Madrasah Aliyah Nurussyahid (MANUSA) adalah Sekolah Menengah Atas Setingkat SMA/SMK, Yang berdiri 2013 dengan Unggulan Magang dan Mahir Bahasa Jepang


Niat yang baik akan menghasilkan prasangka yang baik, Prasangka yang baik akan menghasilkan Aqidah yang baik dan Aqidah yang baik akan menghasilkan Akhir yang baik (Khusnul Khotimah). Hidup ini adalah Perjuangan, perjuangan perlu pengorbanan, pengorbanan perlu kecintaan, kecintaan perlu kesungguhan dalam Do'a dan Ikhtiar yang seimbang. kecintaan perlu keikhlasan dan keikhlasan perlu kesabaran, maka Allah berfirman Jadikan Sabar dan Sholat sebagai penolongmu melalui petunjuk sang Guru Mursyid.

2019/10/26

Kementerian Agama Kabupaten Majalengka Selenggarakan PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se- Kabupaten Tahun 2019 di Halaman Kampus STAI PUI Majalengka



Melalui PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se-Kabupaten Majalengka Tahun 2019, kitawujudkan guru madrasah yang Sehat Jasmani Rohani, Profesional dan Bermartabat “


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Pendahuluan
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan bagi semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tetap tercurahkan kepada Rasul yang paling Mulia, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat, tabi’in, tabiattabiin hingga seluruhumatnya.
PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se-Kabupaten Majalengka Tahun 2019, merupakan salah satu event strategis dalam meningkatkan/mempererat ukhuwah Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan yang dapat memacu prestasi dalam segala bidang dengan tetap menjaga persaudaraan dan ukhuwah Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan sehingga terbentuk Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan yang Hebat dan Bermartabat.
Atas dasar kejernihan berpikir dan semangat kebersamaan, pembenahan konsep penyelenggaraan Pekan Olah Raga dan Seni Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se-Kabupaten Majalengka telah dilakukan yang berkaitan dengan kewajiban seluruh peserta mengikuti Pekan Olah Raga dan Seni Guru Madrasah se-Kabupaten Majalengka dengan sebaik-baiknya.
Untuk itu, perlu disusun panduan teknis Pertandingan / Lomba PORSENI Guru Madrasah se-Kabupaten Majalengka Tahun 2019. Technical Handbook ini merupakan ketentuan pelaksanaan Pekan Olah Raga dan Seni Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se-Kabupaten Majalengka yang mengatur seluruh proses pertandingan dan perlombaan tiap cabang olah raga dan seni sebagai pedoman. Hal lain yang sangat mendasar di dalam pelaksanaan ini adalah menekan serendah mungkin pelanggaran terhadap nilai-nilai dan norma olah raga dan seni, serta mendorong iklim kompetisi yang ketat dan sehat, sehingga memungkinkan adanya penajaman prestasi yang lebih tinggi.

B.     Dasar Kegiatan
Dasar kegiatan diselenggarakannya PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se-Kabupaten Majalengka Tahun 2019 adalah sebagai berikut.
1.Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional;
2.Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen;

C. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Maksud disusunnya Panduan Teknis ini adalah untuk dijadikan sebagai pedoman bagi seluruh stake holder penyelenggaraan PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se-Kabupaten Majalengka Tahun 2019 di Majalengka, agar sesuai dengan strategi arah kebijakan pembaharuan yang telah ditetapkan.
2. Tujuan
a. Mengatur tata cara penyelenggaraan dan pelaksanaan pertandingan.
b. Menjamin agar seluruh rangkaian kegiatan dapat berjalan lancar dan memenuhi standar kualitas  dan kuantitas yang diharapkan.
c. Menekanse minimal mungkin terjadinya ekses-ekses negative pada palaksanaan kegiatan Pekan Olah Raga dan Seni Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se-Kabupaten Majalengka.

D. Tema
Melalui PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se-Kabupaten Majalengka Tahun 2019, kitawujudkan guru madrasah yang Sehat Jasmani Rohani, Profesional dan Bermartabat “

E.  Azas  Penyelenggaraan
Azas penyelenggaraan PORSENI Guru Madrasah se-Kabupaten Majalengka Tahun2019 di Majalengka adalah Fair Play, Sportif, dan Persaudaraan.

F. Nama Kegiatan
PORSENI Guru Madrasah se- Kabupaten dan Tenaga Kependidikan Majalengka Tahun2019 di Majalengka, selanjutnya disingkat PORSENI Guru Madrasah se- Kabupaten Majalengka Tahun 2019 di Majalengka

G.     Waktu Kegiatan
Hari                                     : Sabtu s/d Minggu
Tanggal                               : 26-27 Oktober 2019
Tempat                               : STAI PUI Majalengka



Foto Tim KKM MAN 3 Majalengka 

BAB II
KETENTUAN UMUM

A.     Peserta
Peserta PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se- Kabupaten Majalengka Tahun 2019 di Majalengka adalah tenaga pendidik dan kependidikan pada Madrasah utusan KKM MI , MTs, MA IGRA, Pengawas dan Staf Mapenda se-Kabupaten Majalengka yang terdaftar sebagai peserta PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se- Kabupaten Majalengka Tahun 2019.

B.     Persyaratan Peserta
Persyaratan peserta PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se- Kabupaten Majalengka Tahun 2019 di Majalengka yaitu sebagai berikut.
1. Melampirkan copy KTP.
2.Melampirkan Print Out Berwarna Kartu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Simpatika Terbaru (Tahun Pelajaran 2019-2020) yang bertugas di MI/MTs/MA/IGRA, Pengawas dan Staf Mapenda
3.Surat Keterangan ASLI dari Kepala Madrasah yang bersangkutan
4.Bagi peserta yang tidak memenuhi persyaratan, tidak diperkenankan mengikuti PORSENI Guru Madrasah se- Kabupaten Majalengka Tahun 2019 di Majalengka.

