Madrasah Aliyah Nurussyahid (MANUSA) adalah Sekolah Menengah Atas Setingkat SMA/SMK, Yang berdiri 2013 dengan Unggulan Magang dan Mahir Bahasa Jepang


Niat yang baik akan menghasilkan prasangka yang baik, Prasangka yang baik akan menghasilkan Aqidah yang baik dan Aqidah yang baik akan menghasilkan Akhir yang baik (Khusnul Khotimah). Hidup ini adalah Perjuangan, perjuangan perlu pengorbanan, pengorbanan perlu kecintaan, kecintaan perlu kesungguhan dalam Do'a dan Ikhtiar yang seimbang. kecintaan perlu keikhlasan dan keikhlasan perlu kesabaran, maka Allah berfirman Jadikan Sabar dan Sholat sebagai penolongmu melalui petunjuk sang Guru Mursyid.

2019/11/18

HUMOR SUFI " SIDI ABU NAWAS DALAM CERITA LOLOS DARI MAUT"



Lolos Dari Maut

Karena dianggap hampir membunuh Baginda maka Abu Nawas mendapat celaka. Dengan kekuasaan yang absolut Baginda memerintahkan prajurit-prajuritnya langsung menangkap dan menyeret Abu Nawas untuk dijebloskan ke penjara.

Waktu itu Abu Nawas sedang bekerja di ladang karena musim tanam kentang akan tiba. Ketika para prajurit kerajaan tiba, ia sedang mencangkul. Dan tanpa alasan yang jelas mereka langsung menyeret Abu Nawas sesuai dengan titah Baginda. Abu Nawas tidak berkutik. Kini ia mendekam di dalam penjara.

Beberapa hari lagi kentang-kentang itu harus ditanam. Sedangkan istrinya tidak cukup kuat untuk melakukan pencangkulan. Abu Nawas tahu bahwa tetangga-tetangganya tidak akan bersedia membantu istrinya sebab mereka juga sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Tidak ada yang bisa dilakukan di dalam 'penjara kecuali mencari jalan keluar.

Seperti biasa Abu Nawas tidak bisa tidur dan tidak enak makan. la hanya makan sedikit. Sudah dua hari ia meringkuk di dalam penjara. Wajahnya murung.

Hari ketiga Abu Nawas memanggil seorang pengawal. "Bisakah aku minta tolong kepadamu?" kata Abu Nawas membuka pembicaraan.

"Apa itu?" kata pengawal itu tanpa gairah.

"Aku ingin pinjam pensil dan selembar kertas. Aku ingin menulis surat untuk istriku. Aku harus menyampaikan sebuah rahasia penting yang hanya boleh diketahui oleh istriku saja."

Pengawal itu berpikir sejenak lalu pergi meninggalkan Abu Nawas.

Ternyata pengawal itu merighadap Baginda Raja untuk melapor.

Mendengar laporan dari pengawal, Baginda segera menyediakan apa yang diminta Abu Nawas. Dalam hati, Baginda bergumam mungkin kali ini ia bisa mengalahkan Abu Nawas:

Abu Nawas menulis surat yang berbunyi: "Wahai istriku, janganlah engkau sekali-kali menggali ladang kita karena aku menyembunyikan harta karun dan senjata di situ. Dan tolong jangan bercerita kepada siapa pun."

Tentu saja surat itu dibaca oleh Baginda karena beliau ingin tahu apa sebenarnya rahasia Abu Nawas. Setelah membaca surat itu Baginda merasa puas dan langsung memerintahkan beberapa pekerja istana untuk menggali ladang Abu Nawas. Dengan peralatan yarig dibutuhkan mereka berangkat dan langsung menggali ladang Abu Nawas. Istri Abu Nawas merasa heran. Mungkinkah suaminya minta tolong pada mereka?

Pertanyaan itu tidak terjawab karena mereka kembali ke istana tanpa pamit. Mereka hanya menyerahkan surat Abu Nawas kepadanya.

Lima hari kemudian Abu Nawas menerima surat dari istrinya. Surat itu berbunyi: "Mungkin suratmu dibaca sebelum diserahkan kepadaku. Karena beberapa pekerja istana datang ke sini dua hari yang lalu, mereka menggali seluruh ladang kita. Lalu apa yang harus kukerjakan sekarang?"

Rupanya istrinya Abu Nawas belum mengerti muslihat suaminya. Tetapi dengan bijaksana Abu Nawas membalas: "Sekarang engkau bisa menanam kentang di la­dang tanpa harus menggali, wahai istriku."

Kali ini Baginda tidak bersedia membaca surat Abu Nawas lagi. Bagi.nda makin mengakui keluarbiasaan akal Abu Nawas. Bahkan di dalam penjara pun Abu Nawas masih bisa melakukan pencangkulan.

********

Abu Nawas masih mengeram di penjara. Namun begitu Abu Nawas masih bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan memakai tangan orang lain.

Baginda berpikir. Sejenak kemudian beliau segera memerintahkan sipir penjara untuk membebaskan Abu Nawas. Baginda Raja tidak ingin menanggung resiko yang lebih buruk. Karena akal Abu Nawas tidak bisa ditebak. Bahkan di dalam penjara pun Abu Nawas masih sanggup menyusahkan prang. Keputusan yang dibuat Baginda Raja untuk melepaskan Abu Nawas memang sangat tepat. Karena bila sampai Abu Nawas bertambah sakit hati maka tidak mustahil kesusahan yang akan ditimbulkan akan semakin gawat.

Kini hidung Abu Nawas sudah bisa menghisap udara kebebasan di luar. Istri Abu Nawas menyambut gembira kedatangan suami yang selama ini sangat dirindukan. Abu Nawas juga riang. Apalagi melihat tanaman kentangnya akan membuahkan hasil yang bisa dipetik dalam waktu dekat.

