Syaikh Ahmad bin Ali Bin Yahya Al-Badawi
lahir di Kota Fes, Maroko pada tahun 596 H./1199 M adalah seorang imam sufi,
wali kutub dan mu'asis thariqah Al-Badawiyah. Beliau dijuluki Al-Badawi selalu
menutup wajahnya seperti kebiasaan Arab Badui. Kakek beliau sebelumnya bermukim
di Jazirah Arab. Kakek beliau datang di Fes Maroko akibat semakin brutalnya
aksi Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi terhadap kalangan Alawiyin
Syekh Al-Sayyid Ahmad Al-Badawi
tergolong Wali Allah yang menempati maqam Quthb al-Awliya al-Ghauts al-‘Adzhim,
ahli Futuwwah terbesar di Mesir, yang kemasyhurannya dikenal oleh banyak orang.
Beliau juga terkenal sebagai Wali pelindung anak-anak. Makamnya di kota Tanta
menjadi pusat ziarah utama di Mesir. Diyakini Allah Yang Maha Tinggi
mengabulkan doa-doa dari mereka yang berziarah di makamnya, lantaran berkah dan
karamah Wali Allah ini. Perayaan Maulid Syekh Ahmad al-Badawi senantiasa
dihadiri oleh setidaknya dua juta orang.
Syekh Ahmad Badawi adalah mu'asis
Tarekat Badawiyyah. Gelarnya banyak sekali, mencapai 29 buah gelar, diantaranya
adalah Syihabudiin, Al-Aqthab, Abu al-Fityah, Syaikh al-Arab, Qutb an-Nabawy,
Shahibul Barakat wa al-Karamat, dan sebagainya.
Nasab Al-Badawi dari jalur ayah sampai
kepada sayyidina Husein bin Ali, bin Fathimah Az-Az-Zahra' binti Rasulillah
shallallahu 'alaihi wa sallam. Berdasarkan kesepakatan ulama nasab, dan ahli
sejarah, Menurut penulis terkenal Muslim al-Sayyid Muhammad al Murtadā
-Zabīdī (w. 1205 H.), secara lengkap nasab beliau adalah Ahmad bin Ali
bin Yahya bin Isa bin Abu Bakar bin Ismail bin Umar bin Ali bin Utsman bin
Husein bin Muhammad bin Musa bin Yahya bin Isa bin Ali bin Muhammad bin Hasan
bin Ja'far Az-Zaky bin Ali Al-Hadi bin Muhammad al-Jawwad bin Ali Ridlo bin
Musa al-Kadhim bin Ja'far As-Shadiq bin Muhammad al-baqir bin Ali Zainal Abidin
bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
Al-Sayyid Ahmad al-Badawi adalah bungsu
dari tujuh anak dari al-Sayyid 'Alī (Radhiyallah Anhu). Saudara kandungnya
al-Hasan (yang tertua, lahir di 583 H), Muhammad, Fatimah, Zainab, Ruqayyah,
dan Fiddah.
Syekh Ahmad al-Badawi adalah anak bungsu
dari tujuh bersaudara. Ketika Syekh Ahmad Badawi berusia tujuh tahun, sang ayah
mendengar perintah Tuhan lewat mimpinya untuk pindah ke Mekah.Selama di Mekah
ini Syekh Ahmad Badawi yang usianya masih sekitar 12 tahun memperdalam ilmu
agamanya, dan berhasil menghafal al-Qur’an dan menguasai tujuh cara qira’at
atau bacaannya. Beliau mendalami fiqh mazhab Imam Syafi’i.
Beliau hijrah ke Mekah saat berumur 7
tahun (Tahun 603 H./1206 M), dimana perjalanan kesana memakan waktu empat
tahun, tiga tahun diantaranya beliau bermukim di Mesir. Di Mekah berdasarkan
sumber-sumber dari kalangan shufiyah, beliau selalu beristiqamah melakukan
thawaf semenjak kecil, setelah itu beliau masuk ke sebuah gua di gunung Abil
Qubais untuk melakukan Ibadah. Amalan ini beliau lakukan hingga belaiu berumur
38 tahun saat beliau melakukan safar ke Irak, bersama kakak kandungnya,
Hasan.
Saat di Mekah ini keluarga Syekh Ahmad
Badawi kedatangan seorang tamu misterius. Lelaki misterius ini, yang belum pernah
bertemu Syekh Ahmad Badawi, mengemukakan detail ciri-ciri, tanda-tanda, dan
kepribadian Syekh Badawi, dan bahkan mengutarakan berbagai kelebihannya dan
kedudukannya di masa depan. Menurut lelaki itu, “Aku bermimpi bertemu
Rasulullah saw, yang memberi tahuku bahwa dirinya (Syekh Ahmad Badawi) akan
dikaruniai sebaik-baik ahwal (keadaan spiritual), dan darinya akan lahir banyak
sebaik-baik rijal Allah (yakni Wali-wali Allah).” Bahkan lelaki misterius ini
mengatakan bahwa Syekh Ahmad Badawi akan selalu menutup mukanya (gelar Badawi
ini dikarenakan kebiasaannya menutup muka, seperti kebiasaan orang-orang badui
– atau badwi dalam bahasa Arab).Sejak masih remaja Syekh Ahmad Badawi
menunjukkan kemahirannya dalam menunggang kuda dan memainkan pedang. Pada periode
ini pula beliau sudah tertarik dengan ajaran Tasawuf.
Guru pertamanya adalah Syekh Abdul Jalil
ibn Abdurrahman an-Naisaburi. Beliau juga mendapat ijazah tarekat dari Syekh
al-Birri al-Iraqi, seorang mursyid Tarekat Rifaiyyah. Sesudah beberapa waktu
mendalami Tasawuf beliau lebih suka menyendiri dan berkhalwat. Riyadhah dan
mujahadahnya tergolong luar biasa. Menurut satu riwayat beliau pernah 40 hari
berpuasa tanpa putus. Selama riyadhah beliau tak pernah bicara dengan orang,
dan kalau bertemu orang beliau menggunakan bahasa isyarat. Seluruh tarikan
nafasnya diisi dengan zikir dan shalawat. Beliau juga sering berkhalwat di
Jabal Abu Qubais. Beliau juga tak pernah melepaskan tutup wajahnya. Ini
disebabkan beliau dikaruniai oleh cahaya ilahiah yang amat terang, sehingga
bahkan mata dan wajahnya memancarkan cahaya.
Pada suatu malam pada bulan Syawal 633
H, beliau dikunjungi oleh ruh Sulthan al-Awliya Syekh Abdul Qadir al-Jilani dan
Syekh Ahmad Rifa’i. Kedua Wali Allah agung itu menyuruh Syekh Ahmad Badawi pergi
ke Irak untuk menziarahi makam mereka dan juga makam wali-wali lain. Kemudian
bersama kakaknya, Syekh Hasan, beliau berangkat menuju ke Irak. Syekh Ahmad
Badawi menyempatkan diri berziarah ke Imam Musa al-Kazim, salah seorang
leluhurnya. Selama perjalanan ziarah ini beliau mengalami banyak penyingkapan
ilahiah dan anugerah berbagai ilmu rahasia ilahi yang tiada putus-putusnya.
