Madrasah Aliyah Nurussyahid (MANUSA) adalah Sekolah Menengah Atas Setingkat SMA/SMK, Yang berdiri 2013 dengan Unggulan Magang dan Mahir Bahasa Jepang


Niat yang baik akan menghasilkan prasangka yang baik, Prasangka yang baik akan menghasilkan Aqidah yang baik dan Aqidah yang baik akan menghasilkan Akhir yang baik (Khusnul Khotimah). Hidup ini adalah Perjuangan, perjuangan perlu pengorbanan, pengorbanan perlu kecintaan, kecintaan perlu kesungguhan dalam Do'a dan Ikhtiar yang seimbang. kecintaan perlu keikhlasan dan keikhlasan perlu kesabaran, maka Allah berfirman Jadikan Sabar dan Sholat sebagai penolongmu melalui petunjuk sang Guru Mursyid.

2019/11/21

Pandangan Imam Al-Gozali Tentang Pendidikan Akhlaq Anak di Lingkungan Keluarga


Pandangan Imam Al-Gozali Tentang Pendidikan Akhlaq Anak di Lingkungan Keluarga
Foto Saat MA Nurussyahid Kertajati  Upacara HUT R! di Alun Kecamatan Kertajati


A.    Latar Belakang Masalah
Manusia itu merupakan makhluk yang sempurna dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Sesuai dengan firman Allah dalam surat At-Tin [95] ayat 4, yang artinya “Sesungguhnya kami menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Manusia diberi kelebihan oleh Allah berupa akal pikiran. Manusia dalam proses pendidikan merupakan hal yang utama, membahas tentang fitrah pun akan selalu berkaitan dengan konsepsi manusia. Hal ini dapat dipahami karena kenyataannya fungsi pendidikan adalah mengarahkan manusia kepada tujuan yang hendak dicapai.
Manusia dilengkapi dengan fitrah Allah berupa bentuk atau wadah yang dapat di isi dengan berbagai kecakapan atau keterampilan yang berkembang sebagai makhluk yang paling mulia. Dimana akal, hati dan kemampuan berbuat merupakan komponen dari fitrah dimaksud.

Dengan demikian, jika potensi tersebut tidak dikembangkan niscaya ia akan kurang bermakna dalam kehidupan. Oleh karena itu potensi perlu dikembangkan sejak dini dan kecakapan serta pengembangan potensi itu senantiasa dilakukan dengan usaha dan kegiatan pendidikan.
Secara umum pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. (dalam UU RI tahun 2003 tentang system pendidikan nasional). Sedangkan pendidikan Islam merupakan kebutuhan manusia, karena sebagai makhluk pedagogis manusia dilahirkan dengan membawa potensi yang dapat dididik dan mendidik sehingga ia mampu menjadikan kholipah di muka bumi ini serta mendukung dan mengembangkan budaya. (Kingsley Price, 1994: 33).

Anak adalah amanah (titipan) Allah yang kehadirannya di dunia ini harus diterima dan wajib dipelihara oleh kedua orang tua, agar kelak ia menjadi anak yang berguna bagi agama, masyarakat, nusa dan bangsa. Anak perlu mendapat bimbingan dan didikan dari kedua orang tuanya. Bimbingan dan didikan dengan cara menjaga anak agar tidak dimasuki fikiran-fikiran yang buruk dan jangan sampai terjerumus terhadap perbuatan syirik (menyekutukan Allah dengan sesuatu/makhluk), sebagaimana firman Allah dalam Surat Lukman [31] ayat 13: yang artinya: “Wahai anakku, jangan engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah suatu kedzaliman yang besar (dosa yang tidak dapat diampuni oleh Allah”.