C. CabangOlah Raga Dan Seni Yang Dipertandingkan
Cabang olah raga dan seni yang dipertandingkan PORSENI Guru Madrasah se- Kabupaten Majalengka Tahun 2019 di Majalengka, antara lain sebagai berikut.
1. Bola Voli-Satu Team terdiri dari 9 orang ( Putra dan Putri )
2. Bulu Tangkis Ganda (Putra dan Ganda Putri)
3. Tenis Meja Ganda ( Putra dan PUtri )
4. Guru Berprestasi ( Campuran Putra dan Putri )
5. Paduan Suara Mars dan Hymne Madrasah 21 orang Plus dirigen ( Campuran Pa – Pi )

D.Penghargaan
Panitia PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se- Kabupaten Majalengka Tahun2019 di Majalengka akan memberikan penghargaan kepada para pemenang dalam bentuk; Trophy, dan Piagam Penghargaan bagi Peserta terbaik I, II dan III tia-tiap Cabang Olahraga dan Seni

E. PendaftaranPeserta
1. Setiap KKM MI , MTs, MA IGRA, Pengawas dan Staf Mapenda mengirimkan Surat Kesediaan mengikuti PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se- Kabupaten Majalengka Tahun 2019 di Majalengka (Form-A) dengan mencantumkan Cabang Olah Raga dan Seni yang akan diikuti dan ditandatangani oleh Ketua KKM masing-masing selambat-lambatnya Tanggal 16 Oktober 2019.

2. Menyerahkan Daftar Nama Sementara Peserta / Atlet / Official (Form-B) selambat-lambatnya Tanggal 16 Oktober 2019.
3.Form-A,B dan C dikirimkan ke Sekretariat Panitia PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se- Kabupaten Majalengka Tahun2019 di Majalengka c.q Penmad Kabupaten Majalengka.



BAB III
KETENTUAN KHUSUS
A.     PERATURAN PERTANDINGAN OLAH RAGA
1. Bola Voli
a. Peraturan pertandingan pada PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se-Kabupaten Majalengka Tahun 2019 di Majalengka adalah peraturan pertandingan yang dikeluarkan oleh Federation Internationale Volley Ball (FIVB) dan Pengurus Besar Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PB.PBVSI) Tahun 2009;

b.Sistem pertandingan Bola Voli PORSENI Guru Madrasah se- Kabupaten Majalengka Tahun 2019 di Majalengka adalah system gugur dengan ketentuan Two Winning Set pada babak penyisihan dan Three Winning Set untuk Final.

c. Ketentuan WO
1) Bila regu yang dating terlambat 15 menit dari waktu yang telah di tentukan dalam jadwal pertandingan, akan dinyatakan kalah WO (setelah dipanggil 3x)
2)Bila regu menolak untuk main pada jadwal yang telah ditentukan panitia;
3)Meninggalkan lapangan permainan  dan  tidak mau melanjutkan permainan kalah 2-0 (25-0; 25-0) untuk penyisihan dan 3-0 (25-0; 25-0; 25-0)untuk babak final.
4)Memakai pemain lain yang tidak disahkan dalam pertemuan teknik.

d. Protes
1) Setiap regu dapat mengajukan protes apabila suatu tindakan/kejadian yang dilakukan dinilai bertentangan dengan peraturan pertandingan;
2)Waktu untuk mengajukan protes paling lambat 15 menit setelah pertandingan berakhir;
3)Satu kali mengajukan protes harus disertai dengan uang protes sebesar Rp. 200.000,-
4)Protes dilakukan secara tertulis rangkap 2 (dua) dengan data yang otentik.

e. Peralatan pertandingan yang digunakan pada PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se- Kabupaten Majalengka Tahun 2019 di Majalengka mengacu kepada standar pertadingan.

f. Kelengkapan Permainan
1)Kelengkapan pemain terdiri dari baju kaos, celana pendek tapi sopan (bagi laki-laki) dan atau trening, kaos kaki dan sepatu olah raga;
2) Warna dan Disain baju kaos, celana pendek/trening, dan kaos kaki harus seragam kecuali libero
3)Baju kaos pemain diberi nomor urut dengan nomor yang dipakai dari 1 s.d. 18, dipasang di depan tengah dan belakang tengah.
4) Tinggi Nomor Dada minimal 15 cm dan tinggi nomor punggung 20 cm. Garis yang membentuk angka minimal selebar 2 cm;
5)     Pada baju Kaos Kapten Tim di bagian dada harus terdapat garis berukuran 8 x 2 cm di bawah nomor dada.
6) Setiap Tim berhak untuk menunjuk seorang pemain bertahan “Libero” di antara 9 pemain yang terdaftar.
7)Ketentuan kelengkapan pemain untuk kategori putrid harus sama, pakai Celana Trening dan Berkerudung.