Syekh Abdul Qadir al-Jilani dan Syekh
Ahmad Rifa’i akhirnya langsung menyambut beliau di alam arwah. Kedua wali agung
itu menawarkan kepada beliau kunci-kunci kerajaan spiritual di Irak, Yaman, Rum
(Turki), dan juga kunci kerajaan ruhani Timur dan Barat, karena keduanyalah
yang memegang kunci-kunci itu. Namun Syekh Badawi menolaknya karena beliau akan
mengambilnya langsung dari pemilik segala kunci, al-Fattah, yakni Allah
swt.Penolakan ini bukan lantaran ketidaksopanan atau penentangan, tetapi karena
pada saat itu Syekh Ahmad Badawi mengalami “jadzab”, tenggelam dalam kemabukan
Ilahi sehingga beliau hanya menyaksikan Allah dengan segala Keagungan dan
Keindahan-Nya.
Selepas melakukan perjalanan ziarah ke
makam-makam Wali Allah, Syekh Ahmad Badawi dan Syekh Hasan(Kakak Syekh Ahmad
Badawi) sempat diganggu dan diserang oleh para ahli sihir dan tenung. Tetapi
berkat pertolongan Allah melalui kekuatan spiritualnya semua gangguan itu bisa
diatasi. Syekh Ahmad Badawi kemudian menuju ke Umm Abidah, daerah asal
Syekh Ahmad Rifa’i. Setelah dari sini Syekh Hasan pulang ke Mekah, sedangkan
Syekh Ahmad Badawi melanjutkan ziarah ke makam Syekh Adi ibn Musafir
al-Hakkari, pendiri Tarekat Adawiyyah. Sesudah itu barulah beliau kembali ke
Mekah.
Kembali di Makkah al-Mukarramah,
al-Sayyid Ahmad al-Badawi (Radi Allah Anhu) melaporkan kepada saudaranya
al-Sayyid al-Hasan (Radi Allah Anhu) pada penawaran dari kunci ke kerajaan
rohani oleh dua kutub spiritual al -Syaikh 'Abd al-Qadir al-Jilani (Radi Allah
Anhu) dan al-Syaikh Ahmad al-Rifā'ī (Radi Allah Anhu).
" Al-Sayyid al-Hasan (Radi Allah
Anhu) kepada adiknya, "Sesungguhnya, mengundang orang ke jalan Allah
adalah kunci untuk kebaikan. Apa al-Syaikh 'Abd al-Qadir al-Jilani (Radi Allah
Anhu) dan al-Syaikh Ahmad al-Rifā'ī (Radi Allah Anhu) yang ingin adalah bahwa
Anda mengikuti jalan mereka dalam mengundang orang kepada Allah Dan jalan
mereka adalah tidak lain daripada mengikuti Quran dan Sunnah.. Ini adalah jalan
yang benar (ţarīqah) dalam Islam. "
Sayyid Ahmad al-Badawi (Radi Allah Anhu)
sependapat dengan dan menghargai penjelasan yang diberikan oleh kakaknya
al-Sayyid al-Hasan (Radi Allah Anhu).
Dia memiliki hati yang berani, dan
disebut al-Badawi karena gagap nya. Ketika karunia ilahi datang kepadanya, dia
tenggelam dalam penyerapan lengkap kepada Allah, hidupnya sepenuhnya berubah.
Ia diasingkan perusahaan orang; diadakan untuk diam, dan berkomunikasi hanya
melalui gerakan. (Satu baris ditinggalkan).
Dalam tidurnya ia melihat tiga kali
seseorang berkata, "Berdirilah dan pergi ke tempat matahari terbit. Jika
Anda mencapai sana, lalu pergi ke tempat matahari terbenam. Kemudian perjalanan
ke Tanta, karena pasti ini adalah tempat Anda, hai orang muda! "Ini dalam
Syawal, 633 H.
Dia pergi ke Irak di mana dia disambut
oleh Syaikh, baik yang hidup dan mati. Dia mengambil pada Kharqa diberkati sufi
melalui izin dari Syaikh Bari (Radi Allah Anhu) yang diterima dari Na'im
al-Baghdadi (Radi Allah Anhu) yang pada gilirannya menerima dari Syaikh Ahmad
al-Rafa'I (Radi Allah Anhu ), semoga Allah senang dengan mereka semua. Setelah
mencapai Tanta, al-Sayyid Ahmad al-Badawi (Radi Allah Anhu) tinggal di rumah seorang
pedagang dengan nama Rukain (juga dikenal sebagai Ruknuddīn) Shuhaiţ bin.
Al-Sayyid Ahmad al-Badawi (Radi Allah
Anhu) diterima dengan sangat baik di Tanta. Banyak orang datang mengunjunginya,
karena mereka diuntungkan dari kehadiran dan ajarannya, dan juga dari barākah
yang mengalir melalui dia. It " Dilaporkan bahwa al-Sayyid Ahmad al-Badawi
(Radi Allah Anhu) pernah berkata, "The spiritual orang miskin (al-fuqarā
') adalah seperti buah zaitun antara mereka adalah orang-orang besar dan di
antara mereka adalah orang-orang kecil.. Untuk mereka yang tidak memiliki
"minyak", Aku akan menjadi "minyak" Aku akan membantu
mereka dalam semua urusan mereka dan saya juga akan membantu mereka mengatasi
kesulitan mereka.. Tidak pada upaya sendiri dan kekuatan, tetapi melalui
barākah Nabi , semoga Allah pancuran berkat dan damai atas dia dan anggota
keluarganya. "
Di Irak beliau menziarahi berbagai kota
tempat bermukim atau bersemayamnya para ulama, diantaranya ke Kota Syaikh Ahmad
bin Ali Ar-Rifa'i, pusat thariqah Rifa'iyah. Juga ke makam Syaikh Abdul Qadir
Al-Jilani, kemudia ke makam Syaikh Adiy bin Musafir Al-Hikari mu'assis thariqah
Al-Adawiyah.
Ketika al-Badawi berada di sebuah desa
dekat Mosul, terjadi perselisihan antara dirinya dengan seorang wanita bernama
Fatimah. Wanita ini cantik dan kaya. Tetapi ia senang membuat lelaki jatuh
cinta kepadanya. Demikian pula ia lakukan hal itu kepada Al-Badawi, tetapi ia
tidak mampu, hingga ia merayu al-Badawi untuk menganinya. Diakhir cerita si
wanita bertaubat di tangan al-Badawi.
Sekembali dari Irak pada tahun 635 H,
Al-badawi mempunyai kebiasaan yang tidak pernah terlihat sebelumnya. Beliau
semakin banyak melakukan shalat dan puasa, banyak berdiam diri dan sering
menengadahkan wajah ke langit. Fatimah saudara perempuan beliau mengadukan
kepada kakaknya Hasan: "Wahai saudaraku! Sesungguhnya saudara kita Ahmad
selalu qiyamullail sepanjang malam. Selalu mamandang langit dan siang hari ia
berpuasa, hingga bulatan hitam matanya menjadi mereka bagaikan bara. Dia pernah
selama 40 hari tidak makan dan tidak minum".
Hijrah ke Mesir
Pada tahun yang sama setelah pulang dari
Irak, beliau memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Mesir dengan tujuan kota
Thantha. Perjalanan ini bukan hanya sebatas ziarah, tetapi sebuah hijrah
berdasarkan mimpi beliau. Begitu Syaikh Abdul Wahhab Asy-Sya'rani
menuturkan.