Abu Nawas memang girang bukan kepalang tetapi ia juga merasa gundah. Bagaimana Abu Nawas tidak merasa gundah gulana sebab Baginda sudah tidak lagi memakai perangkap untuk memenjarakan dirinya. Tetapi Baginda Raja langsung memenjarakannya. Maka tidak mustahil bila suatu ketika nanti Baginda langsung menjatuhkan hukuman pancung. Abu Nawas yakin bahwa saat ini Baginda pasti sedang merencanakan sesuatu. Abu Nawas menyiapkan payung untuk menyambut hujan yang akan diciptakan Baginda Raja. Pada hari itu Abu Nawas mengumumkan dirinya sebagai ahli nujum atau tukang ramal nasib.

Sejak membuka praktek ramal-meramal nasib, Abu Nawas sering mendapat panggilan dari orang-orang terkenal. Kini Abu Nawas tidak saja dikenal sebagai orang yang hartdal daiam menciptakan gelak tawa tetapi juga sebagai ahli ramal yang jitu.

Mendengar Abu Nawas mendadak menjadi ahli ra­mal maka Baginda Raja Harun Al Rasyid merasa khawatir. Baginda curiga jangan-jangan Abu Nawas bisa mem-bahayakan kerajaan. Maka tanpa pikir panjang Abu Nawas ditangkap.

Abu Nawas sejak semula yakin Baginda Raja kali ini berniat akan menghabisi riwayatnya. Tetapi Abu Nawas tidak begitu merasa gentar. Mungkin Abu Nawas sudah mempersiapkan tameng.

Setelah beberapa hari meringkuk di dalam penjara, Abu Nawas digiring menuju tempat kematian. Tukang penggal kepala sudah menunggu dengan pedang yang baru diasah. Abu Nawas menghampiri tempat penjagalan dengan amat tenang. Baginda merasa kagum terhadap ketegaran Abu Nawas. Tetapi Baginda juga bertanya-tanya dalam hati mengapa Abu  Nawas begitu tabah menghadapi detik-detik terakhir hidupnya. Ketika algojo sudah siap mengayunkan pedang, Abu Nawas tertawa-tawa sehingga Baginda menangguhkan pemancungan.

Beliau bertanya, "Hai Abu Nawas, apakah engkau tidak merasa ngeri menghadapi pedang algojo?"

"Ngeri Tuanku yang mulia, tetapi hamba juga me­rasa gembira." jawab Abu Nawas sambil tersenyum.

"Engkau merasa gembira?" tanya Baginda kaget.

"Betul Baginda yang mulia, karena tepat tiga hari setelah kematian hamba, maka Baginda pun akan mangkat menyusul hamba ke Hang lahat, karena hamba tidak bersalah sedikit pun." kata Abu Nawas tetap tenang.

Baginda gemetar mendengar ucapan Abu Nawas. dan tentu saja hukuman pancung dibatalkan.

Abu Nawas digiring kembali ke penjara. Baginda memerintahkan agar Abu Nawas diperlakukan istimewa. Malah Baginda memerintahkan supaya Abu Nawas disuguhi hidangan yang enak-enak. Tetapi Abu Nawas tetap tidak kerasa tinggal di penjara. Abu Nawas berpesan dan setengah mengancam kepada penjaga pen­jara bahwa bila ia terus-menerus mendekam dalam pen­jara ia bisa jatuh sakit atau meninggal Baginda Raja terpaksa membebaskan Abu Nawas setelah mendengar penuturan penjaga penjara.

*****

Cita-cita atau obsesi menghukum Abu Nawas sebenarnya masih bergolak, namun Baginda merasa kehabisan akal untuk menjebak Abu Nawas.

Seorang penasihat kerajaan kepercayaan Baginda Raja menyarankan agar Baginda memanggil seorang ilmuwan-ulama yang berilmu tinggi untuk menandingi Abu Nawas. Pasti masih ada peluang untuk mencari kelemahan Abu Nawas. Menjebak pencuri harus dengan pencuri.Dan ulama dengan ulama. Baginda menerima usul yang cemerlang itu dengan hati bulat.

Setelah ulama yang berilmu tinggi berhasil ditemukan, Baginda Raja menanyakan cara terbaik menjerat Abu Nawas. Ulama itu memberi tahu cara-cara yang pa­ling jitu kepada Baginda Raja. Baginda Raja manggut-manggut setuju. Wajah Baginda tidak lagi murung. Apalagi ulama itu menegaskan bahwa ramalan Abu Nawas tentang takdir kematian Baginda Raja sama sekali tidak mempunyai dasar yang kuat. Tiada seorang pun manusia yang tahu kapan dan di bumi mana ia akan mati apalagi tentang ajal orang lain.

Ulama andalan Baginda Raja mulai mengadakan persiapan seperlunya untuk memberikan pukulan fatal bagi Abu Nawas. Siasat pun dijalankan sesuai rencana. Abu Nawas terjerembab ke lubang siasat sang ulama. Abu Nawas melakukan kesalahan yang bisa menghantarnya ke tiang gantungan atau tempat pemancungan.

Benarlah peribahasa yang berbunyi sepandai-pandai tupai melompat pasti suatu saat akan terpeleset. Kini, Abu Nawas benar-benar mati kutu. Sebentar lagi ia akan dihukum mati karena jebakan sang ilmuwan-ulama.

Benarkah Abu Nawas sudah keok?

Kita lihat saja nanti.

Banyak orang yang merasa simpati atas nasib Abu Nawas, terutama orang-orang miskin dan tertindas yang pernah ditolongnya. Namun derai air mata para pecinta dan pengagum Abu Nawas tak akan mampu menghentikan hukuman mati yang akan dijatuhkan.

Baginda Raja Harun Al Rasyid benar-benar menikmati kernenangannya. Belum pernah Baginda terlihat seriang sekarang.