Adapun langkah yang harus dilakukan adalah menjauhkan anak dari pergaulan dan teman-teman yang berakhlak yang buruk. Sebab amanat itu akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah mengenai pendidikannya. Karena orang tua bertanggung jawab atas pendidikan yang sesuai dengan fitrahnya dan memberikan akhlak karimah iman dan amal shaleh.
Anak yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah anak yang baru usia 6-12 tahun. Karena pada masa ini, anak memiliki pandangan objektif pada dunia luar. Selain itu anak memiliki perhatian besar terhadap dunia luar, daya ingatnya kuat, pengertian anak yang abstrak makin bertambah, minat mengenai sesuatu dengan bakatnya timbul dan mulai memiliki rasa social meskipun belum berkembang secara baik.

Pendidikan pada masa ini, merupakan pondasi bagi pembiasaan sikap dan jiwa keagamaan bagi anak. Pendidikan itu dimaksudkan sebagai usaha mempersiapkan anak untuk menjadi manusia dewasa yang kokoh, sikap, mental, akhlak dan jiwa keagamaan yang kuat. Pendidikan yang berhasil akan membentuk pribadi dan akhlak anak sehingga kelak dimasa remaja tidak mudah mengalami keguncangan. (Imam Al-Ghazali, 1976: 17).

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Al-Ghazali (1976: 17) diantara hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua adalah bahwa usia anak sekolah dasar sedang dalam usia perttumbuhan kecerdasan yang cepat. Khayal yang fantasi mereka sedang subur dan kemampuan untuk berfikir kritis dan logis juga sedang dalam pertumbuhan. Dengan pemberan dan contoh-contoh teladan yang diberikan oleh orang tua, maka anak meniru dan berbuat apa yang dia lihat serta selalu menjaga nama baik kedua orang tuanya.
Salah satu wadah untuk bimbingan dan pembinaan tersebut adalah keluarga, karena keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat penting dalam membentuk pola kepribadian anak. Karena di dalam keluarga, anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma. (Fuad Ihsan, 1997: 17)
Lingkungan keluarga merupakan institusi yang pertama-tama dilibatkan dalam masalah pendidikan ini merupakan hal yang sangat  wajar karena seorang anak, pertama kali akan mendapatkan dirinya dalam keluarga dan akan berinteraksi dalam keluarga, sehingga dalam keluarga inilah diletakkan dasar-dasar tingkah laku dan budi pekerti anak didik pada usia masih sangat muda, karena pada usia ini lebih peka terhadap sesuatu yang ada disekelilingnya. Selain itu anak dilahirkan dalam keluarga  merupakan insane yang membutuhkan bantuan orang lain karena ia tidak akan mencapai tingkat kedewasaannya dengan baik dan benar apabila tidak adanya dukungan terutama dilingkungan keluarga.

Hasan Langgulung (1995: 359) berpendapat bahwa:
“Ada beberapa fungsi yang akan tetap bersama dengan keluarga. Diantaranya fungsi-fungsi yang akan kekal itu adalah fungsi melahirkan anak dan segala yang berkaitan dengannya seperti menyusui anak, pemeliharaan, pendidikan jasmani dan psikologis. Begitu juga dengan fungsi pendidikan dan segalanya yang berkaitan dengan proses sosialisasi, nasehat, bimbingan, perkembangan pertumbuhan bakat-bakat, kesediaan-kesediaan, minat dan siaft-sifat anggota yang diinginkan dan merubah potensi-potensi ini menjadi pelaksana dan eksploitasi. Selanjutnya mematikan dan atau menghalangi pertumbuhan minat, bakat dan kecenderungan yang menyeleweng dan sifat buruk yang diwarisi serta sikap yang tidak sesuai”