Pada tahun 634 H beliau menerima hatif
(bisikan ilahi) untuk pergi ke Mesir dan menetap di Tanta. Sesampainya di Tanta
beliau tinggal di rumah Syekh Rukain ibn Syuhait. Syekh Rukain sendiri telah
diberitahu oleh seorang Wali Allah bernama Syekh Salim al-Maghribi bahwa Syekh
Ahmad Badawi akan datang dan akan tinggal di rumah Syekh Rukain. Di atas rumah
Syekh Rukain ini Syekh Ahmad Badawi melakukan khalwat 40 hari 40 malam dan
terus-menerus memandang langit, bahkan di siang hari sekalipun. Karenanya,
sekeluarnya dari tempat khalwat ini kornea matanya menjadi berwarna merah
membara, laksana menyala bak api, karena menatap matahari setiap hari.
Sebenarnya terdapat banyak pendapat
ulama tentang alasan Al-Badawi hijrah ke Mesir, dan menetap di Thantha.
Dikatakan bahwa beliau mempunyai pemikiran bahwa secara geografis Thantha
berada di tengah diantara Kairo dan Iskandariyah, yakni berada tepat di tengah
Delta sungai Nil. Dengan letak yang seperti ini, diharapkan penyebaran thariqah
yang beliau bangun dapat cepat menyebar, ketika beliau menetap di sana.
Di Thanta beliau menetap di rumah
seorang saudagar bernama Ibnu Syuhaith atau Ruknuddin. Beliau menetap di loteng
rumah yang berdekatan dengan masjid Al-Bahiy ini hingga selama 12 tahun dan
seluruhnya dihabiskan dengan tidak makan dan minum setiap 40 hari.
Dalam kitab-kitab tashawuf, disebutkan
karama-karamah yang dinisbatkan kepada Syaikh Ahmad Al-Badawi. Diantaranya yang
paling masyhur adalah beliau mampu membebaskan para tawanan Mesir dari tangan
tentara Eropa saat terjadi perang Salib. Atas kejadian ini dalam catatan
sejarah Mesir terkenal sebuah ucapan, yaitu "Allah, Allah, Ya Badawi,
Jabil Yusra", yang berarti Al-Badawi telah datang membawa tawanan.
Saat ini di Thantha, setiap tahun ada
dua peringatan untuk mengenang beliau, yaitu di bulan April dan bulan Oktober.
Peringatan di bulan Oktober ini adalah peringatan kelahiran beliau, yang
merupakan peringatan terbesar di Mesir secara umum. Pada saat iru sekitar dua
juta peziarah memenuhi masjid beliau yang berada di tengah di kota
Thantha.
Manakib Syeikh Ahmad Al Badawi
Kota Fas rupanya beruntung sekali karena
pernah melahirkan sang manusia langit yang namanya semerbak di dunia sufi pada
tahun 596 H. Sang sufi yang mempunyai nama lengkap Ahmad bin Ali Ibrahim bin
Muhammad bin Abi Bakr al-Badawi ini ternyata termasuk zurriyyah baginda Nabi,
karena nasabnya sampai pada Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Talib,
suami sayyidah Fatimah binti sayyidina Nabi Muhammad SAW.
Keluarga Badawi sendiri bukan penduduk
asli Fas (sekarang termasuk kota di Maroko). Mereka berasal dari Bani Bara,
suatu kabilah Arab di Syam sampai akhirnya tinggal di Negara Arab paling barat
ini. Di sinilah Badawi kecil menghafal al-Qur'an mengkaji ilmu-ilmu agama
khususnya fikih madzhab syafi'i. Pada tahun 609 H ayahnya membawanya pergi ke
tanah Haram bersama saudara-saudaranya untuk melaksanakan ibadah haji. Mereka
tinggal di Makkah selama beberapa tahun sampai ajal menjemput sang ayah pada
tahun 627 H dan dimakamkan di Ma'la.
Badawi masuk Mesir
Sang sufi yang selalu mengenakan tutup
muka ini suatu ketika ber-khalwat selama empat puluh hari tidak makan dan
minum. Waktunya dihabiskan untuk meihat langit. Kedua matanya bersinar bagai
bara. Sekonyong-konyong ia mendengar suara tanpa rupa. "Berdirilah !"
begitu suara itu terus menggema, Carilah tempat terbitnya matahari. Dan ketika
kamu sudah menemukannya, carilah tempat terbenamnya matahari.
Kemudian...beranjaklah ke Thantha, suatu kota yang ada di propinsi Gharbiyyah,
Mesir. Di sanalah tempatmu wahai pemuda".
Suara tanpa rupa itu seakan
membimbingnya ke Iraq. Di sana ia bertemu dengan dua orang yang terkenal yaitu
Syekh Abdul Kadir al-Jailani dan ar-Rifa'i. "Wahai Ahmad " begitu
kedua orang itu berkata kepada Ahmad al-Badawi seperti mengeluarkan titah. "
Kunci-kunci rahasia wilayah Iraq, Hindia, Yaman, as-Syarq dan al-Gharb ada di
genggaman kita. Pilihlah mana yang kamu suka ". Tanpa disangka-sangka
al-Badawi menjawab, "Saya tidak akan mengambil kunci tersebut kecuali dari
Dzat Yang Maha Membuka.
Perjalanan selanjutnya adalah Mesir
negeri para nabi dan ahli bait. Badawi masuk Mesir pada tahun 34 H. Di sana ia
bertemu dengan al-Zahir Bibers dengan tentaranya. Mereka menyanjung dan
memuliakan sang wali ini. Namun takdir menyuratkan lain, ia harus melanjutkan
perjalanan menuju tempat yang dimaksud oleh bisikan gaib, Thantha, satu kota
yang banyak melahirkan tokoh-tokoh dunia. Di sana ia menjumpai para wali,
seperti Syaikh Hasan al-Ikhna`i, Syaikh Salim al- Maghribi dan Syaikh Salim
al-Badawi. Di sinilah ia menancapkan dakwahnya, menyeru pada agama Allah, takut
dan senantiasa berharap hanya kepada-Nya.
Badawi yang alim
Dalam perjalanan hidupnya sebagai anak
manusia ia pernah dikenal sebagai orang yang pemarah, karena begitu banyaknya
orang yang menyakit. Tapi rupanya keberuntungan dan kebijakan berpihak pada
anak cucu Nabi ini. Marah bukanlah suatu penyelesaian terhadap masalah bahkan
menimbulkan masalah baru yang bukan hanya membawa madarat pada orang lain, tapi
diri sendiri. Diam, menyendiri, merenung, itulah sikap yang dipilih
selanjutnya. Dengan diam orang lebih bisa banyak mendengar. Dengan menyendiri
orang semakin tahu betapa rendah, hina dan perlunya diri ini akan gapaian
tangan-tangan Yang Maha Asih. Dengan merenung orang akan banyak memperoleh
nilai-nilai kebenaran. Dan melalui sikap yang mulia ini ia tenggelam dalam
zikir dan belaian Allah SWT.
Laksana laut, diam tenang tapi dalam dan
penuh bongkahan mutiara, itulah al-Badawi. Syaikh Ibrahim al-Matbuli.rhm dalam
hal ini memberi kesaksian, "Rasulullah SAW bersabda kepadaku, "
Setelah Muhammad bin Idris as-Syafiiy tidak ada wali di Mesir yang fatwanya
lebih berpengaruh dari pada Syaikh Ahmad Badawi, Sayidah Nafisah, Syaikh
Syarafuddin al-Kurdi kemudian al-Manufi."
Suatu ketika Ibnu Daqiq al-'Id mengutus
Abdul Aziz al- Darini untuk menguji Ahmad Badawi dalam berbagai permasalahan.
Dengan tenang dia menjawab, "Jawaban pertanyaan-pertanyaan itu terdapat
dalam kitab "Syajaratul Ma'arif" karya Syaikh Izzuddin
bin Abdus Salam.