2. BuluTangkis
a. Peraturan pertandingan pada PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se-Kabupaten Majalengka Tahun 2019 di Majalengka adalah peraturan pertandingan yang dikeluarkan oleh Badminton World Federation International (BWF) dan Pengurus Besar Persatuan Badminton Seluruh Indonesia (PB.PBSI);

b.Sistem pertandingan Badminton PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se-Jawa Kabupaten Majalengka Tahun 2019 di Majalengka adalah system gugurd engan ketentuan Two Winning Set.

c. Ketentuan WO
1)Bila pemain yang dating terlambat 15 menit dari waktu yang telah di tentukan dalam jadwal pertandingan, akan dinyatakan kalah WO (setelah dipanggil 3x)
2)Bila regu menolak untuk main pada jadwal yang telah ditentukan panitia;
3)Meninggalkan lapangan permainan  dan  tidak mau melanjutkan permainan kalah 2-0 (25-0; 25-0).
4)Memakai pemain lain yang tidak disahkan dalam pertemuan teknik.

d. Protes
1)ProtesTeknis
· Protes yang sifatnya teknis akan diputuskan oleh refree
·  Keputusan refree bersifat final
2)Protes Non Teknis diputusan oleh refree dan dewan hakim pertandingan dan bersifat final.
3)Waktu untuk mengajukan protes paling lambat 5 menit setelah kasus yang diprotes berlangsung;
4)Satu kali mengajukan protes harus disertai dengan uang protes sebesar Rp. 200.000,-

e. Peralatan pertandingan yang digunakan pada PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se- Kabupaten Majalengka Tahun 2019 di Majalengka 2018 kepada standar pertadingan.

f. Peserta tidak diperkenankan menggunakan kaos bernomor punggung dan atau dada, dan tidak memakai kaos berlogo/bertuliskan cabang olah raga lain.

3. TENIS MEJA
a. Peraturan pertandingan Cabang Tennis Meja  pada PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se- Kabupaten Majalengka Tahun 2019 di Majalengka mengacu kepada peraturan permainan yang dikeluarkan oleh ITTF

b.  Sistem pertandingan Tennis Meja pada PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se- Kabupaten Majalengka Tahun 2019 di Majalengka adalah system gugur dengan ketentuan Three Winning Set atau The Best of Five Games.

c. Ketentuan WO
1) Bilaregu yang dating terlambat 15 menit dari waktu yang telah di tentukan dalam jadwal pertandingan, akan dinyatakankalah WO (setelah dipanggil 3x)
2)Bilaregu menolak untuk main pada jadwal yang telah ditentukan panitia;
3)Memakai pemain lain yang tidak disah kan dalam pertemuan teknik.

d. Protes
1)Protes Teknis diajukan paling lambat 1 jam setelah pertandingan berakhir;
2)Satu kali mengajukan protes harus disertai dengan uang protes sebesar Rp. 200.000,-

e. Ketentuan Lain
1) Setiap Pemain tidak diperkenankan menempel karet /bet di dalam area
2) Pemain harus memilih bola di tempat yang telah ditentukan;
3) Bet Warna Merah Hitam yang pudar
4) Game-nya 11, service 2x
5) Karet Bet tidak boleh Bintik
6) Kemenangan 3 poin, single 2, double 1

f.   Ketentuan Khusus Peralatan pertandingan
1)Peralatan pertandingan yang digunakan oleh. PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se- Kabupaten Majalengka Tahun 2019 di Majalengka mengacu kepada Peraturan Permainan yang dikeluarkan oleh ITTF.
2)Bola yang digunakan adalah merk “DHS TIGA BINTANG” warna orange, oleh karena itu pemain tidak diperbolehkan menggunakan kaos tim berwarna dasar kuning atau orange.
3) Karet
· Karet Bintik biasa adalah lapisan tunggal yang bukan karet cellular, sintetik atau karetalam, dengan bintik yang menyebar dipermukaan bet secara merata dengan kepadatan kurang 10 per cm2 dan tidak lebih dari 30 per cm2
· Karet Lunak adalah lapisan tunggal dari karet cellular yang ditutupi dengan lapisan luar karet bintik biasa.
· Semua jenis karet yang sudah berubah karakter, karet proses/oplosan, warnanya pudar, kotor, bau dan lengket, tidak boleh dipergunakan.
4) PakaianPemain
·  Setiap peserta harus berpakaian olah raga lengkap (kaos berkerah, celana pendek / trening, bersepatu dan berkaos kaki)
· Pakaian tidak menggunakan warna dasar putih, kuninga tau orange.
· Apabila ada dua tim yang bertanding menggunakan kaos tim dengan warna dasar yang sama, maka salah satu tim harus menggantinya setelah terlebih ahulu di undi oleh wasit.

B.     PERATURAN PERLOMBAAN SENI
1.      GURU BERPRESTASI
A. Peserta 1 Orang Sebagai utusan dari KKM masing - masing

B. Penilaian
1. Komponen Penilaian
a.  Dokumen portofolio (Pf)
b.  karya tulis ilmiah (KTI)
c. presentasi dan wawancara tentang penguasaan, pemahaman dan wawasan tentang pengembangan bakat, potensi dan prestasi peserta didik atau pengembangan masyarakat (bagi guru)
d. dan kemampuan berbahasa Arab dan/atau bahasa Inggris dan karya kreatif- inovatif.