Pendapat di atas menunjukan bahwa keluarga mempunyai fungsi pendidikan, seperti halnya fungsi social, ekonomi, agama, dan keamanan. Khusu mengenai fungsi pendidikan ini banyak hal yang harus dilakukan oleh keluarga  dalam arti kedua orang tua terhadap anak-anaknya dari mulai lahir sampai ketingkat kedewasaan. Allah mempertegas fungsi dan perintah kewajiban bagi keluarga untuk mendidik anggotanya sebagai firmannya dalam Surat At-Tahrim [66] ayat 6 
yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman , perihalah dirimu dan keluargamu dari apai  neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah malaikat-malaikat  yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Oleh sebab itu orang tua wajib mendidik anaknya, suapaya memiliki iman yang kuat, beramal shaleh dan berakhlak mulia. Anak adalah amanah Allah yang diberikan orang tua yang kelak dimintai pertangggungjawaban atas pendidikan anak-anaknya, (Zuhairini, dkk, 1996: 178).

Islam mewajibkan setiap keluarga untuk mendidik anak-anaknya melalui pendidikan yang menghantarkan pada pencapaian kualitas insane yang sesuai dengan tujuan Islam (Abdurrahman An-Nahlawi, 1996: 140). Hal senada diungkapkan oleh Hasan Langgulung (1995: 375) pendidikan Islam sangat berkaitan erat dengan pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama.
Oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan akhlak anak sebagai institusi yang pertama sekali berinteraksi dengannya, sebab mereka mendapat pengaruh dari padanya atas segala tingkah lakunya dan orang tua merupakan pendidikan pertama dan utama bagi anak-anak mereka, karena merekalah yang mula-mula mendapat pendidikan.

Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa posisi keluarga mempunyai tanggung jawab yang sangat besar bagi perkembangan anak dari berbagai aspek kehidupan. Karena dalam keluarga inilah pertama-tama diletakkan dasar-dasar tingkah laku dan budi pekerti (akhlak) anak didik. Oleh sebab itu khusus mengenai pendidikan anak, harus melibatkan beragam usaha dalam pengertian bahwa seluruh sikap dan tindakan para pendidik, orang tua dan lingkungan masyarakat khususnya harus diarahkan untuk memberikan pendidikan pada anak secara tepat dan benar sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa anak merupakan wujud dan perilaku orang tua. Namun dalam perkembangan akhlaknya, anak bisa terpengaruh oleh lingkungan masyarakat, keluarga, pendidikan serta pengalaman yang masuk ke dalam diri anak. Dalam kenyataan sehari-hari tidak jarang kita temui pihak orang tua (lingkungan keluarga) yang gagal atau kurang berhasil dalam membina, mengarahkan serta mendidik anak-anaknya sebagai anak yang baik dan berakhlak shaleh. Dengan demikian pendidikan anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) dalam lingkungan keluarga menurut Imam Al-Ghazali.

Share:

Pentingnya Pendidikan Agama Dalam Kehidupan Manusia ( Lima Fungsi Agama Bagi Kehidupan Manusia)

Foto Saat Kunjungan Dari Binmas Polres Majalengka Ke MA Nurussyahid Kertajati 


Pentingnya Pendidikan Agama Dalam Kehidupan Manusia ( Lima Fungsi  Agama Bagi Kehidupan Manusia) 

            Pada kesempatan ini penulis mencoba memaparkan makna akan pentingnya pendidikan bagi manusia, sebab dengan pendidikanlah manusia menjadi berbudi, arif, bijaksana, jujur, kreatif, dinamis dan lain-lain,  penulis mencoba mengangkat petuah Cina kuno yang mengatakan Jika anda ingin kemakmuran satu tahun, tanamlah padi:  Jika anda ingin kemakmuran sepuluh tahun, tanamlah pepohonan: Jika anda ingin kemakmuran ratusan tahun tanamlah manusia”. Menanam padi dan pepohonan butuh perawatan, Hal yang sama juga dilakukan pada manusia. Jalan untuk merawat manusia adalah pendidikan.