Perjalanan Spiritual Quthb al-Ghauts Ahmad
al-Badawi
Ahmad al-Badawi berusaha mendekati
Tuhannya sampai mencapai pintu Kehadirat Ilahi, lalu dia berkata, 'Ya
Tuhanku! Bukakanlah pintu ini untukku.' Tetapi dia tidak mendapat
jawaban. Dia mencobanya berulang-ulang sampai akhirnya dia bertemu 'secara
tidak sengaja' dengan seseorang. Saya bilang 'tidak sengaja' tetapi sebetulnya
itu sudah direncanakan dengan sangat rapi, karena itu adalah Kehendak Allah
untuk mengujinya. Dia bertemu orang itu di jalan, seseorang yang kelihatannya
biasa saja. Orang itu lalu memanggilnya, 'Hei Ahmad!' bahkan dia tidak
menyebutnya 'Syaikh Ahmad!' sebagai tanda penghormatan. Dia berkata, 'Wahai
Ahmad! Engkau perlu kunci untuk mencapai kehadirat Ilahi? Aku punya kuncinya
dan jika Kau mau, datanglah kepadaku dan akan kuberikan kepadamu.'
Banyak di antara kita yang menolak fakta
atau kenyataan karena merasa bangga terhadap ilmunya, walaupun dia tahu
sebenarnya itu adalah jalan yang benar. Mereka tidak menerima sebab ego mereka
mengatakan, 'tidak!'. Ego Syaikh Ahmad berkata kepadanya, "Bagaimana
mungkin Engkau menerima sesuatu darinya? Jangan menerima kunci darinya.
Terimalah langsung dari Tuhan." Lalu dia berkata, "Wahai
Saudaraku, Aku tidak akan menerima kunci darimu, tidak juga dari orang lain,
kecuali dari Sang Pembuat Kunci. Siapa Engkau. Engkau bukan siapa-siapa."
Selanjutnya Ahmad Badawi berusaha untuk
mencapai Kehadirat Ilahi sampai dia mendengar Tuhan berbicara kepadanya,
"Wahai Ahmad, kehidupan ini adalah
kehidupan yang berisi sebab dan akibat. Aku tidak akan memberimu kunci. Sesuai
Kehendakku kunci untukmu berada pada orang itu. Pergilah dan dapatkan kunci itu
darinya."
Sekarang persoalannya sudah selesai. Dia
mendengarnya langsung dari Tuhannya, dan dia menerimanya. Sekarang dia harus
mencari pemandunya tadi. Tetapi sang pemandu telah lenyap. Dia telah
meninggalkannya. Ternyata orang tersebut adalah Pemandunya, Mursyidnya, yang
Allah kirimkan untuknya.
Selama enam bulan kemudian, sang pemandu
itu mengamati hati Ahmad secara rahasia, melihat bahwa dia mencarinya dan
berdo'a kepada Tuhan siang dan malam, "Ya Tuhanku kirimkanlah orang itu
kembali kepadaku," sampai akhirnya dia bisa menemukannya kembali.
Dengan segera orang itu membuka tabir yang ada pada dirinya selama ini.
Jadi sang pemandu membuka tabir dan menampakkan
dirinya di hadapan Ahmad. Syaikh Ahmad al-Badawi berkata, "Wahai
Syaikhku! Aku menemukanmu." Dia tidak menemukannya tetapi sang
pemandulah yang menghilangkan tabirnya. Tetapi tetap saja dia berpikir bahwa
dia telah menemukannya. Dia berkata, "Wahai Syaikhku, Aku menerimamu
sebagai pemanduku."
Sang pemandu menjawab,
"Jika engkau menerimaku sebagai
pemandumu sekarang, engkau harus pasrah, menyerahkan diri, dan menyerahkan
seluruh kehendakmu kepadaku. Engkau tidak diperkenankan mempunyai kemauan
selama bersamaku. Engkau telah membangun ilmu pengetahuanmu pada sebuah pondasi
yang lemah yang hanya dengan satu tiupan angin dari ego, dia akan jatuh. Aku
harus membangun pondasi yang kuat bagimu. Jadi, lihatlah ke dalam
mataku"
Syaikh Ahmad Badawi melihat ke matanya
dan pemandu itu dengan segera menghapus seluruh pengetahuan yang telah
dipelajari oleh Ahmad al-Badawi, pengetahuan yang berasal dari buku-buku.
Pengetahuan melalui buku-buku maksudnya ada banyak hal yang berasal dari ego si
penulis. Maka dia menghilangkan pengetahuan itu dari hati Ahmad dan kemudian
lenyap. Dia meninggalkannya selama 6 bulan lagi bahkan dalam keadaan tidak tahu
bagaimana mengucapkan, 'bismillahir rahmaanir rahiim,' bahkan
Ahmad Badawi tidak mengetahui bagaimana mengucapkan Nama Allah.
Orang-orang di kota kini mengejek Ahmad
al-Badawi, yang kelihatannya seperti orang gila setelah sebelumnya menjadi
ulama yang terkemuka. Karena keterbatasan pengetahuan spiritual mereka, mereka
berpikir bahwa dia benar-benar sakit. Yang mereka ketahui hanyalah bahwa dia
mengikuti seseorang yang membuatnya gila, tetapi Ahmad al-Badawi tahu bahwa dia
telah mendengar suara Tuhannya yang mengatakan bahwa, "Kuncimu ada pada
orang itu." Tidak ada yang membuatnya gila. Dia mengikuti orang itu.
Tetapi bila dia menerimanya sejak awal,
ketika pemandu itu datang untuk pertama kalinya atas Kehendak Allah, dia tidak
harus melewati ujian ini. Jadi mengapa kalian membuat diri kalian harus melewati
ujian yang sama? Bila kalian menemukan kebenaran, seorang pemandu yang benar,
terimalah dia dengan segera! Jangan bermain-main dengan ego kalian.
Dia meninggalkannya selama 6 bulan lagi
dan muncul kembali di waktu yang lain. Dalam kurun waktu tersebut Ahmad
al-Badawi terus mencarinya dan ketika dia bertemu kembali, Ahmad al-Badawi
berkata, "Wahai Syaikhku, Aku menemukanmu lagi." Saat itu sang
pemandu memandang mata Ahmad al-Badawi dan memancarkan sesuatu dari lubuk
hatinya kepada hati Ahmad al-Badawi melalui matanya. Pada saat itu terjadi
transfer pengetahuan internal spritual, pengetahuan dari Kitab Allah dan
rahasia-rahasianya. Pemandu itu melakukannya 3 kali sampai mata Ahmad al-Badawi
memancarkan sinar yang begitu kuat bahkan orang tidk akan kuat melihat matanya.
Oleh sebab itu dia menutup wajahnya dengan cadar. Saat itulah dia bisa memasuki
Kehadirat Ilahi dan dia menerima kuncinya.
Tanpa bantuan pemandu sejati (Mursyid
Kamil), kalian tidak akan bisa mencapai Kehadirat Nya. Dialah yang akan
membukakan pintu bagimu ke mana pun kalian akan pergi. Ahmad al-Badawi adalah
seorang ulama besar yang mengetahui banyak hal. Dia bangga dengan
pengetahuannya itu dan tidak mau menerima pelajaran dari orang lain. Dia hanya
mau mengambil langsung dari posisi Yang Maha Tinggi. Dia tidak melihat ada yang
lebih tinggi darinya kecuali Tuhan.