Keyakinan orang banyak bertambah mantap. Hanya sat orang yang tetap tidak yakin bahwa hidup Abu Nawas aka berakhir setragis itu, yaitu istri Abu Nawas. Bukankah Alia Azza Wa Jalla lebih dekat daripada urat leher. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah Yang Maha Gagah. Dan kematian adalah mutlak urusan-Nya. Semakin dekat hukuman mati bagi Abu Nawas. Orang banyak semakin resah. Tetapi bagi Abu Nawas malah sebaliknya. Semakin dekat hukuman bagi dirinya, se­makin tegar hatinya.

Baginda Raja tahu bahwa ketenangan yang ditampilkan Abu Nawas hanyalah merupakan bagian dari tipu dayanya. Tetapi Baginda Raja telah bersumpah pada diri sendiri bahwa beliau tidak akan terkecoh untuk kedua kalinya. Sebaliknya Abu Nawas juga yakin, selama nyawa masih melekat maka harapan akan terus menyertainya. Tuhan tidak mungkin menciptakan alam semesta ini tanpa ditaburi harapan-harapan yang menjanjikan. Bahkan dalam keadaan yang bagaimanapun gawatnya.

Keyakinan seperti inilah yang tidak dimiliki oleh Baginda Raja dan ulama itu. Seketika suasana menjadi  hening, sewaktu Bagin Raja memberi sambutan singkattentang akan dilaksanakan hukuman mati atas diri terpidana mati Abu Nawas. Kemudian tanpa memperpanjang waktu lagi Baginda Raja menanyakan permintaan terakhir Abu Nawas. Dan pertanyaan inilah yang paling dinanti-nantikan Abu Nawas.

"Adakah permintaan yang terakhir"

"Ada Paduka yang mulia." jawab Abu Nawas singkat.

"Sebutkan." kata Baginda.

"Sudilah kiranya hamba diperkenankan memilih hu­kuman mati yang hamba anggap cocok wahai Baginda yang mulia." pinta Abu Nawas.

"Baiklah." kata Baginda menyetujui permintaan Abu Nawas..

"Paduka yang mulia, yang hamba pinta adalah bila pilihan hamba benar hamba bersedia dihukum pancung, tetapi jika pilihan hamba dianggap salah maka hamba dihukum gantung saja." kata Abu Nawas memohon.

"Engkau memang orang yang aneh. Dalam saat-saat yang amat genting pun engkau masih sempat bersenda gurau. Tetapi ketahuilah bagiku segala tipu muslihatmu hari ini tak akan bisa membawamu kemana-mana." kata Baginda sambil tertawa.


"Hamba tidak bersenda gurau Paduka yang mulia." kata Abu Nawas bersungguh-sungguh.

Baginda makin terpingkal-pingkal. Belum selesai Baginda Raja tertawa-tawa, Abu Nawas berteriak dengan nyaring.

"Hamba minta dihukum pancung!"

Semua yang hadir kaget. Orang banyak belum mengerti mengapa Abu Nawas membuat keputusan begitu. Tetapi kecerdasan otak Baginda Raja menangkap sesuatu yang lain. Sehingga tawa Baginda  yang semula berderai-derai mendadak terhenti. Kening Baginda berkenyit mendengar ucapan Abu Nawas. Baginda Raja ti­dak berani menarik kata-katanya karena disaksikan oleh ribuan rakyatnya.

Beliau sudah terlanjur mengabulkan Abu Nawas menentukan hukuman mati yang paling cocok untuk dirinya.

Kini kesempatan Abu Nawas membela diri.

"Baginda yang mulia, hamba tadi mengatakan bahwa hamba akan dihukum pancung. Kalau pilihan hamba benar maka hamba dihukum gantung. Tetapi di manakah letak kesalahan pilihan hamba sehingga hamba hams dihukum gantung. Padahal hamba telah memilih hukuman pancung?"

Olah kata Abu Nawas memaksa Baginda Raja dan ulama itu tercengang. Benar-benar luar biasa otak Abu Nawas ini. Rasanya tidak ada lagi manusia pintar selain Abu Nawas di negeri Baghdad ini.

"Abu Nawas aku mengampunimu, tapi sekarang jawablah pertanyaanku ini. Berapa banyakkah bintang  di langit?"

"Oh, gampang sekali Tuanku."

"Iya, tapi berapa, seratus juta, seratus milyar?" tanya Baginda.

"Bukan Tuanku, cuma sebanyak pasir di pantai."

"Kau ini.... bagaimana bisa orang menghitung pasir di pantai?"

"Bagaimana pula orang bisa menghitung bintang di langit?"

"Ha ha ha ha ha...! Kau memang penggeli hati.

Kau adalah pelipur laraku. Abu Nawas mulai sekarang jangan segan-segan, sering-seringlah datang ke istanaku. Aku ingin selalu mendengar lelucon-leluconmu yang baru!"

"Siap Baginda        !"

oo000oo
Share:

HUMOR SUFI " SIDI ABU NAWAS DALAM CERITA HADIAH BAGI TEBAKAN JITU"



Hadiah Bagi Tebakan Jitu

Baginda Raja Harun Al Rasyid kelihatan murung. Semua menterinya tidak ada yang sanggup menemukan jawaban dari dua pertanyaan Baginda. Bahkan para penasihat kerajaan pun merasa tidak mampu memberi penjelasan yang memuaskan Baginda. Padahal Baginda sendiri ingin mengetahui jawaban yang sebenarnya.

Mungkin karena amat penasaran, para penasihat Baginda menyarankan agar Abu Nawas saja yang memecahkan dua teka-teki yang membingungkan itu. Tidak begitu lama Abu Nawas dihadapkan. Baginda mengatakan bahwa akhir-akhir ini ia sulit tidur karena diganggu oleh keingintahuan menyingkap dua rahasia alam.

"Tuanku yang mulia, sebenarnya rahasia alam yang manakah yang Paduka maksudkan?" tanya Abu Nawas  ingin tahu.

"Aku memanggilmu untuk menemukan jawaban dari dua teka-teki yang selama ini menggoda pikiranku." kata Baginda.

"Bolehkah hamba mengetahui kedua teka-teki itu wahai Paduka junjungan hamba."

