Madrasah Aliyah Nurussyahid (MANUSA) adalah Sekolah Menengah Atas Setingkat SMA/SMK, Yang berdiri 2013 dengan Unggulan Magang dan Mahir Bahasa Jepang


Niat yang baik akan menghasilkan prasangka yang baik, Prasangka yang baik akan menghasilkan Aqidah yang baik dan Aqidah yang baik akan menghasilkan Akhir yang baik (Khusnul Khotimah). Hidup ini adalah Perjuangan, perjuangan perlu pengorbanan, pengorbanan perlu kecintaan, kecintaan perlu kesungguhan dalam Do'a dan Ikhtiar yang seimbang. kecintaan perlu keikhlasan dan keikhlasan perlu kesabaran, maka Allah berfirman Jadikan Sabar dan Sholat sebagai penolongmu melalui petunjuk sang Guru Mursyid.

2022/04/18

MENGENAL LEBIH DEKAT MANAQIB/ BIOGRAFI SYEIKH MUHAMMAD USMAN ABDUH AL-BURHANI, RA

 

BIOGRAFI

 SYEIKH MUHAMMAD USMAN ABDUH AL-BURHANI, RA

 

BIOGRAFI SYEIKH MUHAMMAD USMAN ABDUH AL-BURHANI, RA 

Misi Seumur Hidup Sheikh Muhammad Usman Abduh al Burhani lahir di Halfa di Sudan pada pergantian abad 1902. Pada usia 10 tahun, pamannya menginisiasinya ke ordo Burhaniya setelah Muhammad Usman memohon untuk waktu yang lama. Tetapi dia tidak dapat menemukan guru di dunia luar yang berarti dia tidak dapat melakukan latihan spiritual atau menerima instruksi apa pun. Dia mengadakan jaga malam yang panjang dalam doa di mana dia mendapat penglihatan di mana dia dikunjungi oleh beberapa orang suci yang agung. Selama penglihatan ini dan dalam mimpinya dia mempelajari beberapa bagian dari awrad - doa-doa khusus Burhaniya. Setelah bertahun-tahun berlalu, ia akhirnya menemukan seorang guru, seorang asing buta yang dikirim kepadanya oleh Sayyidi Ibrahim Disuqi, pendiri ordo yang asli. Dia kemudian menemukan buku-buku yang telah dikubur dalam pot oleh kakek-neneknya selama periode Mahdi di mana banyak buku dibakar. Mereka menutup seluruh aurat Tariqahnya yang segera digunakan oleh Muhammad Usman untuk para pengikutnya. Dalam visi panjang yang memakan waktu empat puluh hari, ia mengetahui bahwa tugasnya adalah merevitalisasi tatanan Sayyidi Ibrahim Desuqi. Selama dua bulan, Muhammad Usman menolak untuk mengambil tugas ini sampai Imam al Hussein secara pribadi memerintahkannya untuk melakukannya. Di bawah kepemimpinan Sheikh Muhammad Usman, Tariqah Burhaniya memperoleh banyak pengikut di Sudan dan di Mesir. Selama tahun tujuh puluhan ordo tersebut sudah menghitung lebih dari 3 juta anggota saja di Mesir. Sejak tahun 1981 pesanan tersebut juga telah menyebar ke Eropa dan Amerika Utara. Sheikh Muhammad Usman, yang menerima nama Sayyidi Fahruddin, meninggal pada tanggal 5 April 1983, dan dimakamkan di Khartum (Sudan). Makamnya (maqam) [Foto] telah menjadi tempat ziarah, dan setiap peringatan ribuan Burhani dari seluruh dunia serta anggota tarekat sufi lainnya berkumpul untuk merayakan festival besar (hawliya) untuk menghormatinya.