Bagaimana mungkin dia akan mengambil
pelajaran dari orang lain? Berarti tidak ada sifat rendah hati pada dirinya.
Dia telah kehilangan satu dari tiga karakteristik yang diperlukan oleh hamba
Allah. Dia mempunyai rasa hormat, dia juga mencintai sesamanya, tetapi dia
tidak mempunyai kerendahan hati untuk menerima nasihat dari orang lain. Dan
karena dia telah kehilangan satu karakteristik itu, seolah-olah dia tidak
mengalami kemajuan lagi.
Seorang Wali, seorang guru harus
memiliki karakteristik hormat, cinta dan rendah hati. Jika kalian melihat salah
satunya tidak ada, maka dia bukanlah seorang pemandu sejati. Dia hanya akan
membawa kalian ke jarak tertentu seperti yang kita lihat pada diri Ahmad
al-Badawi yang bisa mencapai Tuhan sampai pada jarak tertentu, namun tidak bisa
membukanya. Dia membutuhkan seseorang yang mempunyai kunci tetapi ketika
ditemukan dia tidak menerimanya langsung karena kesombongannya. Dia terlalu
banyak memikirkan dirinya. Akhirnya dia menerima juga setelah mendengar
langsung dari Tuhannya, tetapi dia harus melewati ujian tertentu. Jika pada
mulanya dia langsung menerimanya tanpa melalui rasa bangga terhadap dirinya,
pintu itu segera terbuka baginya tanpa harus melewati ujian selama 2 tahun.
Bila kalian menemukan seorang pemandu
dan hatimu merasa senang dengan kehadirannya, jangan dengarkan egomu. Katakan
kepada ego, "Kau salah! Apa ruginya jika Aku menerimanya sebagai
guru?" Kalian tidak akan kehilangan apa pun. Bila kalian menunjukkan
sifat rendah hati, ini cukup bagi Allah untuk menaikkan kalian. Jika Saya
datang dan mengatakan, 'Si Anu dan si Anu' adalah Syaikh Saya, dan Saya telah
berbay'at dengannya. Apa salahnya? Saya menerimanya dan Saya menunjukkan kerendahan
hati, Allah akan menaikkan Saya.
Mempunyai sifat rendah hati adalah
sangat penting. Jika kalian bersifat rendah hati, kalian akan menerima semua
orang sebab setiap orang dapat menjadi pemandu bagimu. Ada sebuah peribahasa di
Turki yang berupa pertanyaan kepada seseorang yang baik, "Dari mana Engkau
belajar perilaku yang sempurna dalam masyarakat?" jawabnya, "Dari
orang-orang yang bersalah. Aku mengamatinya, melihat kesalahan yang mereka
lakukan lalu Aku menghindarinya. Jadi Aku bisa memperbaiki diriku lewat
kesalahan orang lain." Jika kalian bisa menerima semua orang sebagai
pemandu kalian, bahkan seorang yang jahat pun dapat memandumu. Dengan mengamati
dan melihat kesalahan yang dilakukannya, maka kalian berhenti.
Tarekatnya:
Dia mengambil bay'ah dari Syaikh Ibnu
'Abdullah al-Naysaburi (Radi Allah Anhu), dari yang ada rantai dari tujuh syekh
yang menerima bay'a dari al-Imam Dawud al-Ta'iy yang menerimanya dari Habib
Allah al-'Ajami yang diterima dari Master Tabi'een, al-Hasan al-Basri, yang menerimanya
dari Sayyiduna 'Ali, semoga Allah menerangi wajahnya, yang menerimanya dari
al-Mustafa, Rasulullah, mungkin Allah memberkati dia dan memberinya kedamaian.
Karomah Ahmad Badawi
Kendati karomah bukanlah satu-satunya
ukuran tingkat kewalian seseorang, tidak ada salahnya disebutkan beberapa
karomah Syaikh Badawi sebagai petunjuk betapa agungnya wali yang satu ini.
Al-kisah ada seorang Syaikh yang hendak
bepergian. Sebelum bepergian dia meminta pendapat pada Syaikh al-Badawi yang
sudah berbaring tenang di alam barzakh. "Pergilah, dan tawakkallah kepada
Allah SWT" tiba-tiba terdengar suara dari dalam makam Syekh Badawi. Syaikh
Sya'roni berkomentar, "Saya mendengar perkataan tadi dengan telinga saya
sendiri ".
Tersebut Syaikh Badawi suatu hari berkata
kepada seorang laki-laki yang memohon petunjuk dalam berdagang. "Simpanlah
gandum untuk tahun ini. Karena harga gandum nanti akan melambung tinggi, tapi
ingat, kamu harus banyak bersedekah pada fakir miskin". Demikian nasehat
Syekh Badawi yang benar-benar dilaksanakan oleh laki-laki itu. Setahun kemudian
dengan izin Allah kejadiannya terbukti benar.
Setiap hari, dari pagi hingga sore, ia
menatap matahari, sehingga kornea matanya merah membara. Apa yang dilihatnya
bisa terbakar, khawatir terjadinya hal itu, saat berjalan ia lebih sering
menatap langit, bagaikan orang yang sombong. Sejak masa kanak kanak, ia suka
berkhalwat dan riyadhoh, pernah empat puluh hari lebih perutnya tak terisi
makanan dan minuman. Ia lebih memilih diam dan berbicara dengan bahasa isyarat,
bila ingin berkomunikasi dengan seseorang. Ia tak sedetikpun lepas dari kalimat
toyyibah, berdzikir dan bersholawat. Dalam perjalanan riyadhohnya, ia pernah
tinggal di loteng negara Thondata selama 12 tahun, dan selama 8 tahun ia berada
diatas atap, riadhoh siang dan malam. Ia hidup pada tahun 596-675 H dan wafat
di Mesir, makamnya di kota Tonto, setiap waktu tak pernah sepi dari peziarah.
Pada usia dini ia telah hafal Al-Qur’an,
untuk memperdalam ilmu agama ia berguru kepada Syeikh Abdul Qadir al-Jailani
dan syeikh Ahmad Rifai. Ia adalah Waliullah Qutbol Gaust, Assayyid, Assyarif
Ahmad al Badawi. Suatu hari, ketika sang Murid telah sampai ketingkatannya,
Sjech Abdul Qodir Jaelani, menawarkan kepadanya ; ”Manakah yang kau inginkan ya
Ahmad Badawi, kunci Masriq atau Magrib, akan kuberikan untukmu”, hal yang sama
juga diucapkan oleh gurunya Sayyid Ahmad Rifai, dengan lembut, dan menjaga
tatakrama murid kepada gurunya, ia menjawab; ”Aku tak mengambil kunci kecuali
dari Al Fattah (Allah )”.
Suatu hari datang kepadanya, seorang
janda mohon pertolongan, anak lelakinya ditahan di Perancis, dan sang ibu ingin
agar anak itu kembali dalam keadaan selamat. Oleh Sayyidi Ahmad Al Badawi,
janda itu disuruhnya untuk pulang, dan berkata sayidi : “Insya Allah anak ibu
sudah berada dirumah”. Bergegas sang ibu menuju rumahnya, dan betapa bahagia,
bercampur haru, dan penuh keheranan, ia dapati anaknya telah berada di rumah
dalam keadaan terbelenggu. Sayyidi al badawi banyak menolong orang yang ditahan
secara Dholim oleh penguasa Prancis saat itu, dan semua pulang ke rumahnya
dalam keadaan tangannya tetap terbelenggu.