"Yang pertama, di manakah sebenarnya batas jagat raya ciptaan Tuhan kita?" tanya Baginda.

"Di dalam pikiran, wahai Paduka yang mulia." jawab Abu Nawas tanpa sedikit pun perasaan ragu, "Tuanku yang mulia," lanjut Abu Nawas 'ketidakterbatasan itu ada karena adanya keterbatasan. Dan keterbatasan itu ditanamkan oleh Tuhan di dalam otak manusia. Dari itu manusia tidak akan pernah tahu di mana batas jagat raya ini. Sesuatu yang terbatas tentu tak akan mampu mengukur sesuatu yang tidak terbatas."

Baginda mulai tersenyum karena merasa puas mendengar penjelasan Abu Nawas yang masuk akal. Kemudian Baginda melanjutkan teka-teki yang kedua.

"Wahai Abu Nawas, manakah yang lebih banyak jumlahnya : bintang-bintang di langit ataukah ikan-ikan di laut?"

"Ikan-ikan di laut." jawab Abu Nawas dengan tangkas.

"Bagaimana kau bisa langsung memutuskan begitu. Apakah engkau pernah menghitung jumlah mereka?" tanya Baginda heran.

"Paduka yang mulia, bukankah kita semua tahu bahwa ikan-ikan itu setiap hari ditangkapi dalam jumlah besar, namun begitu jumlah mereka tetap banyak seolah-olah tidak pernah berkurang karena saking banyaknya. Sementara bintang-bintang itu tidak pernah rontok, jumlah mereka juga banyak." jawab Abu Nawas meyakinkan.

Seketika itu rasa penasaran yang selama ini menghantui Baginda sirna tak berbekas. Baginda Raja Harun Al Rasyid memberi hadiah Abu Nawas dan istrinya uang yang cukup banyak.

Tidak seperti biasa, hari itu Baginda tiba-tiba ingin menyamar menjadi rakyat biasa. Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan siapa pun agar lebih leluasa bergerak.

Baginda mulai keluar istana dengan pakaian yang amat sederhana layaknya seperti rakyat jelata. Di sebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang berkumpul. Setelah Baginda mendekat, ternyata seorang ulama sedang menyampaikan kuliah tentang alam barzah. Tiba-tiba ada seorang yang datang dan bergabung di situ, la bertanya kepada ulama itu.

"Kami menyaksikan orang kafir pada suatu waktu dan mengintip kuburnya, tetapi kami tiada mendengar mereka berteriak dan tidak pula melihat penyiksaan-penyiksaan yang katanya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara membenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihat mata?" Ulama itu berpikir sejenak kemudian ia berkata,

"Untuk mengetahui yang demikian itu harus dengan panca indra yang lain. Ingatkah kamu dengan orang yang sedang tidur? Dia kadangkala bermimpi dalam tidurnya digigit ular, diganggu dan sebagainya. la juga merasa sakit dan takut ketika itu bahkan memekik dan  keringat bercucuran pada keningnya. la merasakan hal semacam itu seperti ketika tidak tidur. Sedangkan engkau yang duduk di dekatnya menyaksikan keadaannya seolah-olah tidak ada apa-apa. Padahal apa yang dilihat serta dialaminya adalah dikelilirigi ular-ular. Maka jika masalah mimpi yang remeh saja sudah tidak mampu mata lahir melihatnya, mungkinkah engkau bisa melihat apa yang terjadi di alam barzah?"

Baginda Raja terkesan dengan penjelasan ulama itu. Baginda masih ikut mendengarkan kuliah itu. Kini ulama itu melanjutkan kuliahnya tentang alam akhirat. Dikatakan bahwa di surga tersedia hal-hal yang amat disukai nafsu, termasuk benda-benda. Salah satu benda-benda itu adalah mahkota yang amat luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang di surga karena barang-barang itu tercipta dari cahaya. Saking ihdahnya maka satu mahkota jauh lebih bagus dari dunia dan isinya. Baginda makin terkesan. Beliau pulang kembali ke istana.

Baginda sudah tidak sabar ingin menguji kemampuan Abu Nawas. Abu Nawas dipanggil: Setelah menghadap  Bagiri

"Aku menginginkan engkau sekarang juga berangkat ke surga kemudian bawakan aku sebuah mahkota surga yang katanya tercipta dari cahaya itu. Apakah engkau sanggup Abu Nawas?"

"Sanggup Paduka yang mulia." kata Abu Nawas langsung menyanggupi tugas yang mustahil dilaksanakan itu. "Tetapi Baginda harus menyanggupi pula satu sarat yang akan hamba ajukan."

"Sebutkan sarat itu." kata Baginda Raja.

"Hamba mohon Baginda menyediakan pintunya agar hamba bisa memasukinya."

"Pintu apa?" tanya Baginda belum mengerti. Pintu alam akhirat." jawab Abu Nawas.

"Apa itu?" tanya Baginda ingin tahu.

"Kiamat, wahai Padukayang mulia. Masing-masing alam mempunyai pintu. Pintu alam dunia adalah liang peranakan ibu. Pintu alam barzah adalah kematian. Dan pintu alam akhirat adalah kiamat. Surga berada di alam akhirat. Bila Baginda masih tetap menghendaki hamba mengambilkan sebuah mahkota di surga, maka dunia harus kiamat teriebih dahulu."

Mendengar penjetasan Abu Nawas Baginda Raja terdiam.

Di sela-sela kebingungan Baginda Raja Harun Al Rasyid, Abu Nawas bertanya lagi,

"Masihkah Baginda menginginkan mahkota dari surga?" Baginda Raja tidak menjawab. Beliau diam seribu bahasa, Sejenak kemudian Abu Nawas mohon diri karena Abu Nawas sudah tahu jawabnya.

oo000oo
Share:

HUMOR SUFI " SIDI ABU NAWAS DALAM CERITA CARA MEMILIH JALAN"



Cara Memilih Jalan

Kawan-kawan Abu Nawas merencanakan akan mengadakan perjalanan wisata ke hutan. Tetapi tanpa keikutsertaan Abu Nawas perjalanan akan terasa memenatkan dan membosankan. Sehingga mereka beramai-ramai pergi ke rumah Abu Nawas untuk mengajaknya ikut serta. Abu Nawas tidak keberatan. Mereka berangkat dengan mengendarai keledai masing-masing sambil bercengkrama.