 

Menerima Tarekat

“Selama tidur dan dalam penglihatan saya, saya melihat sebuah lokomotif dengan hanya satu gerobak datang ke arah saya dan berhenti tepat di depan kaki saya. Saya menemukan bahwa kereta itu datang dari Disuq, rumah Syekh saya. Mimpi ini berulang selama empat puluh hari. Setelah itu penglihatan menjadi lebih nyata dan saya bisa memasukinya. Saya membuka gerobak dan menemukan peti mati di dalamnya. Saya membuka peti mati dan menemukan mayat yang terbungkus kain putih. Saya mengangkat kain putih dan menemukan kain hijau di bawahnya. Saya mengangkat kain hijau dan menemukan kain kuning di bawahnya." Ini adalah tiga warna Tariqah: warna putih adalah warna yang diberikan oleh Rasulullah, Nabi Muhammad (saw), kepada Sayyidi Ibrahim. Ini melambangkan hukum Islam - Syariah. Warna hijau adalah singkatan dari Sayyidina Hussain dan warna kuning untuk Sayyidi Abul Hasan al Shadhuli. Kuning melambangkan penaklukan tujuh ego yang maju di atas jalan. Setelah dia mengangkat ketiga kain itu, Mawlana Sheikh Muhammad Usman melihat kaki mayat itu dan dia sangat terkejut mengetahui bahwa itu mirip dengan kakinya sendiri. Kemudian dia menemukan keberadaan syekh Sayyidi Abul Hasan al Shadhuli dan banyak wali lainnya. "Siapa yang meninggal ini?" Dia bertanya. "Ibrahim Disuqi", adalah jawabannya. Mawlana menangis karena percaya bahwa semua usaha dan doanya telah sia-sia sejak Syekhnya benar-benar meninggal. Tapi kemudian Sidi Ibrahim Disuqi menampakkan diri kepadanya secara langsung. "Orang mati itu melambangkan Tariqah saya", katanya, "dan Anda telah dipilih untuk menghidupkannya kembali". Mawlana menolak untuk mengambil tugas ini selama dua bulan. Kemudian para wali menampakkan diri kepadanya sekali lagi, kali ini bersama Sayyidina Husain. Dikatakan bahwa seseorang tidak dapat menolak permintaan darinya. Dia berkata, “Anakku, jangan ragu. Mereka yang menerima beban, juga menerima dukungan. Pikul tanggung jawab ini dan mintalah apa pun yang Anda butuhkan. Itu akan diberikan kepada Anda. tidak diperbolehkan menjadi gila (majzûb) dan bahwa mereka tidak perlu melakukan retret spiritual (khalwa). Sayyidi Ibrahim dan Sayyidina Husain menandatangani kontrak termasuk 60 kondisi. Kontrak ini masih dalam kepemilikan Sheikh of the Tariqah, Mawlana Sheikh Mohamed Sheikh Ibrahim Muhammad Usman. Djabal Awliya Sebagai seorang anak Mawlana Sheikh Muhammad Usman bermimpi di mana orang suci besar Sayyidi Ahmad al Badawi memegang tangannya dan membawanya ke gunung orang suci (jabal awliya), sebuah tempat dekat Kartoum. Dia menabrak gunung memaksanya untuk membentuk sebuah gua. "Berdoalah di gua ini" perintahnya pada Muhammad Usman. Anak laki-laki itu terbangun dan bingung dengan instruksi ini. Dia bertanya ke walikota tempat itu, seorang pria bernama Wasim, tentang gunung itu. Wasim mengatakan kepadanya bahwa gunung itu disebut Djabal Awliya karena beberapa orang suci pernah berdoa di salah satu guanya. Muhammad Usman akhirnya menemukan tempat yang terungkap dalam mimpi - sebuah gua, yang lantainya ditutupi pasir putih dan di mana arah kiblat ditunjukkan. Di sana dia berdoa untuk para Syekh dari tarekatnya, rantai mereka hanya diketahui secara tidak lengkap olehnya. dia kembali

RAHASIA HURUF-HURUF DALAM ALQUR'AN

Seorang penulis yang ahli nahwu-sharf mendatangi Syekh Muhammad Usman Abduh al Burhani RA. Penulis ini bertanya, “bukankah al-Qur’an sebagaimana firman Allah adalah menggunakan bahasa yang “Arabiyyun Mubin..!!” maka Syekh Sheikh Muhammad Usman Abduh al Burhani RA. Berkata: ia, akan tetapi “bahasa Arabnya Allah bukan seperti bahasa Arabnya kita…!”

Penulis itu berkata, “akan tetapi saya temukan dalam Qur’an banyak sekali huruf-huruf tambahan yang jika dihapus, maka itu tidak mengurangi makna kandungan al-Qur’an”.