Pernah suatu ketika Syaikh Ibnul labban
mengumpat Sayyidi Ahmad Badawi, seketika itu juga hafalan Al-Qur’an dan iman
Syaikh Ibnul labban menjadi hilang. Ia bingung dan berusaha dengan
beristighosah dan meminta bantuan do’a, orang orang terkemuka di zaman itu
(agar ilmu dan imannya kembali lagi), tetapi tidak satupun dari yang
dimintainya doa, berani mencampuri urusannya, karena terkait dengan Sayyidi
Ahmad Badawi. Padahal diriwayatkan, saat itu Sayyidi Al Badawi telah wafat.
Orang terkemuka yang dimintainya doa, hanya berani memberi saran kepada Syaikh
Ibnul labban, agar dia menghadap Syeikh Yaqut al-‘Arsyiy, waliullah terkemuka
pada saat itu, dan kholifah sayyidi abil hasan Assadzili. Ibnu labban segera
menemui Sjech Yaqut dan minta pertolongannya, dalam urusannya dengan sayyidi
Ahmad Al badawi. Setelah dimintai pertolongan oleh Syaikh Ibnul labban, Syeikh
Yaqut Arsyiy berangkat menuju ke makam Sayyidi al-Badawi dan berkata : “ Wahai
guru, hendaklah tuan memberi ma’af kepada orang ini!”. Dari dalam makamnya,
terdengar jawaban “Apakah kamu berkehendak untuk mengembalikan tandanya orang
miskin itu ? ya…sudah, tapi dengan syarat ia mau bertaubat”. Syeikh Ibbnul
Labbanpun akhirnya bertaubat, dan tidak lama kemudian kembalilah ilmu dan
imannya seperti sedia kala dan ia juga mengakui kewalian Syeikh Yaqut, karena
peristiwa tersebut. Ia kemudian dinikahkan dengan putrinya Syeikh Yaqut. (Di
ambil dari kitab al-Jaami’).
Syeikh Muhammad asy-Syanawi
menceritakan, bahwa pada waktu itu ada orang yang tidak mau menghadiri dan
bahkan mengingkari peringatan maulidnya Syeikh Ahmad Badawi, maka seketika
hilanglah iman orang itu dan menjadi merasa tidak senang terhadap agama Islam.
Orang itu kemudian berziarah ke makamnya Sayyid Badawi untuk minta tolong dan
memohon maaf atas kesalahannya. Kemudian terdengarlah suara sayyidi Badawi dari
dalam kubur : “iya, saya ma’afkan, tapi jangan berbuat lagi. Na’am (iya) jawab
orang itu, spontan imannya kembali lagi. Beliau lalu meneruskan ucapannya :
“Apa sebabnya kamu mengingkari kami semua”. Dijawabnya : “Karena di dalam acara
itu banyak orang laki-laki dan perempuan bercampur baur menjadi satu” (tanpa
ada garis pembatas). Sayyidi Badawi lalu mengatakan : “Di tempat thowaf sana,
dimana banyak orang yang menunaikan ibadah haji disekitar Ka’bah, mereka juga
bercampur laki-laki dan perempuan, kenapa tidak ada yang melarang”. Demi
mulianya Tuhanku, orang-orang yang ada untuk menghadiri acara maulidku ini
tidaklah ada yang menjalankan dosa kecuali pasti mau bertaubat dan akan bagus
taubatnya. Hewan-hewan di hutan dan ikan-ikan di laut, semua itu dapat aku
pelihara dan kulindungi diantara satu dengan lainnya sehingga menjadi aman
dengan idzin Allah. Lalu, apakah kiranya Allah Ta’ala, tidak akan memberi aku
kekuatan untuk mampu menjaga dan memelihara keamanannya orang-orang yang
menghadiri acara maulidku itu ?”
Suatu ketika Syeikh Ibnu Daqiqil
berkumpul dengan Sayyidi Badawi, dan ia bertanya kepada beliau : “Mengapa
engkau tidak pernah sholat, yang demikian itu bukanlah perjalanannya para
shalihin“. Lalu beliau menjawab : “Diam kamu! Kalau tidak mau diam aku
hamburkan daqiqmu (tepung)”. Dan di tendanglah Syeikh Daqiqil oleh beliau
hingga berada disuatu pulau yang luas dalam kondisi tidak sadarkan diri.
Setelah sadar, iapun termangu karena merasa asing dengan pulau tersebut. Dalam
kebingungannya, datanglah seorang lelaki menghampirinya dan memberi nasehat
agar jangan mengganggu orang type al-Badawi, dan sekarang kamu berjalanlah
menuju qubah yang terlihat itu, nanti jika sudah tiba di sana kau berhentilah
di depan pintu hingga menunggu waktu ‘ashar dan ikutlah shalat berjamaah
dibelakangnya imam tersebut, sebab nanti Ahmad Badawi akan ikut di dalamnya.
Setelah bertemu dia ucapkanlah salam, peganglah lengan bajunya dan mohonlah
ampun atas ucapanmu tadi. Ia menuruti kata-kata orang itu yang tidak lain
adalah Nabiyullah Khidir a.s. Setelah semua nasehatnya dilaksanakan, betapa
terkejutnya ia karena yang menjadi imam sholat waktu itu adalah Sayyidi Badawi.
Setelah selesai sholat ia langsung menghampiri dan menciumi tangan dan menarik
lengan Sayyidi al-Badawi, sambil berkata seperti yang diamanatkan orang tadi.
Dan berkatalah Sayyidi Badawi sambil menendang Syeikh Daqiqil,” Pergilah sana
murid-muridmu sudah menantimu dan jangan kau ulangi lagi!. Seketika itu juga ia
sudah sampai di rumahnya dan murid-muridnya telah menunggu kedatangan Syeikh
Daqiqil. Dijelaskan bahwa yang menjadi makmum sholat berjamaah dengan Sayyidi
Badawi pada kejadian itu adalah para wali.
Syekh Imam al Munawi berkata : “Ada
seorang Syeikh yang setiap akan bepergian selalu berziarah di makamnya Syeikh
Ahmad al Badawi untuk minta ijin, lalu terdengar suara dari dalam kubur dengan
jelas :”Ya pergilah dengan tawakkal, Insya Allah niatmu berhasil, kejadian
tersebut didengar juga oleh Syeikh abdul wahab Assya’roni, padahal saat itu
Syeikh Ahmad al Badawi sudah meninggal 200 tahun silam, jadi para aulia’ itu
walaupun sudah meninggal ratusan tahun, namun masih bisa memberi petunjuk.
Berkata Syeikh Muhammad al-Adawi :
Setengah dari keindahan keramat beliau ialah, pada saat banyaknya orang yang
ingin berusaha membatalkan peringatan maulidnya beliau, dimana orang-orang
tersebut menghadap dan meminta kepada Syeikh Imam Yahya al-Munawiy agar beliau
mau menyetujuinya. Sebagai orang yang berpengaruh dan berpendirian kuat pada
masa itu, Syeikh Yahya tidak menyetujuinya, akhirnya orang-orang tersebut
melapor kepada sang raja azh-Zhohir Jaqmaq. Sang rajapun berusaha membujuk agar
Syeikh Yahya bersedia memberi fatwa untuk membatalkan maulidnya Sayyidi Badawi.