Tak terasa mereka telah menempuh hampir separo perjalanan. Kini mereka tiba di pertigaan jalan yang jauh dari perumahan penduduk. Mereka berhenti karena me­reka ragu-ragu. Setahu mereka kedua jalan itu memang menuju ke hutan tetapi hutan yang mereka tuju adalah hutan wisata. Bukan hutan yang dihuni binatang-binatang buas yang justru akan membahayakan jiwa mer­eka.

Abu Nawas hanya bisa menyarankan untuk tidak meneruskan perjalanan karena bila salah pilih maka mereka semua tak akan pernah bisa kembali. Bukankah lebih bijaksana bila kita meninggalkan sesuatu yang meragukan? Tetapi salah seorang dari mereka tiba-tiba berkata,

"Aku mempunyai dua orang sahabat yang tinggal dekat semak-semak sebelah sana. Mereka adalah saudara kembar. Tak ada seorang pun yang bisa membedakan keduanya karena rupa mereka begitu mirip. Yang satu selalu berkata jujur sedangkan yang lainnya selalu berkata bohong. Dan mereka adalah orang-orang aneh karena mereka hanya mau menjawab satu pertanyaan saja."

"Apakah engkau mengenali salah satu dari mereka yang selalu berkata benar?" tanya Abu Nawas.

"Tidak." jawab kawan Abu Nawas singkat.

"Baiklah kalau begitu kita beristirahat sejenak." usul Abu Nawas.

Abu Nawas makan daging dengan madu bersama kawan-kawannya.

Seusai makan mereka berangkat menuju ke rumah yang dihuni dua orang kembar bersaudara. Setelah pintu dibuka, maka keluarlah salah seorang dari dua orang kembar bersaudara itu.

"Maaf, aku sangat sibuk hari ini. Engkau hanya boleh mengajukan satu pertanyaan saja. Tidak boleh lebih." katanya. Kemudian Abu Nawas menghampiri orang itu dan berbisik. Orang itu pun juga menjawab dengan cara berbisik pula kepada Abu Nawas. Abu Nawas mengucapkan terima kasih dan segera mohon diri.

"Hutan yang kita tuju melewati jalan sebelah kanan." kata Abu Nawas mantap kepada kawan-kawannya.

"Bagaimana kau bisa memutuskan harus menempuh jalan sebelah kanan? Sedangkan kita tidak tahu apakah orang yang kita tanya itu orang yang selalu berkata benar atau yang selalu berkata bohong?" tanya salah seorang dari mereka.

"Karena orang yang kutanya menunjukkan jalan yang sebelah kiri." kata Abu Nawas.

Karena masih belum mengerti juga, maka Abu Nawas menjelaskan. "Tadi aku bertanya: Apa yang akan dikatakan saudaramu bila aku bertanya jalan yang mana yang menuju hutan yang indah?" Bila jalan yang benar itu sebelah kanan dan bila orang itu kebetulan yang selalu berkata benar maka ia akan menjawab: Jalan se­belah kiri, karena ia tahu saudara Kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kiri sebab saudara kembarnya selalu berbohong. Bila orang itu kebetulan yang selalu berkata bohong, maka ia akan menjawab: jalan sebelah kiri, karena ia tahu saudara kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kiri sebab saudara kembarnya selalu berkata benar.

oo000oo
Share:

HUMOR SUFI " SIDI ABU NAWAS DALAM CERITA KETENANGAN HATI"



Ketenangan Hati

Sudan lama Abu nawas tidak dipanggil ke istana untuk menghadap Baginda. Abunawas juga sudah lama tidak  muncul di kedai teh. Kawan-kawan Abunawas banyak yang merasa kurang bergairah tanpa kehadiran Abu nawas. Tentu saja keadaan kedai tak semarak karena Abu nawas si pemicu tawa tidak ada.

Suatu hari ada seorang laki-laki setengah baya ke kedai teh menanyakan Abu nawas. la mengeluh bahwa ia tidak menemukan jalan keluar dari rnasalah pelik yang dihadapi.

Salah seorang teman Abunawas ingin mencoba menolong.

"Cobalah utarakan kesulitanmu kepadaku barang-kali aku bisa membantu." kata kawan Abunawas.

"Baiklah. Aku mempunyai rumah yang amat sempit. Sedangkan aku tinggal bersama istri dan kedelapan anak-anakku. Rumah itu kami rasakan terlalu sempit sehingga kami tidak merasa bahagia." kata orang itu membeberkan kesulitannya.

Kawan Abunawas tidak mampu memberikan jalan keluar, juga yang lainnya. Sehingga mereka menyarankan agar orang itu pergi menemui Abunawas di rumahnya saja.

Orang itu pun pergi ke rumah Abunawas. Dan kebetulan Abu Nawas sedang mengaji. Setelah mengutarakan kesulitan yang sedang dialami, Abunawas bertanya kepada orang itu.

"Punyakah engkau seekor domba?"

"Tidak tetapi aku mampu membelinya." jawab or­ang itu.

"Kalau begitu belilah seekor dan tempatkan domba itu di dalam rumahmu." Abunawas menyarankan.

Orang itu tidak membantah. la langsung membeli seekor domba seperti yang disarankan Abunawas.

Beberapa hari kemudian orang itu datang lagi menemui Abu Nawas.

"Wahai Abunawas, aku telah melaksanakan saranmu, tetapi rumahku bertambah sesak. Aku dan keluargaku  merasa segala sesuatu menjadi lebih buruk dibandingkan sebelum tinggal bersama domba." kata orang itu mengeluh.