            Pendidikan mengajarkan kita untuk mencari tahu apa yang belum diketahui dan mendalami apa yang sudah kita ketahui, Artinya dengan begitu manusia akan terus menerus berusaha mencari tahu dan tidak lekas puas dengan apa yang telah diketahuinya. Sehingga, ia menjadi sosok manusia yang arif, bijaksana, mau berdialog dengan siapa saja dan tidak merasa paling pintar sendiri dan lain-lain. Sebab orang yang berpendidikan bisa diibaratkan seperi padi semakin berisi semakin merunduk, tidak sombong, congkak, angkuh , takabur dan sifat-sifat jelek lainnya.    

            Menurut Nurcholish Majid ( Indonesia kita, 2003 121-123), diantara berbagai macam investasi atau penanaman modal untuk suatu bangsa, tidak ada yang lebih penting, lebih produktif, dan lebih bermakna dari pada investasi atau penanaman modal manusia melalui prasarana Pendidika, dengan mutu yang tinggi dan jumlah yang merata.

            Kita harus menerima kenyetaan bahwa di kecamatan kita dalam waktu beberapa tahun kedepan akan ada mega proyek pemerintah Propinsi Jawa Barat dengan akan dibangunnya Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB). Kita sebagai orang tua perlu memepersiapkan anak-anak kita dari sekarang  dengan pendidikan yang memadai dengan berklandaskan mental spiritual (agama), jangan samapai anak-anak kita kelak hanya menjadi penonton di negeri sendiri atau mungkin menjadi samapah masyarakat karena tidak berpendidikan dan tidak bermenatal agama.  Apalagi sekarang sudah mulai dengan pembayaran pembebasan lahan ini menandakan akan keseriusan pemerintah dengan proyek tersebut. Jangan samapai hari ini kita poya-poya dengan uang pembebasan lahan tapi esok lusa kita menederita karena anak-anak kita  kurang berpendidikan. Oleh karena itu mari kita siapkan generasi kedepan dengan pendidkan dan mental agama agar kelak anak-anak kita menjadi tuan dinegeri kita sendiri. Ingat mengutamakan pendidikan anak adalah investasi masa depan bagnsa, Negara dan Agama.

Menurut Mantan Menteri Agama RI, A. Mukti Ali dalam buku  Membangun Visi Baru Bernegara” karangan Mohammad Irfan dan Abdul Wahid, berpendapat bahwa setidak-tidaknya ada lima fungsi Agama bagi kehidupan manusia, diantaranya ialah :
1. Motivatif, agama bisa menjadi faktor yang bisa mendorong, mendasari dan  melandasi cita-cita serta amal perbuatan manusia dalam seluruh aspek kehidupan, apapun profesinya.
2. Liberatif, suatu fungsi yang membebaskan manusia dari segala bentuk kebodohan yang mengikat dan menghalanginya beremansipasi, sehingga menjadi manusia yang dinamis dengan penuh kebebasan berfikir dan bergerak.
3.Sublimatif, suatu fungsi yang menjadikan Tuhan sebagai pangkal tolak dan tujuan bagi seluruh aktifitas manusia lahir- batin.
4.  Protektif, artinya agama berfungsi memberikan tuntunan dan petunjuk yang membimbing kearah mana seharusnya bergerak dan nilai apakah yang harus ia bela atau dimenangkan, misalnya keadilan atau kedzoliman, kasih sayang ataukah pemerkosaan dan lain-lain.
5. Inovatif, artinya fungsi agama mengajarkan kepada pemeluknya untuk memiliki daya kreasi dan tidak membiarkan dirinya arogan dengan apa yang sudah diraihnya sementara. Muhamad Irfan dan  Abdul Wahab   ( 2000 ; 29-30)

Mudah-mudahan tulisan ini dapat menjadi motivasi bagi kita semua untuk menyongsong masa depan yang penuh dengan harapan cerah.   