Akan tetapi Syeikh Yahya tetap tidak mau dan hanya bersedia memberikan fatwa
melarang keharaman-haraman yang terjadi di acara itu. Maka acara maulid tetap
dilaksanakan seperti biasa. Dan Syeikh Yahya bekata kepada sang raja: “Aku
tetap tak berani sama sekali berfatwa yang demikian, karena Sayyidi Badawi
adalah wali yang agung dan seorang fanatik (malati = bahasa jawanya). Hai raja,
tunggu saja, kamu akan tahu akibat bahayanya orang-orang yang berusaha
menghilangkan peringatan maulid Sayyidi Badawi. Memang benar, tak lama kemudian
mereka yang bertujuan menghilangkan peringatan maulid Sayyidi Badawi tertimpa
bencana. Orang-orang tersebut ada yang dicopot jabatannya dan diasingkan oleh
rajanya. Ada yang melarikan diri ke Dimyath akan tetapi kemudian ditarik
kembali dan diberi pengajaran, dirantai dan dipenjara selama setengah bulan.
Bahkan diantara mereka yang mempunyai jabatan tinggi dikerajaan itu lalu banyak
yang ditangkap, disidang dengan kelihatan terhina, disiksa dan diborgol besi di
depan majlis hakim syara’ lalu dihadapkan raja yang kemudian dibuang di negara
Maghrib.
Sayyidi Ahmad Badawi pernah berkata
kepada seseorang : “Bahwa pada tahun ini hendaknya kamu menyimpan gandum yang
banyak yang tujuanmu nanti akan kau berikan kepada para fakir miskin, sebab
nanti akan terjadi musim paceklik pangan. Kemudian orang tadi menjalankan apa
yang diperintahkan beliau, dan akhirnya memang terbukti kebenaran ucapan
Sayyidi Badawi.
Berkata al-Imam Sya’roni : “Pada tahun
948 H aku ketinggalan tidak dapat menghadiri acara maulidnya Sayyidi Badawi.
Lalu ada salah satu aulia’ memberi tahu kepadaku bahwa Sayyidi Badawi pada
waktu peringatan itu memperlihatkan diri di makamnya dan bertanya : “Mana Abdul
Wahhab Sya’roni, kenapa tidak datang ?” Pada suatu tahun, al-Imam Sya’roni juga
pernah berkeinginan tidak akan mendatangi maulid beliau. Lalu aku melihat
beliau memegang pelepah kurma hijau sambil mengajak orang-orang dari berbagai
negara. Jadi orang-orang yang berada dibelakangnya, dikanan dan kirinya banyak
sekali tak terhingga jumlahnya. Terus beliau melewati aku di Mesir, sayyidi
Badawi berkata : “Kenapa kamu tidak berangkat ?”. Aku sedang sakit tuan,
jawabku. Sakit tidak menghalang-halangi orang cinta. Terus aku diperlihatkan
orang banyak dari para aulia’dan para masayikh, baik yang masih hidup maupun
yang sudah wafat, dan orang-orang yang lumpuh semua berjalan dengan merangkak
dan memakai kain kafannya, mereka mengikuti dibelakang sayyidi Badawi
menghadiri maulid beliau. Terus aku juga diperlihatkan jama’ah dan sekelompok
tawanan yang masih dalam keadaan terbalut dan terbelenggu juga ikut datang
menghadiri maulidnya. Lalu beliau berkata: lihatlah ! itu semua tidak ada yang
mau ketinggalan, akhirnya aku berkehendak untuk mau menghadiri, dan aku berkata
: Insya Allah aku hadir tuan guru ?. Kalau begitu kamu harus dengan pendamping,
jawab sayyidi Badawi. Kemudian beliau memberi aku dua harimau hitam besar dan
gajah, yang dijanji tidak akan berpisah denganku sebelum sampai di tempat.
Peristiwa ini kemudian aku ceritakan kepada guruku Syeikh Muhammad asy-Syanawi,
beliau lalu menjelaskan: memang pada umumnya para aulia’ mengajak orang-orang
itu dengan perantaraan, akan tetapi sayyidi Ahmad Badawi langsung dengan
sendirinya menyuruh orang-orang mengajak datang. Sungguh banyak keramat beliau,
hingga al-Imam Sya’roni mengatakan, ”Seandainya keajaiban atau
keramat-keramat beliau kalau ditulis di dalam buku tidaklah akan muat karena
terlalu banyaknya." Tetapi ada peninggalan Syeikh ahmad Badawi yang
sangat utama, yaitu bacaan sholawat badawiyah sughro dan sholawat badawiyah
kubro.
Shalawat Al-Badawiyah
Ada banyak manfaat dari selawat Nabi
(saw), pujian kepada Sayyidina Muhammad (saw). Jika Allah dan para malaikatnya
memuji Sayyidina Muhammad (saw), manfaat macam apa yang akan kalian dapatkan
jika kalian memujinya? Kami jelaskan kemarin dan sebelumnya mengenai selawat
Sayyidina Ahmad al-Badawi di mana Muhammad al-Talmaysani telah mengkhatamkan
Dalail al-Khayrat 100,000 kali, dan ia berjumpa dengan Nabi (saw) di dalam
mimpinya.
Nabi (saw) mengatakan, “Wahai Muhammad
al-Talmaysani, jika engkau membaca Selawat an-Nuraniyya dari Ahmad al-Badawi,
itu seakan-akan engkau telah mengkhatamkan 800,000 kali Dalail al-Khayrat.” Dan
kita belum lagi mengatakan tentang pahala dari membaca Dalail al-Khayrat. Jadi
ada pahala yang tak terhingga dari pembacaan Dalail al-Khayrat, dan ia telah
membacanya 100,000 kali dan Nabi (saw) berkata bahwa jika ia membaca selawat
itu, ia akan mendapatkan 800,000 kali lipat lebih banyak. Dan Nabi (saw)
menyebutkan doa shalawat Sayyidina Ahmad al-Badawi dan itu berbunyi:
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ شَجَرَةِ الأَصْلِ النُّورَانِيَّةِ .
وَلَمْعَةِ الْقَبْضَةِ الرَّحْمَانِيَّةِ . وَأَفْضَلِ الْخَلِيْقَةِ
اْلإِنْسَانِيَّةِ . وَأَشْرَفِ الصُّوْرَةِ الْجِسْمَانِيَّةِ .
وَمَعْدِنِ
اْلأَسْرَارِ الرَّبَّانِيَّةِ . وَخَزَائِنِ الْعُلُوْمِ الْإِصْطِفَائِيَّةِ .
صَاحِبِ الْقَبْضَةِ الأَصْلِيَّةِ . وَالْبَهْجَةِ السَّنِيَّةِ وَالرُّتْبَةِ
الْعَلِيَّةِ . مَنِ انْدَرَجِتِ النَّبِيُّوْنَ تَحْتَ لِوَائِهِ فَهُمْ مِنْهُ
وَإِلَيْهِ .
وَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلِيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ . عَدَدَ مَا خَلَقْتَ وَرَزَقْتَ وَأَمَتَّ
وَأَحْيَيْتَ إِلَى يَوْمِ تَبْعَثُ مَنْ أَفْنَيْتَ وَسَلِّمْ تَسْلِيماً
كَثِيراً وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .
Allāhumma shalli wa
sallim wa barik `alā Sayyīdinā wa mawlānā Muħammadin syajarati ’l-ashli
’n-nūrānīyyati wa lam`ati ’l-qabdhati ’r-raħmānīyyati wa afdhali ’l-khalīqati
’l-insānīyyati wa asyrafi ’sh-shūrati ’l-jasmānīyyati, wa ma`dinil
asraarir-rabbaniyyati, wa khazaa-inil `uluumil ishthifaaiyyati, shāħibi
’l-qabdhati ’l-ashlīyyati wa ’l-bahjati ’s-sanīyyati, wa ’r-rutbati
’l-`alīyyati mani ’ndarajati ’n-nabīyyūna taħta liwā’ihi, fahum minhu wa ilayh.