 2Aspek Penilaian
a)   Penilaian portofolio meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
A.KUALIFIKASI DAN TUGAS POKOK
1.    Kualifikasi akademik
2.    Pengalaman mengajar
3.    Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
B.PENGEMBANGAN PROFESI
1.    Pendidikan dan pelatihan
2.    Penilaian dari Atasan dan Pengawas
3.    Prestasi akademik
4.    Karya Pengembangan Profesi
C. PENDUKUNG PROFESI
1.    Keikutsertaan dalam forum ilmiah
2.    Pengalaman organisasi di bidang pendidikan          dan social
3.    Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
b)  Penilaian Karya Tulis IImiah meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
A. ISI
1.    Orisinalitas
2.    Kebenaran konsep
3.    ISI (1) Aktualitas/relevansi/kontektualitas
4.    Akurasi
5.    Keluasan/kedalaman pembahasan

C. PENYAJIAN TEKNIK PENULISAN
1. Sistematika/logika
2. Penggunaan bahasa (pemilihan kata/kalimat/ejaan/paragraf/notasi ilmiah)
3. Penggunaan ilustrasi/contoh
4. Penggunaan grafik/table

C. REFERENSI
1. Penggunaan sumber utama
2.  Ragam sumber (jumlah/bahasa)
3. Tahun publikasi
4. Relevansi sumber

c) Penilaian presentasi dan wawancara meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
1.    Penguasaan materi
2.    Kejelasan
3.    Menjawab pertanyaan
4.     Menyampaikan argumentasi
5.     Ketuntasan
6.     Sistematika
7.    Penggunaan media
8.     Ketepatan waktu
9.    Penampilan (kerapian pakaian, 5 kesopanan, keramahan)

d)  Penilaian nilai tambah meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1.    Penguasaan Bhs Arab dan /atau Inggris
2.    Karya kreatif-inovatif
C.  Mekanisme
Dokumen Porto Folio (Pf) dan Karya Tulis Ilmiah (KTI) disetorkan kepanitia paling lambat tanggal 16 Oktober 2019.

2. PADUAN SUARA MARS DAN HYMNE MADRASAH
a. Peserta berjumlah minimal 21 orang peregu termasuk dirigen yang terdiri dari putra dan putri
b. Peserta Lomba sudah hadir 30 menit sebelum acara lomba dimulai
c.Setiap peserta wajib mendaftar ulang untuk mendapatkan nomor lomba
d. Sebelum acara lomba dimulai setiap peserta lomba diharapkan dapat mempersiapkan diri dengan baik dan lengkap sesuaid engan kebutuhan
e. Peserta tampil memakai baju Batik KKM masing – masing
f.   Lagu di iringi oleh music yang berasal dari Flash Disk
g. Setiap peserta membawakan lagu Mars dan Hymne Madrasah.
h. Juri berwenang meminta setiap peserta mengulangi lagu jika dianggap perlu (gangguan teknis)
i. Aspek Penilaian MATERI SUARA ( kemurnian suara, kebulatan suara, dan keindahan suara TEKHNIK ( memulai dan mengakhiri lagu / Aattack and release, ketepatan nada / Pitch, Pengkalimatan lagu / Frasering, Pernafasan dan pengucapan/ Artikulasi, Keterpaduan suara / sonoritas ), PENGHAYATAN LAGU ( kesesuaian dengan makna jiwa lagu yang meliputi : Tempo, dinamika, dan ekspresi ) PENAMPILAN ( kekompakan, keserasian, dan kerapian )
j.   Tidak boleh memakai variasi atau gerakan
k.  Membawakan 2 kali nyanyian.



BAB IV PENUTUP
Petunjuk teknis ini disusun sebagai acuan yang berisi pokok-pokok Penyelenggaraan PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se- Kabupaten Majalengka Tahun 2019 di Majalengka.
Hal-hal yang belum terncantumd alam buku pentujuk teknis PORSENI Guru Madrasah dan Tenaga Kependidikan se- Kabupaten Majalengka Tahun 2019 yang dikeluarkan oleh panitia PORSENI Guru Madrasah se- Kabupaten Majalengka Tahun 2019 di Majalengka dengan ketentuan yang tidak bertentangan dengan peraturan-perataran yang berlaku.
Akhirnya, Tak Ada Gading yang Tak Retak, Tak Ada Rotan Akar pun Jadi. Kritik dan saran konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan di masa mendatang.

Wassalamu’alaikumWr.Wb.
Majalengka, 9 Oktober 2019

PanitiaPenyelenggara

( Steering Committee )


NOMOR UNDIAN PESERTA LOMBA PADUAN SUARA
NO.
NOMOR UNDIAN
NAMA PESERTA
1.
01
KKM MI CISAMBENG
2.
02
KKM MTSN 8 MAJALENGKA
3.
03
KKM MI SUMBER
4.
04
KKM MTSN 5 MAJALENGKA
5.
05
KKM MTSN 7 MAJALENGKA
6.
06
KKM MAN 3 MAJALENGKA
7.
07
KKM MTSN 13 MAJALENGKA
8.
08
KKM MTSN 14 MAJALENGKA
9.
09
KKM MTSN 6 MAJALENGKA
10.
10
KKM MAN 2 MAJALENGKA
11.
11
KKM MI CIMEONG
12.
12
KKM MTSN 1 MAJALENGKA
13.
13
KKM MI KERTASARI
14.
14
KKM MI TEMBONG
15.
15
KKM MTSN 11 MAJALENGKA
16.
16
KKM MI MAJA
17.
17
KKM MI GUNUNGMANIK
18.
18
KKM MTSN 3 MAJALENGKA
19.
19
KKM MTSN 15 MAJALENGKA
20.
20
KKM MTSN 12 MAJALENGKA
21.
21
KKM MTSN 10 MAJALENGKA
22.
22
IGRA
23.
23
KKM MTSN 9 MAJALENGKA
24.
24
KKM MTSN 2 MAJALENGKA
25.
25
KKM MI SUTAWANGI
26.
26
KKM MI SUKAWANGI / LEMAHSUGIH
27.
27
KKM MAN 1 MAJALENGKA
28.
28
KKM MI PAGANDON
29.
29
KKM MTSN 4 MAJALENGKA