Syekh Sheikh Muhammad Usman Abduh al Burhani RA. Meminta agar penulis itu mendatangkan bukti yang menunjukkan kebenaran kata-katanya. Maka penulis itu berkata, “dalam kisah Qarun, Allah berfirman:


وآتيناه من الكنوز مأ إن مفاتحه لتنوء بالعصبة أولي القوة

Sesungguhnya dalam ayat ini ada huruf (إن) za’idah (tambahan) yang tidak ada maknanya, bahkan jika dihapus, itu lebih baik dalam ilmu balagah”.
Syekh Sheikh Muhammad Usman Abduh al Burhani RA. bertanya: “apa yang engkau ketahui tentang
العصبة أولي القوة dalam ayat itu?”
Penulis itu menjawab, “sebagaimana yang pernah saya baca dalam kitab-kitab, yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah
البغال atau kuda.”
Syekh Sheikh Muhammad Usman Abduh al Burhani RA. bertanya lagi, “tahukah anda berapa jumlah bigal/kuda itu?” Penulis itu tentu tidak tahu, bahkan ia jadi tambah bingung.

Syekh Muhammad Usman Abduh al Burhani RA. berkata, “jawabannya ada pada huruf (إن) yang engkau sangka tidak ada artinya itu. Sesungguhnya huruf Alif=satu dan huruf Nun=limapuluh. Berarti jumlah bigal/kuda yang membawa kunci-kunci Qarun itu adalah limapuluh satu ekor. Kalau kita hapus (إن) dari ayat tersebut, maka firman Allah yang berbunyi وما فرطنا في الكتاب من شىء akan sia-sia. Oleh karena itu Sayyiduna Abu Bakr RA berkata:


لو ضاع منى عقال بعيري لوجدته فى القرآن


kalau saja tali binatang ternakku hilang, maka saya bisa menemukannya dalam al-Qur’an.”

Sungguh benar perkataan Syekh Sheikh Muhammad Usman Abduh al Burhani RA. bahwa, “bahasa Arabnya Allah bukan seperti bahasa Arabnya kita…!”

 

 

 


Share:

MENGENAL LEBIH DEKAT BIOGRAFI / MANAQIB SIDI IBRAHIM AL-QURASYI AD-DASUKI, RA

 


TAREKAT DUSUQIYAH BURHAMIYAH BURHANIYAH

BIOGRAFI / MANAQIB SIDI IBRAHIM AL-QURASYI AD-DASUKI, RA

Tarekat ini adalah Tarekat yang dinasabkan kepada pendirinyanya, yaitu Al-Arif Billah Quthbul Aqhtab Saidina Wa Maulana As-Sayyid Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki r.a.

Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki dilahirkan pada malam 30 Sya’ban tahun 653 H disebuah desa yang bernama Dusuq di dalam Propinsi Kafr Syeikh, Mesir  sekarang.

Beliau wafat pada tahun 696 H pada umur 43 tahun. Diriwayatkan bahwa maqam beliau itulah tempat beliau dilahirkan.

Ayanda  Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki ialah Al-Arif billah Sidi Abdul Aziz yang digelar sebagai Abul Majdi pada zamannya. Sidi Abdul Aziz. Beliau juga merupakan diantara sahabat akrab seorang Wali Allah yang amat masyhur pada waktu itu yaitu Sidi Muhammad Bin Harun As-Sanhuri.

Karamah Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki r.a.  banyak sekali. Untuk mengetahui dengan lebih mendalam, Silakan merujuk kitab-kitab berikut:

1.      At-Thabaqaat Al-Kubra oleh Sidi Abdul Wahhab As-Sya’rani

2.      Al-Jauharah Al-Mudhia’h oleh Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki r.a.

3.      Syaikhul Islam ad Dasuqi, Qutbul Syari’ah wal Hakikah  oleh Rajab at Tayyib al Ja’fari

4.      Al-Arifbillah Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki r.aoleh Saad Al-qadhi

Dan  banyak lagi kitab-kitab yang membicarakan tentang Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki r.a.  dan Tarekat-Nya.