"Kalau begitu belilah lagi beberapa ekor unggas dan tempatkan juga mereka di dalam rumahmu:" kata Abunawas.

Orang itu tidak membantah. la langsung membeli beberapa ekor unggas yang kemudian dimasukkan ke dalam rumahnya. Beberapa hari kemudian orang itu da­tang lagi ke rumah Abu Nawas.

"Wahai Abu Nawas,aku telah melaksanakan saran-saranmu dengan menambah penghuni rumahku dengan beberapa ekor unggas. Namun begitu aku dan keluargaku semakin tidak betah tinggal di rumah yang makin banyak perighuninya. Kami bertambah merasa tersiksa." kata orang itu dengan wajah yang semakin muram.

"Kalau begitu belilah seekor anak unta dan peliharalah di dalam rumahmu."kata Abu Nawas menyarankan

Orang itu tidak membantah. la langsung ke pasar hewan membeli seekor anak unta untuk dipelihara di dalam rumahnya.

Beberapa hari kemudian orang itu datang lagi menemui Abu Nawas. la berkata,

"Wahai Abu Nawas, tahukah engkau bahwa keadaan di dalam rumahku sekarang hampir seperti neraka. Semuanya berubah menjadi lebih mengerikan dari pada hari-hari sebelumnya. Wahai Abu Nawas, kami sudah tidak tahan tinggal serumah dengan binatang-binatang itu." kata orang itu putus asa.

"Baiklah, kalau kalian sudah merasa tidak tahan maka juallah anak unta itu." kata Abu Nawas.

Orang itu tidak membantah. la langsung menjual anak unta yang baru dibelinya.

Beberapa hari kemudian Abu Nawas pergi ke rumah orang itu

"Bagaimana keadaan kalian sekarang?" Abu Nawas bertanya.

"Keadaannya sekarang lebih baik karena anak unta itu sudah tidak lagi tinggal disini." kata orang itu tersenyum. "Baiklah, kalau begitu sekarang juallah unggas-unggasmu." kata Abu Nawas.

Orang itu tidak membantah. la langsung menjual unggas-unggasnya.

Beberapa hari kemudian Abu Nawas mengunjungi orang itu.

"Bagaimana keadaan rumah kalian sekarang ?" Abu Nawas bertanya.

"Keadaan sekarang lebih menyenangkan karena unggas-unggas itu sudah tidak tinggal bersama kami." kata orang itu dengan wajah ceria.

"Baiklah kalau begitu sekarang juallah domba itu." kata Abu Nawas.

Orang itu tidak membantah. Dengan senang hati ia langsung menjual dombanya.

Beberapa hari kemudian Abu Nawas bertamu ke rumah orang itu. la bertanya,

"Bagaimana keadaan rumah kalian sekarang ?" "Kami merasakan rumah kami bertambah luas ka­rena binatang-binatang itu sudah tidak lagi tinggal bersama kami. Dan kami sekarang merasa lebih berbahagia daripada dulu. Kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepadamu hai Abu Nawas." kata or­ang itu dengan wajah berseri-seri.

"Sebenarnya batas sempit dan luas itu tertancap dalam pikiranmu. Kalau engkau selalu bersyukur atas nikmat dari Tuhan maka Tuhan akan mencabut kesempitan dalam hati dan pikiranmu." kata Abu Nawas menjelaskan.

Dan sebelum Abu Nawas pulang, ia bertanya kepada orang itu,

"Apakah engkau sering berdoa ?"

"Ya." jawab orang itu.

"Ketahuilah bahwa doa seorang hamba tidak mesti diterima oleh Allah karena manakala Allah membuka pintu pemahaman kepada engkau ketika Dia tidak memberi engkau, maka ketiadaan pemberian itu merupakan pemberian yang sebenarnya."

oo000oo
Share:

HUMOR SUFI " SIDI ABU NAWAS DALAM CERITA PINTU AKHERAT"




Pintu Akhirat

Tidak seperti biasa, hari itu Baginda tiba-tiba ingin menyamar menjadi rakyat biasa. Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan siapa pun agar lebih leluasa bergerak.

Baginda mulai keluar istana dengan pakaian yang amat sederhana layaknya seperti rakyat jelata. Di sebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang berkumpul. Setelah Baginda mendekat, ternyata seorang ulama sedang menyampaikan kuliah tentang alam barzah. Tiba-tiba ada seorang yang datang dan bergabung di situ, la bertanya kepada ulama itu.

"Kami menyaksikan orang kafir pada suatu waktu dan mengintip kuburnya, tetapi kami tiada mendengar mereka berteriak dan tidak pula melihat penyiksaan-penyiksaan yang katanya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara membenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihat mata?" Ulama itu berpikir sejenak kemudian ia berkata,

"Untuk mengetahui yang demikian itu harus dengan panca indra yang lain. Ingatkah kamu dengan orang yang sedang tidur? Dia kadangkala bermimpi dalam tidurnya digigit ular, diganggu dan sebagainya. la juga merasa sakit dan takut ketika itu bahkan memekik dan  keringat bercucuran pada keningnya. la merasakan hal semacam itu seperti ketika tidak tidur. Sedangkan engkau yang duduk di dekatnya menyaksikan keadaannya seolah-olah tidak ada apa-apa. Padahal apa yang dilihat serta dialaminya adalah dikelilirigi ular-ular. Maka jika masalah mimpi yang remeh saja sudah tidak mampu mata lahir melihatnya, mungkinkah engkau bisa melihat apa yang terjadi di alam barzah?"

Baginda Raja terkesan dengan penjelasan ulama itu. Baginda masih ikut mendengarkan kuliah itu. Kini ulama itu melanjutkan kuliahnya tentang alam akhirat. Dikatakan bahwa di surga tersedia hal-hal yang amat disukai nafsu, termasuk benda-benda. Salah satu benda-benda itu adalah mahkota yang amat luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang di surga karena barang-barang itu tercipta dari cahaya. Saking ihdahnya maka satu mahkota jauh lebih bagus dari dunia dan isinya. Baginda makin terkesan. Beliau pulang kembali ke istana.