Share:

2019/10/24

Yayasan Nurussyahid Kertajati dalam Kegiatan Kerjasama Program Kemitraan Masyarakat Dengan Tim Dari Universitas Majalengka (UNMA) Tahun 2019




Fostering Diversity Attitudes
Through the Internalization of Multicultural Values

Yoyo ZakariaAnsori, IndraAdiBudiman, DedeSalimNahdi
UniversitasMajalengka
al.anshory0928@gmail.com, indra.adibudiman7@yahoo.com, salimnahdi15@gmail.com

Abstract:The phenomenon of diversity is like a double-edged knife, on one hand, has a positive impact, namely, we have a wealth of diverse cultural treasures. But on the other hand, it has a negative impact because diversity can trigger conflict between community groups which in turn can lead to instability in various fields. However, this negative impact can be prevented through the internalization of multicultural values in the community as an anticipatory effort towards the impact of the existence of the West Java International Airport (BIJB) in Kertajati District, Majalengka Regency in collaboration with the Nurussyahid Foundation. Through the internalization of multicultural values, it is expected that individuals have the attitude of accepting other groups equally as a unit, regardless of cultural, ethnic, gender, language, or religious differences. The method used in this case is the provision of material, question and answer, discussion, and the application of the value internalization model, namely the values clarification technique and value analysis model.
Keyword:Diversity, Internalization, Multicultural Values