Nasab Sidi Ibrahim Dusuqi

Beliau ialah Sultonul Aulia (Sultan segala aulia’) dan Quthbul Aqhtab (Ketua segala Qutb) :

Sayyidina Wa Maulana As-Sayyid Ibrahim Bin Sidi Abdul Aziz Abul Majdi Bin As-Sayyid Ali Quraisy Bin As-Sayyid Muhammad Abu Ar-Ridha Bin As-Sayyid Muhammad Abun-Naja As-Sayyid Ali Zainula’bidin Bin As-Sayyid Abdul Khaliq Bin As-Sayyid Muhammad Abu At-Thayyib Bin As-Sayyid Abdullah (Al-Katim / Al-Khazim / Al-Mulatsam) Bin As-Sayyid Abdul Khaliq Bin As-Sayyid Musa Abulqasim Bin As-Sayyid Ja’far Az-Zaki Bin Al-Imam Ali Al-Hadi Bin Al-Imam Muhammad Al-Jawad Bin Al-Imam Ali Ar-Ridha Bin Al-Imam Musa Al-Kazhim Bin Al-Imam Ja’far As-Shadiq Bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir Bin Al-Imam Ali Zainul A’bidin Bin

[Saidina Wa Maulana Al-Imam Hussain Bin Saidina Wa Maulana Al-Imam Ali]

[Saidina Wa Maulana Al-Imam Hussain Bin Saidatina Fatimah Az-Zahra’ Binti Rasulullah S.A.W]

Daripada pihak Ibunda Beliau adalah seorang Wali yang shalihah yang ‘abidah yaitu  Al-Arifbillah Saidatina Fathimah As-Syadzili yyah Bin Al-wali Al-Kabir Al-Arifbillah Syeikh Abdul Fath Al-Wasithi Bin Abil Ghanaim.

Syeikh Abul Fath merupakan salah seorang Khalifah agung bagi Al-Qutb As-Sayyid Ahmad Ar-Rifai’ r.a (Pendiri Tarekat Rifaiyyah).

Ada Riwayat mengatakan bahwa Ibu Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki r.a.; Sayidatina Fathimah tersebut merupakan saudara kandung Al-Qutb Sidi Abul Hasan As-Syadzili Ra. Jika benar riwayat ini, maka Sidi Ibrahim merupakan Keponakan Al-Qutb Sidi Abul Hasan As-Syadzili tersebut.

Walau bagaimanapun pendapat inilah yang kuat karena terdapat bukti-bukti yang kuat didalam kitab-kitab manaqib yang mu’tabar.

Dari segi pengambilan ijazah suluk, Sidi Ibrahim pernah menyebutkan didalam kitab beliau Al-Haqaiq (Hakikat-Hakikat) :

“Aku telah mengambil tarekat daripada Rasulullah S.A.W sendiri dan perjanjian baiah ku ambil daripada Al-Qutb Sidi Abil Hasan As-Syadzili  r.a”

 

Dusuqiyah-Dasuqiyah-Burhamiyah-Burhaniyah

Perkataan “Burhamiyah/ البُرهامية diambil dari nama pendiri tarekat ini, yaitu Sidi Ibrahim Ra, “Burhaniyah/ البُرهانية”  diambil dari gelar Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki r.a., yaitu  Burhanudin sedanhkan kata “Dusuqiyah/ الدسوقية atau Dasuqiyah” yang dinasabkan pada nama tempat kelahiran Beliau “Dusuq/ دسوق

Dan Berdasarkan UU Nomor 118/76 yang mengatur tentang Majelis Tertinggi Tarekat Sufi Mesir “المجلس الأعلى للطرق الصوفية” menyatakan bahwa Thuruq al-Burhamiyah al-Dasuqiyah merupakan tarekat-tarekat yang legal (mu’tabarah) di Republik Arab Mesir.

Untuk Indonesia, NU sebagai ormas terbesar Indonesia telah mengakui Tarekat Dusuqiyah (nama lain dari Tarekat Burhamiah) sebagai Tarekat Mu’tabarah yang bernaung dalam organisasi otonomnya yaitu JATMAN (Jam’iyah Ahlith Thoriqoh al Mu’tabarah an-Nahdliyah) yang sekarang Habib Muhammad Luthfi bin Yahya merupakan Rois ‘Ammnya.