Baginda sudah tidak sabar ingin menguji kemampuan Abu Nawas. Abu Nawas dipanggil: Setelah menghadap  Bagiri
"Aku menginginkan engkau sekarang juga berangkat ke surga kemudian bawakan aku sebuah mahkota surga yang katanya tercipta dari cahaya itu. Apakah engkau sanggup Abu Nawas?"

"Sanggup Paduka yang mulia." kata Abu Nawas langsung menyanggupi tugas yang mustahil dilaksanakan itu. "Tetapi Baginda harus menyanggupi pula satu sarat yang akan hamba ajukan."

"Sebutkan syarat itu." kata Baginda Raja.

"Hamba morion Baginda menyediakan pintunya agar hamba bisa memasukinya."

"Pintu apa?" tanya Baginda belum mengerti. Pintu alam akhirat." jawab Abu Nawas.

"Apa itu?" tanya Baginda ingin tahu.

"Kiamat, wahai Paduka yang mulia. Masing-masing alam mempunyai pintu. Pintu alam dunia adalah liang peranakan ibu. Pintu alam barzah adalah kematian. Dan pintu alam akhirat adalah kiamat. Surga berada di alam akhirat. Bila Baginda masih tetap menghendaki hamba mengambilkan sebuah mahkota di surga, maka dunia harus kiamat teriebih dahulu."

Mendengar penjetasan Abu Nawas Baginda Raja terdiam.

Di sela-sela kebingungan Baginda Raja Harun Al Rasyid, Abu Nawas bertanya lagi,

"Masihkah Baginda menginginkan mahkota dari surga?" Baginda Raja tidak menjawab. Beliau diam seribu bahasa, Sejenak kemudian Abu Nawas mohon diri karena Abu Nawas sudah tahu jawabnya.

oo000oo
Share:

ANAK DIDIK MA NURUSSYAHID KERTAJATI LANTUNKAN LAGU KRITIK SOSIAL "HUKUM RIMBA"


Suganda, Rio Sempani dan Gimal Supriatna

LIRIK LAGU "HUKUM RIMBA"

Hukum adalah lembah hitam
tak mencerminkan keadilan....
pengacara juri hakim jaksa
masih ternilai dengan angka...
(uang)

hukum telah dikuasai
oleh orang orang beruang...
hukum adalah permainan
tuk menjaga kekuasaan...

maling - maling kecil dihakimi
maling - maling besar dilindungi
maling - maling kecil dihakimi
maling - maling besar dilindungi

hukum adalah komoditas
barangnya para tersangka...
ada uang kau kan dimenangkan
tak ada uang disingkirkan...

dimanakah adanya keadilan
bila masih memandang golongan...
yang kuat tselalu berkuasa...
yang lemah pasti merana...

maling - maling kecil dihakimi
maling - maling besar dilindungi
maling - maling kecil dihakimi
maling - maling besar dilindungi

maling - maling kecil dihakimi
maling - maling besar dilindungi
maling - maling kecil dihakimi
maling - maling besar dilindungi

Share:

2019/11/03

Laporan Hasil Perolehan Suara Pada Pemilihan Kepala Desa Serentak Gelombang Ke 3 (Tiga ) di 9 Desa Se-Kecamatan Kertajati BIJB Majalengka Tahun 2019

Foto Muspika Setelah Upacara Hari Sumpah Pemuda yang Ke 91 Tahun 2019 di Kecamatan Kertajati

            Pemilihan Kepala Desa Serentak Gelombang 3 Tahun 2019 di 9 (sembilan) Desa Se-Kecamatan Kertajati Majalengka telah usai diselenggarakan, tentunya kegiatan tersebut membuahkan hasil suka dan duka, suka bagi Calon Kepala Desa yang memperoleh dukungan yang menghantarkan pada kemenangan, sebaliknya duka bagi calon Kepala Desa yang belum mendapatkan dukungan masyarakat sepenuhnya, penulis menyampaikan dorongan semangat bahwa kekalahan dalan Pemilihan Kepala Desa adalah sebuah "Keberhasilan yang tertunda" serta jika dihadapi dengan hati yang lapang semua adalah "Amanah" bahwa kita bisa membangun bermitra dengan siapapun untuk membangun Desa, dan yang teramat penting menurut penulis yakinlah bahwa semuanya itu tentunya tidak terlepas dari Takdir Allah SWT.  

Dalam 6 (Enam) Poin Pesan Moral Pak Camat kepada para Calon Kepala Desa pendukung dan pemilih yaitu:
1. Semua Calon Kepala Desa agar memantapkan kembali mengikuti pilihan hanya untuk ibadah dan niat karena Allah SWT serta semata-mata untuk kepentingan untuk berbakti kepada masyarakat secara Ikhlas,
2. Semua masyarakat yang memiliki hak pilih agar menggunakan hak pilihnya dengan mendatangi TPS ( Tempat Pemungutan Suara) masing-masing
3.   Para Calon Kepala Desa harus siap kalah dan siap menang
4.  Para Calon Kepala Desa dan Pendukung agar mampu bersikap tenang dan bisa mengendalikan diri
5.  Siapapun nantinya yang terpilih menjadi Kepala Desa harus di dukung bersama karena hakekatnya sudah merupakan kehendak Allah SWT dan syareatnya karena kepercayaan masyarakat, dan
6.  Pilkades agar dapat dilaksanakan dengan aman, tertib, lancar dan kondusif serta tidak ada konflik, kerusuhan dan permusuhan serta perpecahan.     