Wa shalli wa sallim wa bārik `alayhi wa `alā ālihi wa shaħbihi `adada mā
khalaqta wa razaqata wa amatta wa aħyayta ilā yawmi tab`atsu man afnayta wa
sallim taslīman katsīran wa ’lħamdulillāhi rabbi ’l-`ālamīn.
Ya Allah berikanlah
rahmat ta’dzim, keselamatan, berkah atas pimpinan kita Nabi Muhammad SAW,
kekayaan asal yang berasal dari cahaya sinar kekuasaan Allah yang penuh
keutamaan dengan kasih sayang kepada sebaik-baiknya manusia utama, yang mulia
dari simpanan sirri ketuhanan, gudangnya ilmu yang terpilih, yang mempunyai
genggaman asal sinar yang luhur derajat dan kedudukan yang tinggi, dia Nabi bagi
para nabi, dan Nabi lain berada di bawah naungan benderanya. Kepadanya
berikanlah rahmat ta’dhim, keselamatan, dan berkah ke atas Nabi Muhammad,
keluarga dan sahabatnya sejumlah mahluk yang Engkau ciptakan, Engkau adalah
pemberi Rezeki, yang memberi mati, yang memberi hidup, sampai hari Engkau
Membangunkan mereka yang sudah mati dari kuburnya. Dan berikanlah keselamatan
dan salam dengan salam yang melimpah dan tak terbatas hingga besok hari kiamat.
Kemuliaan dan pujian hanya milik Allah, Tuhan semesta alam!
Shalawat ini disusun oleh Syaikh Ahmad
al-Badawi ini, terkenal dengan shalawat al-Badawiyah al-Kubra. Diriwayatkan
oleh Hasan ibn Muhammad Qahhi di dalam kitab Talkhiis al-Ma`aarif fii targhiib
Muhammad `Aarif bahwa seorang wali yang bernama Muhammad Talmaysani telah
membaca Dalail al-Khairat 100.000 kali. Setelah selesai Nabi shallallahu alaihi
wa sallam mendatanginya di dalam mimpi dan berkata kepadanya, “Jika engkau
membaca bacaan Ahmad al-Badawi, seolah-olah engkau telah membaca Dalail
al-Khayrat 800.000 kali.”
Sebagian ulama berkata : "Barang
siapa membaca Sholawat Badawi Kubro ini sebanyak seratus kali disertai suci
dari hadas, ia akan diberi rizki yang mudah oleh Allah dalam segala urusan
perkaranya"
Menurut Al Arif Billah Habib Ali bin Abdurahman
Al Habsy dalam kitabnya : "Keutamaan Sholawat", bahwa sebagian ulama
mengatakan: "Barang siapa yang membaca Sholawat Badawy Kubro sebanyak 3x
maka pahalanya seperti orang membaca Dalail al-Khoirot hingga khatam"
Dan tata cara yang lainnya adalah:
membacanya 5 kali seusai shalat fardlu dan 7 kali setiap mau tidur. Fadilahnya,
ia akan terhindar ari sihir dan segala kejahatan lahir batin, dimudahkannya
rizki, dan mendapat cahaya batin serta terbuka beberapa rahasia ghoib.
Shalawat lain yang dinisbatkan kepada
beliau adalah shalawat al-Anwar:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نُورِ
الأَنْوَارِ. وَسِرِّ الأَسِرَارِ. وَتِرْيَاقِ الأَغْيَارِ. وَمِفْتَاحِ بَابِ
الْنَسَارِ. سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُخْتَارِ. وَآلِهِ الأَطْهَارِ.
وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ. عَدَد نِعَمِ الله وَأِفْضَالِهِ.
Shalawat ini mujarab untuk mendapatkan
hajat dan keinginan, tesingkapnya kesusahan, terhindar dari kesulitan dan juga
dihasilkannya cahaya dan rahasia-rahasia ghaib. Menurut guru kami KH. A. Sadid
Jauhari, shalawat ini juga memberikan manfaat berupa diberikannya putra-putri
yang sholeh dan sholehah, berguna bagi umat. Menurut beliau diantara sebab
pendiri PP. Al-Anwar menamai pondoknya dengan Al-Anwar, karena tafa'ulan
terhadap shalawat ini, dan karena pendahalu pendiri istiqamah dalam membaca
shalawat al-Anwar ini.
Sayyidi Syaikh Ahmad Al-Badawi wafat di
Thanta pada hari selasa 12 Rabiul Awal 675 H / 24 Agustus 1276 M, saat berusia
79 tahun. Dari tangannya muncul banyak wali-wali abdal dan Quthub. Allahumansyur
nafahatir ridlwani alaih, wa amiddana bil asrarillati auda'taha ladaih. Amin
Syekh Badawi wafat
Pada tahun 675 H sejarah mencatat
kehilangan tokoh besar yang barangkali tidak tergantikan dalam puluhan tahun
berikutnya. Syekh Badawi, pecinta ilahi yang belum pernah menikah ini beralih
alam menuju tempat yang dekat dan penuh limpahan rahmat-Nya. Setelah dia
meninggal, tugas dakwah diganti oleh Syaikh Abdul 'Al sampai dia meninggal pada
tahun 773 H.
Beberapa waktu setelah kepergian wali
pujaan ini, umat seperti tidak tahan, rindu akan kehadiran, petuah-petuahnya.
Maka diadakanlah perayaan hari lahir Syaikh Badawi. Orang-orang datang mengalir
bagaikan bah dari berbagai tempat yang jauh. Kerinduan, kecintaan, pengabdian
mereka tumpahkan pada hari itu pada sufi agung ini. Hal inilah kiranya yang
menyebabkan sebagian ulama dan pejabat waktu itu ada yang berkeinginan untuk
meniadakan acara maulid. Tercatat satu tahun berikutnya perayaan maulid Syekh
Badawi ditiadakan demi menghindari penyalahgunaan dan penyimpangan akidah.
Namun itu tidak berlangsung lama, hanya satu tahun. Dan tahun berikutnya
perayaan pun digelar kembali sampai sekarang.
DUSTUR YA SAYYIDI
AHMAD AL BADAWI
Apa yang ada di
Masjid Sidi Ahmad Badawi ???
Di Masjid Sidi Ahmad
Badawi terletaknya lokasi Makam Syeikh Ahmad Badawi sendiri dan empat lagi
Makam waliyullah, Masjid ini juga menyimpan bekas tapak kaki Rasulullah yang
dikatakan dibawa oleh Sultan Salehuddin Al-Ayubi dari Madinah semasa zaman
pemerintahan beliau, masjid ini juga mempunyai satu bilik keperluan Syeikh
Ahmad Badawi sendiri yang menyimpan barang-barang keperluan Syeikh Ahmad Badawi
serta janggut Rasulullah.
Antara barang yang
tersimpan di dalam bilik keperluan Syeikh Ahmad Badawi:
1. Tasbih Syeikh
Ahmad Badawi sepanjang 10 meter (999 biji sebesar biji tamar setiap satu)
2. Pakaian Syeikh
Ahmad Badawi berwarna merah (20 kilogram)
3. Tongkat Syeikh
Ahmad Badawi
4. Serban Syeikh
Ahmad Badawi
5. Janggut Rasulullah