Cabang-cabang Tarekat Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki r.a  

Pada masa sekarang ini terdapat beberapa cabang Tarekat Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki r.a diantaranya yang di Mesir yang bernaung dibawah Majelis Tertinggi Tarekat Sufi:

1.      Tarekat Dasuqiyah Muhammadiyah

2.      Tarekat ‘Asyuriyah Burhamiyah

3.      Tarekat Mujahidiyah Burhamiyah

4.      Tarekat Syahawiyah Burhamiyah

5.      Tarekat Syarnubiyah Burhamiyah

Untuk Indonesia dan Malaysia, Tarekat Dusuqiyah Muhammadiyah merupakan cabang utama dari Tarekat Sidi Ibrahim Al-Qurasyi Ad-Dusuki r.a telah menyebar luas melalui alumni-alumni al-Azhar yang pulang ke daerah masing-masing.

 Pada Beberapa sumber yang lain menerangkan sebagi berikut:

Syekh Ibrahim bin Syekh Abdul-Aziz yang dikenal dengan Abul-Majdi bin Quraisy Ad-Dusuqi ra. Beliau lahir di kota Dusuq-Mesir pada malam terahir bulan Sya’ban 653 H yang bertepatan dengan tahun 1255M.

Beliau dilahirkan pada malam Syak, yaitu hari yang di ragukan dan menjadi teka-teki apakah sudah memasuki puasa Ramadlan atau belum. Ketika para ulama ragu akan munculnya bulan tsabit yang menunjukkan masuknya bulan Ramadan, Syekh Ibnu Harun As-shufi ketika itu berkata: "Lihatlah anak yang baru lahir ini apakah dia meminum air susu ibunya"? Maka ibunya menjawab, “Dari sejak azan subuh, ia berhenti meminum air susu ibunya". Dengan demikian Syekh Ibnu Harun mengumumkan bahwa hari itu adalah hari pertama bulan ramadhan dan tanda-tanda kewalian Syekh Ibrahim Ad-Dusuqi RA sudah nampak dari sejak kelahiran beliau.

Sayidi Ibrahim al-Qurasyi ad-Dusuqi adalah “Wali Quthub” yang keempat dan yang terahir setelah Syekh Ahmad Arrifa’i RA, Syekh Abdul-Qadir al-Jaelani RA dan Syekh Ahmad al-Badawi RA sebagaimana diyakini ulama tashawuf seperti Syekh Mahmud al-Garbawi dalam kitabnya al-Ayatuzzahirah fi Manaqib al-Awliya’ wal-Aqthab al-Arba’ah, dan Assayyid Abul-Huda M.bin Hasan al-Khalidi Asshayyadi dalam kitabnya Farhatul-Ahbab fi Akhbar al-Arba’ah al-Ahbab dan kitab Qiladatul-Jawahir fi Zikril Gautsirrifa’I wa Atba’ihil-Akabir. Sebagaimana Nabi Muhammad saw, yang diutus paling akhir dan menjadi imam dari para nabi dan rasul sebelumnya, begitu juga sayidi Ibrahim ad-Dasuqi adalah imam dari wali qutub empat di atas.

Sayidi Ibrahim al-Qurasyi ad-Dusuqi adalah pendiri Thariqah yang dikenal dengan nama Burhamiyyah atau Dusuqiyyah. Pewaris beliau sebagai syekh Thariqah Dusuqiyah Muhammadiyah pada zaman ini adalah Mawlana syekh Mukhtar Ali Muhammad Ad-Dusuqi ra. "Semoga beliau senantiasa di beri kesehatan dan di panjangkan umurnya, amin".

Dalam kitab Thabaqat al-Kubra, anda akan menemukan Syekh Abdul-Wahhab Assya’rani ra, berbicara tentang riwayat Sayidi Abul-Hasan Assyazili ra, dalam 12 halaman, Sayidi Ahmad Arrifa’i dalam 7 halaman, Sayidi Abdul-Qadir Al-Jailani ra, dalam 9 halaman dan Sayidi Ahmad al-Badawi ra, dalam 7 halaman saja, sedangkan Sayidi Ibrahim Ad-Dusuqi ra, hingga 25 halaman…!

Syekh Abdul Wahhab As-Sya’rani ra, berkata: "Tuanku, Sayidi Ibrahim Ad-Dusuqi ra, memiliki keramat yang banyak, hal-hal yang luar biasa, menguasai rahasia-rahasia malakut, sejak lahir sudah puasa, menguasai bahasa Ajami, Siryani, Ibrani, zinji, seluruh bahasa burung, binatang dan makhluk-makhluk buas lainnya.