INTRODUCTION
The nation and the people of Indonesia are truly proud to have a diverse culture that can be used as a basis for implementing sustainable development. The cultural wealth possessed by the Indonesian people must be nurtured and developed as a basis for sustainable development. In ethnological research, for example, it is known that Indonesia consists of approximately 600 ethnic groups with their respective identities and different cultures(Alwasilah, 2012)
The most plural conditions of the Indonesian people both in terms of ethnicity, race, religion and social status make a tremendous contribution to the development and dynamics of people's lives. However, this condition also allows for clashes between cultures, races, ethnicities, religions and prevailing values in society as according to Huntington (1992) that one's cultural and religious identity will be the main source of conflict in the post-cold war world.
Several cases that led to conflict with racial groups often occurred in Indonesia which if left unchecked would undermine the Unitary State of the Republic of Indonesia (NKRI). The conflicts that occurred for example, such as the cases of Ambon, Sampit, Poso, Aceh, conflicts between FPI and the Ahmadiyya group, and so on have made us realize that if this is allowed, it is very possible for the disintegration of the nation. The tragedy of intergroup violence that exploded sporadically in the late 1990s in various regions in Indonesia showed how vulnerable the sense of togetherness was built in Indonesia, how thick the prejudice between groups was and how low multiculturalism values were.
This condition is possible to occur in the community of Bantarjati Village, Kertajati District as an effect of the presence of the West Java International Airport (BIJB). The presence of BIJB will be a magnet for foreign tourists and domestic tourists who have different backgrounds in terms of ethnicity, religion, and race and between groups. In addition, the presence of the airport will make Kertajati as a field to open the business to outsiders who have different backgrounds. This condition, if left unchecked, will present conflict between local communities and migrants. Therefore, to overcome or avoid conflict, one needs to tolerate the very things one abhors, dis-agrees with, disapproves of or dislikes (Gibson, 2006; Sullivan andTransue,   1999; Sullivan et al.,   1982; Vogt, 1997). Tolerance is said to be indispensable for any decent society. It has been recognized  today  as “crucial  characteristic  in a pluralist,  multicultural  communities which are seeking to be free of oppression, violence and discrimination.” (Bergen 2012, 112)
Through collaboration with the Nurussyahid Foundation researcher have carried out the development of multicultural values for the surrounding community. Fostering multicultural values seen as an effective way to minimize conflict and prevent a split in society. Multicultural education will direct the individual in addressing the realities of a diverse society, to always have an appreciative attitude and willingness to accept differences.Therefore, with multiculturalism, tolerance will be present in the midst of society, because intolerance there is no principle of mutual harm (Mill, 1859) and all social groups, ethnic groups have equality in status and rights (Fraser, 2002)
RESEARCH METHOD
This study uses the value internalization method. The value internalization method aims to present values that initially exist outside the individual or as knowledge to become a strong self-embedded principle. According to Hakam (2016), the process of internalization is essentially an effort to present something (value) that originally existed in the external world to be an internal property both for individuals or institutions.
The value internalization method used in this study is value analysis. According to KosasihDjahiri (1985: 45), the value analysis approach is part of the Value Clarification Technique which is expected to lead to changes in student attitudes and behaviour. Thus, the target values to be achieved in this activity are (1) compassion (help, and care); (2) responsibility (discipline, and empathy); and (3) harmony of life (tolerance and cooperation).
FINDINGS AND DISCUSSION
Differences in the cultural background between migrants and local communities will lead to horizontal conflicts that will harm both parties, so it needs to be dealt with through guidance to the community by providing an understanding of the attitude of diversity, namely respecting different backgrounds of people, ethnicity, culture and religion (Ansori, 2019). The attitude of diversity will be owned by the community when multicultural values can be conveyed to students through coaching activities. The target of coaching is teenagers because based on the psychological characteristics of the development of teenagers, they have the characteristic of being looking for identity and also including an unstable age (Santrock, 2012). So that these conditions require coaching in the formation of identity, as a vehicle to grow values, perceptions, and attitudes that are positive and also productive in living life in the future.
The implementation of the value internalization method to students to foster an attitude of diversity begins with the delivery of information to students. At this stage, it aims to provide knowledge about the condition of the Indonesian people who have 600 ethnic groups with their respective identities and different cultures. The condition of a very pluralistic Indonesian society makes a tremendous contribution, however, such conditions also enable the occurrence of inter-cultural, racial, ethnic, religious and values that apply in society. (Tilaar, 2014)
Therefore, it is necessary to instil an attitude that respects diversity towards differences through the formulation of multicultural values.In multicultural values contained the values of tolerance,multicultural explains that there are five dimensions in multicultural education. First, content integration which involves diversity in an educational culture aims to eliminate prejudice. Second, the construction of science (knowledge construction) which is realized by knowing and comprehending the existing diversity. Third, prejudice reduction arising from inter-cultural interactions within educational culture. Fourth, human equity pedagogy that provides space and opportunity to different elements. Fifth, school empowering culture--school is seen as a social element of social structures (Banks, 1993).
After the delivery of the material is complete, there will be a question and answer activity in which a formulation of values is made. Value formulations delivered to students in the form of value standards such as right-wrong, bad-good, or bad benefits. Also conveyed the prevailing norms in society, laws, formulas or theorems of the Qur'an and hadith that are normative in nature.As an example in Al-Qur'an surah Al-Hujurat verse 13, the word mindakarin au unsa is an introduction to emphasize that all human beings have the same degree of humanity on the side of Allah and there is no difference between one tribe and another (Hanaf, 2017).
Meanwhile, to sharpen the participants' thinking patterns, coaching activities are presented with problematic stories (moral dilemmas). Given a moral dilemma solely to provide a stimulus that requires a response or solution that contains values from the participants, through the moral dilemma the participants provide several responses/solutions from various perspectives, in that way the insight and information on values will increase.
Through the valuable information conveyed to the participants, it is expected that the information will be responded to cognitively and affectively by students who receive information. If the content of information is in line and extends the value that already exists in the individual, then the information will be received easily and quickly fused with existing beliefs (cognitive resonance), but if new information is not in line or even contrary to the beliefs that there is in the person, there will be a shock of the mind, the upsurge of feeling, or questioning and criticizing the content of new information, perhaps even rejection of the content of the new information, such a person's response is called cognitive dissonance.
Besides giving information, in this activity, the value internalization model was applied, namely the value analysis model. The use of the value analysis model aims to guide students to use a systematic and scientific approach in collecting and analyzing data, so that students can find their own values and community values that are considered the most correct where they live, which ultimately students are expected to make decisions and assess a value that can be maintained nationally and religiously.
The use of value internalization models expects participants to have a critical analysis of situations related to a social context (Hakam, 2016). Besides that, through the value internalization model participants are expected to be able to accept the values of others by not judging their good and bad, but participants must be able to analyze data or information so that they can find their own values and the values of the communities they live in, which ultimately participants are able to assess a value rationally.
The use of value analysis models is expected that participants are able to collect and analyze data and classify any information including facts, opinions, assumptions, criteria, propaganda or incorrect information. In other words, in a value conflict, participants can distinguish what they know as facts (evidence), what they expect but cannot prove it (opinion or estimate). Through thinking evaluative processes and logical thinking the students will reach a decision based on a set of value principles, and be able to assess values rationally.
The value of multicultural that is delivered continuously, in time will influence the beliefs and beliefs of individuals will influence someone's attitude in acting. This attitude will be reflected in his choice. Because without tolerance, communities that value diversity, equality and peace could not per-sist (Vogt, 1997). The characteristics of tolerant attitude, according to Hasyim (1979), are as follows: (a) Acknowledge the rights of everyone. it is a mental attitude recognizing every human being as having the right to determine their own attitude, conduct and destiny; (b) Respect the beliefs of others. it is very crucial as forcing a person's beliefs by force or in a subtle way will result in others being hypocritical; (c) Agree in disagreement (agreeing indifference) Differences do not necessarily lead to opposition as it exists in this world; (d) Understanding each other. There is no mutual respect between people if there is no mutual understanding; (e) Awareness and honesty. The attitude of tolerance concerns on one's inner attitudes and consciousness and awareness leading to honesty and innocence of behaviour.
Sullivan andTransue   (1999) identify four primary predictors of tolerance in their review of twentieth-century research the most recent overview to date. Below, each predictor they identified is discussed, together with more recent evidence and contradictory findings.   First, education plays a central and much-researched role in the emergence of tolerance.   So-called   political   elites   or   ‘the   educated   and the   politically   active’   (Sullivan   and   Transue,   1999:629) are more supportive of civil liberties and henceare generally more politically tolerant (McCloskyand Brill, 1983; McClosky and Zaller, 1984; Nunnet al., 1978; Sullivan et al., 1993; but see Snidermanet al., 1996). Second, the more strongly people haveinternalized beliefs in the abstract norms of democracy the more consistent they are in their tolerant judgements   (Lawrence,   1976;   McClosky, 1964; ProthroandGrigg,   1960; Sullivan et al.,   1982). Moreover, internalized democratic norms havea‘dampening effect’ on the negative effect of threat perceptions. Third, perceptions of threat are strong predictors of intolerance. The more one feels threat-enedby a group the less tolerant one responds towards this group (e.g. Sullivan et al.,   1982). Fourth, certain personality dispositions correlatestrongly with political tolerance.
Therefore, multicultural education that emerged today is a common perception of different views on the culture owned by every citizen so it can eliminate and change the stigma of racism or ethnocentrism into integration of all levels of Indonesian society. Multicultural education has a strategic position in the nationalism values of each nation's children since early multicultural education leads them to be more tolerant. Tolerance has the power to overcome differences, prejudice and plain hostilitybetweenpeople. The power of tolerance is that it can be practisedwithstandingthe almost ‘automatic’   responses of interpersonal prejudice and stereotyping   (Leyenset al.,   1994).
CONCLUSION
Internalization of multicultural values is believed to be a real solution to anticipate conflicts and disharmony that occur in the community. especially those that often occur in Indonesian society. Through this activity, students are expected to have tolerance attitude which is a wise attitude in facing differences and respecting cultural diversity.
In the end, through the development of multicultural values, it is hoped that the students (the community) will develop the ability to logically assess the value of conflict situations in a systematic and varied manner until the decision on the values is valid, and can be accounted for. In addition, it helps students individually and in groups to analyze the situation scientifically, so that they can gradually develop a value system because the reason behind decision making is value. There is a set or number of values that underlie human choice. There is also a set of values that serve as references and considerations for human choices. The value also appears in the objectives to be achieved. Values also act as driving forces that drive people to act. With the internalization of multicultural values, tolerance will grow in the individual so that it becomes the basis and reference in acting and making decisions.

