.

Sutomo pernah menjadi seorang jurnalis yang sukses. Kemudian ia bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial. Ketika ia terpilih pada 1944 untuk menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru yang disponsori Jepang, hampir tak seorang pun yang mengenal dia.

Biografi Bung Tomo (Sutomo), Kisah Heroik Pahlawan Indonesia Dari Surabaya

Tokoh Penting Pertempuran Surabaya

Namun semua ini mempersiapkan Sutomo untuk peranannya yang sangat penting, ketika pada Oktober dan November 1945, ia menjadi salah satu Pemimpin yang menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya.

Pada waktu itu Surabaya diserang habis-habisan oleh tentara-tentara NICA. Sutomo terutama sekali dikenang karena seruan-seruan pembukaannya di dalam siaran-siaran radionya yang penuh dengan emosi.

Meskipun Indonesia kalah dalam Pertempuran 10 November itu, kejadian ini tetap dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia.

Biografi Bung Tomo (Sutomo), Kisah Heroik Pahlawan Indonesia Dari Surabaya

 

Dalam biografi Bung Tomo diketahui bahwa setelah kemerdekaan Indonesia, Sutomo sempat terjun dalam dunia politik pada tahun 1950-an, namun ia tidak merasa bahagia dan kemudian menghilang dari panggung politik.

Pada akhir masa pemerintahan Soekarno dan awal pemerintahan Suharto yang mula-mula didukungnya, Sutomo kembali muncul sebagai tokoh nasional.

Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata

Padahal, berbagai jabatan kenegaraan penting pernah disandang Bung Tomo. Ia pernah menjabat Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial Ad Interim pada 1955-1956 di era Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap.

 

Bung Tomo juga tercatat sebagai anggota DPR pada 1956-1959 yang mewakili Partai Rakyat Indonesia. Namun pada awal 1970-an, ia kembali berbeda pendapat dengan pemerintahan Orde Baru.

Mengkritik Soeharto

Ia berbicara dengan keras terhadap program-program Suharto sehingga pada 11 April 1978 ia ditahan oleh pemerintah Indonesia yang tampaknya khawatir akan kritik-kritiknya yang keras.

Baru setahun kemudian ia dilepaskan oleh Suharto. Meskipun semangatnya tidak hancur di dalam penjara, Sutomo tampaknya tidak lagi berminat untuk bersikap vokal.

Ia masih tetap berminat terhadap masalah-masalah politik, namun ia tidak pernah mengangkat-angkat peranannya di dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Ia sangat dekat dengan keluarga dan anak-anaknya, dan ia berusaha keras agar kelima anaknya berhasil dalam pendidikannya.

Sutomo sangat bersungguh-sungguh dalam kehidupan imannya, namun tidak menganggap dirinya sebagai seorang Muslim saleh, ataupun calon pembaharu dalam agama.

Bung Tomo Wafat

Pada 7 Oktober 1981 ia meninggal dunia di Padang Arafah, ketika sedang menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan tradisi untuk memakamkan para jemaah haji yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci.

bung tomo, pahlawan, biografi

Jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.

Gelar Pahlawan Nasional

 

Setelah pemerintah didesak oleh Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Fraksi Partai Golkar (FPG) agar memberikan gelar pahlawan kepada Bung Tomo pada 9 November 2007.

Akhirnya gelar pahlawan nasional diberikan ke Bung Tomo bertepatan pada peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November 2008. Keputusan ini disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia Bersatu, Muhammad Nuh pada tanggal 2 November 2008 di Jakarta.

Beri Rating Artikel Ini

Artikel diambil dari Biografiku.com. Silahkan di copy sebagai bahan referensi, Mohon cantumkan sumber

https://www.biografiku.com/biografi-bung-tomo-sutomo-pahlawan-indonesia.

 

Share:

BIOGRAFI BAPAK PROKLAMATOR INDONESIA BAPAK Dr. (H.C) DRS. H. MOHAMMAD HATTA (BUNG HATTA)


 BIOGRAFI BAPAK PROKLAMATOR INDONESIA BAPAK 

Dr. (H.C) DRS. H. MOHAMMAD HATTA (BUNG HATTA)

Nama Lengkap

Dr. (H.C) Drs. H. Mohammad Hatta  Alias Bung Hatta

Agama Islam

Tempat Lahir Bukittinggi, Sumatera Barat

Tanggal Lahir Selasa, 12 Agustus 1902

Zodiak Leo

Warga Negara Indonesia

Istri Rahmi Rachim Anak Meutia Farida Hatta Swasono, Gemala Hatta, Halida Hatta

Biografi

Dr. H. Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902. Pria yang akrab disapa dengan sebutan Bung Hatta ini merupakan pejuang kemerdekaan RI yang kerap disandingkan dengan Soekarno. Tak hanya sebagai pejuang kemerdekaan, Bung Hatta juga dikenal sebagai seorang organisatoris, aktivis partai politik, negarawan, proklamator, pelopor koperasi, dan seorang wakil presiden pertama di Indonesia.