Beberapa kitabnya orang-orang salih yang berbicara tentang karamah dan riwayat hidupnya beliau, di antaranya adalah:

1) Farhatul Ahbab Fi Akhbar al-Arba’ah al-Ahbab, oleh al-Khalidi Asshayyadi.

2) Syaikhul Islam Addasuqi Quthbussyari’ah wal-Haqiqah, oleh Rajab Atthayyib al-Ja’fari.

3) Alamul Aqthab al-Haqiqi Sayyidi Ibrahim Ad-Dusuqi, oleh Abdurrazzaq al-King.

4) Lisanutta’rif bihalil-Wali As-Syarif Sayidi Ibrahim Ad-Dusuqi ra, oleh Syekh Ahmad bin Jalaluddin al-Karki ra.

5) Al-Ayatuzzahirah fi Manaqib al-Awliya’ wal-Aqthab al-Arba’ah, oleh Syekh Mahmud al-Garbawi.

6) Abul-Ainain Ad-Dusuqi, oleh Abdul-Al Kuhail.

7) Qiladatul Jawahir fi Zikril Gautsi wa Atba’ihil Akabir, oleh Syekh Abul Huda al-Khalidi As-Shayyadi.

8) Jami’ karamat al-Awliya’, oleh Syekh Yusuf An-nabhani.

9) Al-Arif Billahi Sayyidi Ibrahim Ad-Dusuqi, oleh Sa’ad al-Qadhi.

10) Biharul-Wilayah al-Muhammadiyyah Fi Manaqib A’lam Asshufiyyah, oleh Dr. Jaudah M. Abul Yazid.

11) Nailul Khairat al-Malmusah Biziyarati Ahlilbaiti Wasshalihin bi Mishr al-Mahrusah, oleh DR Sa’id abul As’ad.

12) Atthabaqat al-Kubra, oleh Syekh Abdul-Wahhab As-Sya’rani.

13) dan lain-lain

Syekh Ibrahim Addasuqi RA bermazhab Syafi’I dan terkenal dengan beberapa julukan seperti Abul Ainain, abul Aunain dan Burhanul Millati Waddin. Beliau wafat pada tahun 606H/1296M yang ketika itu beliau berumur 63 tahun dan dimakamkan di kota Dusuq-Mesir.

Beliau pernah berkata:

ولا تنتهي الدنيا ولا أيامها # حتى تعم المشرقين طريقتي

Yang artinya : “Dunia ini tidak akan berahir, sebelum tarekat-ku tersebar di seluruh penjuru dunia”

 

SYEKH IBRAHIM AL-DUSUQI

Syeikh Ibrahim Dusuqi dilahirkan pada tahun 623 H di Dusuq, Mesir. Syekh Ibrahim Dusuqi bin Abd Aziz Abu al-Majd bin Ali Quraish bin Muhamad Abi Redha bin Mohamad an-Najjar bin Ali Zainal Abidin bin Abdul Khaliq bin Mohamad at-Tayyib bin Abdullah al-Kattam bin Abdul al-Khaliq bin Abi al-Qasim bin Jaafar al-Zaki bin Ali al-Hadi bin Imam Mohamad al-Jawad bin Imam Ali Redha bin Imam Musa al-Kazim bin Imam al-Ja’far as-Sodiq bin Imam Mohamad al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam al-Hussin bin Saidina Ali dan Saidatina Fatimah az-Zahra’ binti Saidina Mohamad SAW. Manakala ibunya Sayyidah Fatimah as-Syaziliah binti Abdullah merupakan saudara perempuan kepada Syeikh Abu al-unya Sayyidah Fatimah binti Abdullah bin Abd Jabar, saudari tokoh sufi terkenal Abu Hasan Syazili.

Syekh Ibrahim Dasuqi ini juga mempunyai silsilah satu nasab dengan Sayyid Ahmad Badawi keturunan kesepuluh Sayyid Ja’far al-Turki bin Ali al-Hadi.. Beliau belajar ilmu bahasa, agama dan menghafal Al Qur’an dan hadis , Fekah mazhab as-Syafi dimana beliau juga bermazhab as-Syafei.

Tariqah beliau ini dikenal dengan nama Tariqah Burhamiah yang diambil dari namanya atau Tariqah Dusuqiah, diambil dari nama tempatnya. Syeikh Ibrahim Dusuki dan para pengikutnya ini memakai serban warna hijau sementara serban yang dipakai oleh Sayid Badawi dan para pengikutnya berwarna merah, sedangkan para pengikut Tariqah Rifaiyah berwarna hitam.