Sering dengan telah berakhirnya kegiatan pemungutan dan penghitungan serta penetapan oleh Panitia 11 di TPS dalam Pemilihan Kepala Desa Serentak Gelombang 3 tahun 2019 di 9 (sembilan) Desa Se-Kecamatan Kertajati, maka berdasarkan informasi lewat WA dari Komunikasi dengan Pak Camat Kertajati ( Drs,H. Asep Rukanda, M.Si) dapat kami laporkan hasil Pemungutan terkati dengan Nama Desa, Nama Calon, Nomor Urut,  DPT, Suara sah, suara tidak sah, suara tidak terpakai, Hasil Pemungutan suara, serta yang masuk sebagai Kepala Desa terpilih, serta prosentasi partisifasi masyarakat dalam menyalurkan suaranya.  di bawah ini adalah Tabel yang telah di buat penulis mengacu kepada Hasil laporan dari Kecamatan Kertajati, sebagai berikut: 

1. Tabel Nama Desa DPT dan Surat Suara di 9 Desa Se-Kecamatan 

2. Tabel Nama Desa Dan Perolehan Suara Masing-Masing Calon se-Kecamatan Kertajati serta Prosentsi (%) Perolehan Suara 



1. Tabel Nama Desa, DPT, Nama Kepala Desa Terpilih, dan Prosentasi Partisifasi Masyarakat dalam menyalurkan hak suaranya 
Demikian Laporan ini di tulis untuk menjadi acuan Informasi sekarang dan 6 tahun yang akan mendatang, Penulis menyampaikan terima kasih kepada Pak Camat Drs. H. Asep Rukanda, M.Si yang selalu memberikan informasi terkait perkembangan Pemilihan Kepala Desa Gelombang 3 Tahun 2019 dari awal sampai akhir. semoga informasi ini bermanfaat.

Salam Perdamaian dari Penulis :
Yang Menang senantiasa " Bersyukur"  yang belum beruntung Senantiasa " Bersabar". 
Semuanya akan di sayang Allah SWT yang Maha Kuasa.

Share:

2019/11/01

6 (ENAM) PESAN MORAL BAPAK CAMAT KERTAJATI PADA PEMILIHAN KEPALA DESA SERENTAK GELOMBANG 3 (TIGA) TAHUN 2019 DI KECAMATAN KERTAJATI BIJB MAJALENGKA



6 (ENAM) PESAN MORAL BAPAK CAMAT KERTAJATI PADA PEMILIHAN KEPALA DESA SERENTAK GELOMBANG 3 (TIGA) TAHUN 2019 DI KECAMATAN KERTAJATI BIJB MAJALENGKA

Saat berita ini di tulis pada Pukul 20.10 WIB, kami mencoba berkomunikasi dengan pak Camat Kertajati Bapak Drs. H. Asep Rukanda, M.Si melalui WA, Beliau menyampaikan pesan singkatnya kepada Penulis terkait dengan pemilihan Kepala Desa Serentak gelombang 3 Tahun 2019 yang akan berlangsung pada tanggal 2 Nopember 2019, dari 14 Desa yang ada di Kecamatan kertajati 9 Desa diantaranya akan melangsungkan Pemilihan Calon Kepala Desa, dalam WA nya beliau menyampaikan 6 (Enam) pesan Moral dari Pak Camat kepada para Calon Kepala Desa pendukung dan pemilih yaitu:

1. Semua Calon Kepala Desa agar memantapkan kembali mengikuti pilihan hanya untuk ibadah dan niat karena Allah SWT serta semata-mata untuk kepentingan untuk berbakti kepada masyarakat secara Ikhlas,
2. Semua masyarakat yang memiliki hak pilih agar menggunakan hak pilihnya dengan mendatangi TPS ( Tempat Pemungutan Suara) masing-masing
3. Para Calon Kepala Desa harus siap kalah dan siap menang
4. Para Calon Kepala Desa dan Pendukung agar mampu bersikap tenang dan bisa mengendalikan diri
5. Siapapun nantinya yang terpilih menjadi Kepala Desa harus di dukung bersama karena hakekatnya sudah merupakan kehendak Allah SWT dan syareatnya karena kepercayaan masyarakat, dan
6. Pilkades agar dapat dilaksanakan dengan aman, tertib, lancar dan kondusif serta tidak ada konflik, kerusuhan dan permusuhan serta perpecahan.  

     Dalam Komunikasinya lewat WA Pak Camat Kertajati menyampaikan pula data terkait tentang Daftar calon Kepala Desa yang akan mengikuti Pemilihan Kepala Desa serentak Gelombang 3 (tiga) di Kecamatan Kertajati yang sudah terdaftar sampai hari rabu tanggal 9 Oktober 2019 pukul 13.24 WIB. Adapun Desa di Kecamatan Kertajati yang akan melangsukan kegiatan Pemilihan Kepala Desa Serentak 2 Nopember 2019, sebagai berikut:
Selain data Daftar calon Kepala Desa yang akan mengikuti Pemilihan Kepala Desa serentak Gelombang 3 (tiga) di Kecamatan Kertajati yang sudah terdaftar sampai hari rabu tanggal 9 Oktober 2019 pukul 13.24 WIB, juga Bapak Camat Kertajati menyampaikan pula data Pemilih tetap dari tiap-tiap desanya sebagai mana data di bawah ini:  

Semoga pemilu serentak Se-Kabupaten Majalengka dan khususnya di Kecamatan Kertajati yang akan dilaksanakan Hari sabtu tanggal 2 Nopember tahun 2019 dapat dilaksanakan dengan aman, tertib, lancar dan kondusif serta tidak ada konflik, kerusuhan dan permusuhan serta perpecahan. (Semoga)    


Share:

NASEHAT MBAH MOEN BUAT KITA SEMUA

Translate

KUMPULAN KITAB TERJEMAHAN


Foto Kepala MA Nurussyahid Kertajati dengan Gus Sauqi Putra Abah KH. Ma'ruf Amin (Wakil Presiden RI)

KEPALA MA BERSAMA PARA PURNAWIRAWAN TNI PADA ACARA MUNAJAT RAJAB

SANTRI MA NURUSSYAHID KERTAJATI PADA ACARA MUNAJAT RAJAB 1440 H

KUNJUNGAN SULTAN SEPUH KE YAYASAN