Kiprahnya di bidang politik dimulai saat ia terpilih menjadi bendahara Jong Sumatranen Bond wilayah Padang pada tahun 1916. Pengetahuan politiknya berkembang dengan cepat saat Hatta sering menghadiri berbagai ceramah dan pertemuan-pertemuan politik. Secara berkelanjutan, Hatta melanjutkan kiprahnya terjun di dunia politik. 

Sampai pada tahun 1921 Hatta menetap di Rotterdam, Belanda dan bergabung dengan sebuah perkumpulan pelajar tanah air yang ada di Belanda, Indische Vereeniging. Mulanya, organisasi tersebut hanyalah merupakan organisasi perkumpulan bagi pelajar, namun segera berubah menjadi organisasi pergerakan kemerdekaan saat tiga tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumu) bergabung dengan Indische Vereeniging yang kemudian berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).

Di Perhimpunan Indonesia, Hatta mulai meniti karir di jenjang politiknya sebagai bendahara pada tahun 1922 dan menjadi ketua pada tahun 1925. Saat terpilih menjadi ketua PI, Hatta mengumandangkan pidato inagurasi yang berjudul "Struktur Ekonomi Dunia dan Pertentangan Kekuasaan".

Dalam pidatonya, ia mencoba menganalisa struktur ekonomi dunia yang ada pada saat itu berdasarkan landasan kebijakan non-kooperatif. Hatta berturut-turut terpilih menjadi ketua PI sampai tahun 1930 dengan perkembangan yang sangat signifikan dibuktikan dengan berkembangnya jalan pikiran politik rakyat Indonesia.

Sebagai ketua PI saat itu, Hatta memimpin delegasi Kongres Demokrasi Internasional untuk perdamaian di Berville, Perancis, pada tahun 1926. Ia mulai memperkenalkan nama Indonesia dan sejak saat itu nama Indonesia dikenal di kalangan organisasi-organisasi internasional. Pada tahun 1927, Hatta bergabung dengan Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme di Belanda dan berkenalan dengan aktivis nasionalis India, Jawaharhal Nehru.

Aktivitas politik Hatta pada organisasi ini menyebabkan dirinya ditangkap tentara Belanda bersama dengan Nazir St. Pamontjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul madjid Djojodiningrat sebelum akhirnya dibebaskan setelah ia berpidato dengan pidato pembelaan berjudul: Indonesia Free. 

Selanjutnya pada tahun 1932, Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia dengan adanya pelatihan-pelatihan.

Pada tahun 1933, Soekarno diasingkan ke Ende, Flores. Aksi ini menuai reaksi keras oleh Hatta. Ia mulai menulis mengenai pengasingan Soekarno pada berbagai media. Akibat aksi Hatta inilah pemerintah kolonial Belanda mulai memusatkan perhatian pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia dan menangkap pimpinan para pimpinan partai yang selanjutnya diasingkan ke Digul, Papua.

Pada masa pengasingan di Digul, Hatta aktif menulis di berbagai surat kabar. Ia juga rajin membaca buku yang ia bawa dari Jakarta untuk kemudian diajarkan kepada teman-temannya. Selanjutnya, pada tahun 1935 saat pemerintahan kolonial Belanda berganti, Hatta dan Sjahrir dipindahlokasikan ke Bandaneira. Di sanalah, Hatta dan Sjahrir mulai memberi pelajaran kepada anak-anak setempat dalam bidang sejarah, politik, dan lainnya.

Setelah delapan tahun diasingkan, Hatta dan Sjahrir dibawa kembali ke Sukabumi pada tahun 1942. Selang satu bulan, pemerintah kolonial Belanda menyerah pada Jepang. Pada saat itulah Hatta dan Sjahrir dibawa ke Jakarta.

Pada awal Agustus 1945, nama Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan berganti nama menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dengan Soekarno sebagai Ketua dan Hatta sebagai Wakil Ketua.

Sehari sebelum hari kemerdekaan dikumandangkan, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengadakan rapat di rumah Admiral Maeda. Panitia yang hanya terdiri dari Soekarno, Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti tersebut merumuskan teks proklamasi yang akan dibacakan keesokan harinya dengan tanda tangan Soekarno dan Hatta atas usul Soekarni.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 di jalan Pagesangan Timur 56 tepatnya pukul 10.00 kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia. Keesokan harinya, pada tanggal 18 Agustus 1945 Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dan Hatta sebagai Wakil Presiden.