REFERENCES
Alwasilah, A. Chaedar (2012) PokoknyaRekayasaLiterasi, Kiblat: Bandung
Ansori, Yoyo Zakaria .(2019). Islam danPendidikanMultikultural, JurnalCakrawalaPendas: FKIP UniversitasMajalengka
Banks, James A. (2002). An introduction to multikultural education, Boston-London: Allyn and bacon Press.
Bergen, W. V.,Bergen, B. A. V., Stubblefield, C.,&Bandow, D. 2012Winter.“Authentic Tolerance: Between Forbearance and Acceptance,” Journal of Cultural Diversity,19(4):112
Haryati, Tri Astutik .(2009). Islam dan Pendidikan Multikultural: Jurnal Nasional
Hasyim, Umar. (1979). Toleransi dan Kemerdekaan dalam Islam: Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan Antar Agama. Surabaya.
Djahiri, K. (2007). KapitaSelektaPembelajaran. Bandung. Lab PMPKN FPIPS UPI Bandung
Doorn, Marjokavan .(2012). Tolerance. University Amsterdam: The Netherlands

Fraser, Nancy (2002), “Recognition without Ethics?,dalam: Lash, Scott et.al.(ed.), Recognition and Difference , Sage Publications, London, 2002
Hakam, K.A. (2016). MetodeInternalisasiNilai-Nilai. Bandung: Maulana Media Grafika
---------------- .(2006). PendidikanNilai. Bandung: Value Press
Hanaf, AfdholAbdul .(2017). MultikulturalismedalamPerspektif M. QuraishShihabdanImplikasinyapadaPendidikan Agama Islam (AnalisisatasKitabTafsir Al-Misbah) Tesis
Huntington, S. 1992. The Clash of Civilizations.American Enterprise Institute
Rencana Pembangunan JangkaMenengah DaerahKab.Majalengka 2014-2018.
Leyens J-P, Yzerbyt V and Schadron G (1994) Stereotypes and Social Cognition. Thousand Oaks, CA: Sage.
Stuart Mill, John. 1977. “On Liberty”Collected Works of John Stuart Mill .Toronto,University of Toronto Press
Santrock, John W..(2012). Life Span Development. Jakarta: Erlangga

Tilaar H.A.R, 2016 Pembelajaran Multikultural dalam peningkatan Critical Thinking, Creativity, Communication and Collaboration: Artikel

Vogt WP (1997) Tolerance and Education: Learning to Live with Diversity and Difference. Thousand Oaks,CA, London and New Delhi: Sage.

Gibson JL (2006) Enigmas of intolerance: Fifty yearsafter Stouffer’s communism, conformity, and civilliberties. Perspectives on Politics 4(1): 21–34.

Sullivan JL and Transue JE (1999) The psychological underpinnings of democracy: A selective review ofresearch on political tolerance, interpersonal trust,and social capital. Annual Review of Psychology 50(1):625–50.

Sullivan JL, Piereson J and Marcus GE (1982) PoliticalTolerance and American Democracy.Chicago:University of Chicago Press.

Sahal, Muhammad et. al .(2018). Tolerance in Multicultural Education: A Theoretical Concept ISSN 2364-5369 Volume 5, Issue 4 August, 2018 Pages: 115-122
Share:

2019/10/23

Sholawat Haji





Share:

2019/10/21

MERIAHKAN MALAM HARI SANTRI (LIVE) 1 MILIYAR SHOLAWAT NARIYAH BERSAMA KH. SAID AQIL SIROJ, GUS MIFTAH DAN GUS AZMI




Berbicara sejarah bangsa Indonesia, maka tidak bisa terlepas dari peran santri karena santri adalah bagian dari sejarah bangsa ini. Peristiwa sejarah yang paling monumental di mana santri menjadi penggerak adalah ketika keluarnya Resolusi Jihad yang dimotori oleh Hadratus Syaikh al-maghfurlah KH. M. Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober 1945, bersama para ulama, kiai dan kaum santri seantero Jawa dan Madura, melalui dikeluarkannya fatwa “Resolusi Jihad" yang mendorong terjadinya perang besar di Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Semua itu dilakukan demi membela kedaulatan negara dari ancaman pasukan gabungan Inggris dan Belanda, yang berupaya menjajah kembali bangsa kita yang baru 3 bulan merdeka. Hingga alhamdulillah, atas kuasa dan pertolongan Allah, fatwa "Resolusi Jihad" yang diusung oleh para kiai dan santri dapat membuahkan hasil yang gemilang, meski harus ditebus dengan ribuan nyawa dari kalangan santri yang gugur di medan perang. Dalam catatan sejarah, dikatakan bahwa di antara tokoh penting yang turut mensukseskan pertempuran di Surabaya, sekaligus menjadi tokoh kunci yang menjadi alasan mengapa perang itu dilakukan di tanggal 10 November, yang hingga sekarang diperingati sebagai Hari Pahlawan,  adalah almaghfurlah Kiai Amin Sepuh Babakan dan Kiai Abbas Buntet, yang oleh Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari disebut sebagai “Singa dari Jawa Barat”.   
Dengan adanya Hari Santri yang diperingati setiap tahunnya pada tanggal 22 Oktober di mata saya menjadi penegasan dan pengakuan negara bahwa kaum santri memiliki sumbangsih besar untuk negeri. Pada saat yang sama Hari Santri juga merupakan momentum untuk mengingat sejarah peran ulama dan santri, sejalan dengan  jargon  kata JAS, yaitu: JAS MERAH dan JAS HIJAU. JAS MERAH artinya “JAngan Sekali-kali MElupakan SejaRAH”, dan JAS HIJAU artinya “JAngan Sekali-kali HIlangkan JAsa Ulama”.

 “Kun Ibna Zamanika”, jadilah anak zamanmu. Maka santri saat ini mesti menjadi anak zaman yang bisa menghadapi zamannya. Jika dulu di zaman penjajahan santri mampu tampil heroik, maka sejatinya di zaman sekarang pun santri mesti mampu tampil heroik pula dalam menghadapi tantangan era globalisasi. Mesti ada sumbangsih santri untuk NKRI dalam konteks kekinian.
-      Momentum Hari Santri 22 Oktober 2017 dengan mengangkat tema “Santri Mandiri, NKRI Hebat”.
-      Tema Hari santri 22 Oktober 2018 yang ditetapkan oleh Kementerian Agama adalah Bersama Santri Damailah Negeri.
-      Tema hari Santri 22 Oktober 2019. Tema yang diusung adalah 'Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia'.

Bulan Shafar  adalah bulan kedua dalam penanggalan hijriyah Islam. Sebagaimana bulan lainnya, ia merupakan bulan dari bulan-bulan Allah yang  tidak memiliki kehendak dan  berjalan sesuai dengan apa yang Allah ciptakan untuknya.<> Masyarakat jahiliyah kuno, termasuk bangsa Arab, sering mengatakan bahwa bulan Shafar adalah bulan sial. Tasa'um (anggapan sial) ini telah terkenal pada umat jahiliah dan sisa-sisanya masih ada di kalangkan muslimin hingga saat ini.
Bagaimana dengan pandangan sidi Abdul Hamid Quds dalam kitabnya Kanzun Najah Was-Surur Fi Fadhail Al-Azminah wash-Shuhur  yang menjelaskan: banyak para Wali Allah yang mempunyai pengetahuan spiritual yang tinggi mengatakan bahwa pada setiap tahun, Allah menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar. Oleh sebab itu hari tersebut menjadi hari yang terberat di sepanjang tahun. Maka barangsiapa yang melakukan shalat 4 rakaat (nawafil, sunnah),
di mana setiap rakaat setelah al-Fatihah dibaca surat al-Kautsar 17 kali lalu,  surat al-Ikhlash 5 kali, surat al-Falaq dan surat an-Naas masing-masing sekali; lalu setelah salam membaca do’a, maka Allah  dengan kemurahan-Nya akan menjag a orang yang bersangkutan dari semua bala bencana yang turun di hari itu sampai sempurna setahun.
Mengenai amalan-amalan tersebut di atas, mengutip KH. Abdul Kholik Mustaqim, Pengasuh Pesantren al-Wardiyah Tambakberas Jombang, para ulama yang menolak adanya bulan sial dan hari nahas Rebo Wekasan berpendapat (dikutip dengan penyesuaian):
Pertama, tidak ada nash hadits khusus untuk akhir Rabu (Rebo Wekasan) bulan Shofar, yang ada hanya nash hadits dla’if yang menjelaskan bahwa setiap hari Rabu terakhir dari setiap bulan adalah hari naas atau sial yang terus menerus, dan hadits dla’if ini tidak bisa dibuat pijakan kepercayaan.
Kedua, tidak ada anjuran ibadah khusus dari syara’.Ada anjuran dari sebagian ulama’ tasawwuf namun landasannya belum bisa dikategorikan hujjah secara syar’i.
Ketiga, tidak boleh, kecuali hanya sebatas sholat hajat lidaf’ilbala’almakhuf (untuk menolak balak yang dihawatirkan) atau nafilah mutlaqoh (sholat sunah mutlak) sebagaimana diperbolehkan oleh Syara’, karena hikmahnya adalah agar kita bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. 

Share:

NASEHAT MBAH MOEN BUAT KITA SEMUA

Translate

KUMPULAN KITAB TERJEMAHAN


Foto Kepala MA Nurussyahid Kertajati dengan Gus Sauqi Putra Abah KH. Ma'ruf Amin (Wakil Presiden RI)

KEPALA MA BERSAMA PARA PURNAWIRAWAN TNI PADA ACARA MUNAJAT RAJAB

SANTRI MA NURUSSYAHID KERTAJATI PADA ACARA MUNAJAT RAJAB 1440 H

KUNJUNGAN SULTAN SEPUH KE YAYASAN