Sultan Zahir yangmendengar tentang keilmuan Syeikh Ibrahim Dusuqi telah melantiknya sebagai Syekh Islam, maka beliau menerima jabatan itu dan melaksanakan tugasnya tanpa mengambil gajinya, tapi membagikan gaji dari jabatan ini kepada pada fakir miskin dari kalangan muslimin. Sultan juga membangun sebuah tempat pertemuan untuk Syekh dan para muridnya dalam belajar memahami agama, jabatan ini tetap dipegang oleh Syekh Ibrahim sampai meninggalnya Sultan . setelah sultan meninggal, beliau mengundurkan diri, meluangkan waktunya bagi para muridnya.

Maulana Syeikh ini adalah seorang yang berani tidak menghampiri kepada penguasa dan tidak takut akan celaan orang-orang yang mencela di dalam menyebarkan agama Allah. Syekh Jalaludin al-Kharkhi bercerita; bahawasannya Syekh Dusuqi ini pernah berkirim surat kepada Sultan Asyraf Khalil bin Qalawun yang berisi kritikan pedas padanya, karena perbuatan zalim yang dilakukan kepada rakyat. Maka Sultan pun murka dan memanggil Syekh, tapi Syekh Dusuqi ini menolak untuk mendatangi panggilan ini dan berkata: ”Aku tetap di sini, siapa yang ingin bertemu saya, maka dialah yang harus menemuiku”. Dan Sultan pun tidak dapat berbuat apa-apa terhadap Syekh karena dia tahu posisinya di sisi masyarakat, maka diapun datang kepadanya dan minta maaf. Dan Syekh pun menyambutnya dengan baik dan memberi khabar gembira akan kemenangannya dalam peperangan melawan tentara salib, dan memang terbuktilah kemudian kemenangan itu.

Dicatatkan bahwa Syekh al-Itris yang dimakamkan di samping Sayidah Zainab di Kaherah adalah saudara Syekh Dusuqi. Syekh Dusuqi ini di samping menguasai bahasa arab juga menguasai bahasa asing lain seperti bahasa Suryaniyah dan Ibriyah, beliau telah menulis sejumlah buku dan risalah dalam bahasa Suryaniyah.

 

Syekh Dusuqi meninggalkan banyak kitab dalam bidang fiqih, tauhid, dan tafsir. yang paling terkenal adalah kitab yang masyhur di sebut “Al-Jawahir” atau “Al-Haqaiq”, dan juga Qasidah.

Maulana Syeikh Ibrahim ad-Dusuqi mempunyai pelbagai gelaran iaitu;

Abu al-Ainain, Syekhul al-Islam, Imam Syariat dan Hakikat, Rais ad-Diwan, Ghaus al-Iwan, Qutub al-Aqtab, Burhan Millah Wa ad-Din, Qutub ad-Dakwah wa al-Irsyad, Qutub al-Fard al-Jami’ al-Hasib an-Nasib al-Labib as-Syarif, Kibar al-Arifin, Sultan al-Auliyaa’ dan Hujjatul at-Tauhid..

Beliau wafat kurang lebih tahun 676 H dalam usia umur 43 di Dusuq, dan dimakamkan di zawiyyah-nya dimana beliau selalu beribadah di dalamnya. berdekatan makamnya, ada makam saudara sekaligus penggantinya iaitu Sayyid Musa Abu al-Imran.

Walaa haula wala quwwata illa billah.

Share:

NASEHAT MBAH MOEN BUAT KITA SEMUA

Translate

KUMPULAN KITAB TERJEMAHAN

WEBSITE NU ONLINE

PERPUSTAKAAN NASIONAL

Arsip


Foto Kepala MA Nurussyahid Kertajati dengan Gus Sauqi Putra Abah KH. Ma'ruf Amin (Wakil Presiden RI)

KEPALA MA BERSAMA PARA PURNAWIRAWAN TNI PADA ACARA MUNAJAT RAJAB

SANTRI MA NURUSSYAHID KERTAJATI PADA ACARA MUNAJAT RAJAB 1440 H

KUNJUNGAN SULTAN SEPUH KE YAYASAN