Berita kemerdekaan Republik Indonesia telah tersohor sampai Belanda. Sehingga, Belanda berkeinginan kembali untuk menjajah Indonesia. Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia, pemerintahan Republik Indonesia dipindah ke Jogjakarta. Ada dua kali perundingan dengan Belanda yang menghasilkan perjanjian linggarjati dan perjanjian Reville. Namun, kedua perjanjian tersebut berakhir kegagalan karena kecurangan Belanda.

Pada Juli 1947, Hatta mencari bantuan ke India dengan menemui Jawaharhal Nehru dan Mahatma Gandhi. Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan melakukan protes terhadap tindakan Belanda dan agar dihukum pada PBB. Banyaknya kesulitan yang dialami oleh rakkyat Indonesia memunculkan aksi pemberontakan oleh PKI sedangkan Soekarno dan Hatta ditawan ke Bangka. Selanjutnya kepemimpinan perjuangan dipimpin oleh Jenderal Soedirman.

Perjuangan rakyat Indonesia tidak sia-sia. Pada tanggal 27 desembar 1949, Ratu Juliana memberikan pengakuan atas kedaulatan Indonesia kepada Hatta.

Setelah kemerdekaan mutlak Republik Indonesia, Hatta tetap aktif memberikan ceramah-ceramah di berbagai lembaga pendidikan. Dia juga masih aktif menulis berbagai macam karangan dan membimbing gerakan koperasi sesuai apa yang dicita-citakannya. Tanggal 12 Juli 1951, Hatta mengucapkan pidato di radio mengenai hari jadi Koperasi dan selang hari lima hari kemudian dia diangkat menjadi Bapak Koperasi Indonesia.

Hatta menikah dengan Rachim Rahmi pada tanggal 18 November 1945 di desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Pasangan tersebut dikaruniai tiga orang putri yakni Meutia, Gemala, dan Halida.

Pada tanggal 14 Maret 1980 Hatta wafat di RSUD dr. Cipto Mangunkusumo. Karena perjuangannya bagi Republik Indonesia sangat besar, Hatta mendapatkan anugerah tanda kehormatan tertinggi "Bintang Republik Indonesia Kelas I" yang diberikan oleh Presiden Soeharto.

Riset dan analisa oleh Atiqoh Hasan.

Pendidikan

·       Nederland Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda (1932)

·       Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School, Batavia (1921)

·       Meer Uirgebreid Lagere School (MULO), Padang (1919)

·       Europeesche Lagere School (ELS), Padang, 1916

·       Sekolah Dasar Melayu Fort de kock, Minangkabau (1913-1916)

Karir

·       Ketua Panitia Lima (1975)

·       Penasihat Presiden dan Penasehat Komisi IV (1969)

·       Dosen Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta (1954-1959)

·       Dosen Sesko Angkatan darat, Bandung (1951-1961)

·       Wakil Presiden, Perdana menteri, dan Menteri Luar Negeri NKRIS (1949-1950)

·       Ketua delegasi Indonesia Konferensi Meja Bundar, Den Haag (1949)

·       Wakil Presiden, Perdana Menteri, dan Menteri Pertahanan (1948-1949)

·       Wakil Presiden RI pertama (1945)

·       Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia (1945)

·       Wakil Ketua Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia (1945)

·       Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (1945)

·       Kepala Kantor Penasehat Bala Tentara Jepang (1942)

·       Ketua Panitia Pendidikan Nasional Indonesia (1934-1935)

·  Wakil Delegasi Indonesia Liga Melawan Imperialisme dan Penjajahan, Berlin (1927-1931)

·       Ketua Perhimpunan Indonesia, Belanda (1925-1930)

·       Bendahara Jong Sumatranen Bond, Jakarta (1920-1921)

·       Bendahara Jong Sumatranen Bond, Padang (1916-1919)

·       Partai Nasional Indonesia

Organisasi:

·       Club pendidikan Nasional Indonesia

·       Liga menentang Imperialisme

·       Perhimpunan Hindia

·       Jong Sumatranen Bond

Penghargaan

·       Pahlawan Nasional

·       Bapak koperasi Indonesia

·       Doctor Honoris Causa, Universitas Gadjah Mada, 1965

·       Proklamator Indonesia

·       The Founding Father's of Indonesia 

https://www.merdeka.com/mohammad-hatta/profil

 

Share:

BIOGRAFI BAPAK PROKLAMATOR INDONESIA IR. SOEKARNO BIN RADEN SOEKEMI SOSRODIHARJO

 

 BIOGRAFI BAPAK PROKLAMATOR INDONESIA 

IR. SOEKARNO

Soekarno adalah salah satu tokoh terpenting dalam sejarah Indonesia. Soekarno lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya, Jawa Timur, dan wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Jakarta. Soekarno memiliki peran penting dalam kemerdekaan Indonesia yaitu sebagai proklamator kemerdekaan Indonesia dan presiden pertama Indonesia.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui mengenai biografi Soekarno:

Keluarga dan Pendidikan

Soekarno lahir dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai pada tanggal 6 Juni 1901. Ayahnya adalah seorang guru di sekolah dasar berdarah Jawa dan ibunya adalah putri dari keluarga bangsawan Bali. Soekarno merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Masa kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulungagung, Jawa Timur. Selanjutnya Soekarno memasuki sekolah dasar di Eerste Inlandse School di Mojokerto dan pada tahun 1911, Soekarno pindah ke Europeesche Lagere School.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Soekarno melanjutkan pendidikan di HBS (Hogere Burger School) di Surabaya. Soekarno tinggal bersama H.O.S Cokroaminoto sang pemimpin organisasi pergerakan Syarekat Islam (SI). Ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke jurusan teknik sipil di THS (Technische Hoogeschool) Bandung pada tahun 1921 dan mendapatkan gelar insinyur sipil (Ir.) pada tahun 1927.

Kehidupan Politik

Soekarno mulai aktif di dunia politik sejak tinggal di Surabaya. Pemikirannya dipengaruhi H.O.S Cokroaminoto dan teman seperjuangan seperti Alimin, Musso, Darsono, Haji Agus Salim dan Abdul Muis. Soekarno muda juga sudah aktif di organisasi Tri Koro Dharmo dan menulis tulisan di harian Oetoesan Hindia.

Pada masa pendidikan di THS dengan didirikannya Algemene Study Club pada tahun 1926 yang nantinya menjadi cikal bakal PNI. Pada 1929, karena aktivitas politiknya Soekarno ditangkap dan diasingkan ke Ende, Flores, karena dianggap terlibat dalam gerakan nasionalis yang dianggap merusak ketertiban kolonial. Selama masa pengasingan, Soekarno banyak menulis esai dan pidato yang menginspirasi gerakan kemerdekaan Indonesia.

Pada tahun 1930, Soekarno dipindahkan ke penjara Sukamiskin. Soekarno bisa bebas dari penjara setelah membacakan pledoinya berjudul Indonesia Menggugat dihadapan pemerintah Hindia Belanda, anggota PNI dan masyarakat umum.

Perjuangan Soekarno pada Masa Penjajahan Jepang

Soekarno dibebaskan dari penahanan pada tahun 1942. Pada awalnya, Soekarno mendukung kedatangan Jepang. Kebijakan pendirian organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI menjadi pengaruh Jepang untuk mengajak kaum nasionalis bergabung.

Proklamasi Kemerdekaan

Pada masa kemerdekaan, Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamirkan kemerdekaan sebagai bentuk lepasnya Indonesia dari belenggu kolonialisme. Ia ditunjuk menjadi presiden pertama Indonesia dan memimpin Indonesia hingga tahun 1967. Selama memerintah, Soekarno memperjuangkan kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia.

Masa Jabatan Presiden Soekarno

Selama menjabat sebagai presiden, Soekarno memiliki banyak prestasi di dunia internasional. Beberapa keberhasilan yang diraih suksesnya Konferensi Asia Afrika (KAA), pembentukan Gerakan Non Blok (GNB) dan hubungan diplomatik dengan negara besar seperti Uni Soviet dan Tiongkok.

Pada periode 1963 hingga 1966, Soekarno menyulut ketegangan dengan Malaysia dengan alasan tidak menyetujui penggabungan Federasi Malaya yang terdiri dari Malaysia, Singapura dan koloni kerajaan Inggris.

Akhir Hidup

Pada tahun 1965 terjadi insiden G30S yang menjadi awal kemunduran kepemimpinan Soekarno. Akibat G30S kondisi Indonesia tidak stabil yang mengharuskan Soekarno bertindak mengeluarkan surat perintah Sebelas Maret (Supersemar). Dari Surat inilah kemudian mandat kepemimpinan berpindah ke Soeharto hingga secara resmi 1967 presiden Soekarno digantikan oleh Soeharto. Ia meninggal pada tanggal 21 Juni 1970 di Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.

https://sma13smg.sch.id/materi/biografi-soekarno/

Share:

NASEHAT MBAH MOEN BUAT KITA SEMUA

Translate

KUMPULAN KITAB TERJEMAHAN


Foto Kepala MA Nurussyahid Kertajati dengan Gus Sauqi Putra Abah KH. Ma'ruf Amin (Wakil Presiden RI)

KEPALA MA BERSAMA PARA PURNAWIRAWAN TNI PADA ACARA MUNAJAT RAJAB

SANTRI MA NURUSSYAHID KERTAJATI PADA ACARA MUNAJAT RAJAB 1440 H

KUNJUNGAN SULTAN SEPUH KE YAYASAN