Share:

2019/11/20

HUMOR SUFI " DALAM CERITA POLITIK DAN MILITER"


Foto Saat Kegiatan Pertunjukan Drama Kolosal Gabungan MA Nurussyahid Kertajati, MTsN 8 Majalengka, SMAN 1 Jatitujuh di Alun Majalengka dalam Hari TNI Dengan Judul Ki Bagusrangin

POLITIK  DAN  MILITER
      Suatu saat sewaktu istirahat seminar tentang “Peranan Ilmu di Abad Mendatang” seorang Arsitek, seorang dokter Ahli Bedah, seoranmg Ahli Hukum seorang Politikus dan seorang Ali Militer terlibat dalam perbincangan mengenai disiplin ilmu siapa yang paling  tua di dunia.

       “Tidak lama setelah Adam diciptakan, Tuhan mengambil sebuah tulang rusuk Adam kemudian diciptakan Hawa. Nah, proses pengambilan tulang rusuk itu tidak bisa  lain  kecuali menggunakan teknik ilmu bedah. Jadi, ilmu bedah adalah ilmu yang paling tua di dunia ini!” kata si Ahli Bedah dengan bangganya.

      “Tapi apakah anda tidak ingat, sewaktu Adam diciptakan, Tuhan terlebih dahulu menciptakan taman Firdaus yang sangat indah, tiada duanya sampai saat ini.  Bukankah penciptaan Taman Firdaus itu jelas menggunakan ilmu Arsitekur?” sergah si Arsitek tak mau kalah.

     “Tenang-tenanglah saudara-saudara! Kalian-kalian harus lebih teliti dalam menyimak “Kejadian” awal mula alam semesta ini. Ketika belum terbentuk bumi  dan planet-planet lain di jagad raya ini, keadaan alam masih penuh KEKACAUAN. Kemudian Tuhan menurunkan Hukum-hukumnya sehingga alam semesta menjadi teratur seperti yang dapat kita saksiakan  sampai saat ini. Dengan bukti itu kalain semua tentu sudah dapat maklum disiplin ilmu mana yang lebih tua”, kata si Ahli Hukum dengan gaya seorang pemenang sejati yang kalem.


    Tiba-tiba takalahh kalemnya, si Politikus menyeletuk: “Tapi, siapakah sebenarnya yang menimbulkan SEMUA KEKACAUAN di jagad raya itu?” Dari sampingnya, AHLI MILITER mesem-mesem dan berbisik pelan kepada AHLI POLITIK, Emangnya kamu bisa apa tanpa bantuanku ???”.  
Share:

HUMOR SUFI " DALAM CERITA SYEKH ABDUL QADIR JAELANI, RA ADA DALAM AL-QUR’AN "




SYEKH ABDUL QADIR JAELANI, RA 
ADA DALAM AL-QUR’AN


Dalam sebuah Majlis,  salah seorang jama’ah Pengajian Tasawuf di Pesantren  Suryalaya Tasikmalaya mengajukan pertanyaan begini :
“ Menurut Ajengan”, Apakah Syeh Abdul Qadir Jailani itu ada dalam Al-Qur’an ?”
sejenak suasana pengajian pun menjadi hening. Mereka menunggu K.H. Abdul Gaos Saiful Maslul- akrab dipanggil Ajengan Gaos – memberijawaban atas pertanyaan penanya tadi.
Ada!” jawab Ajengan tega.
“Ah, masak iya sih,” sanggah penanya penuh keheranan.
“Oo kalau begitu, anda tidak pernah membaca Al-Qur’an”. Jawab Ajengan lagi-lagi membuat penanya dan jama’ah lain bertambah penasaran/
“ Saya sudah coba mengamati ayat demi ayat, tapi rasanya kok  saya tidak menemukan nama syekh Abdul Qadir Jailani di sana (Al-Qur’an)”. Penanya menjelaskan.

“ Siapa bilang Syekh Abdul Qadir Jailani tidak ada dalam Al-Qur’an. Coba sekali lagi anda baca, barangkali ada yang kelewat,” saran Ajengan Gaos.
“ Betul Ajengan, saya sudah membacanya tapi tetap tidak ada.”
“Sekarang perhatikan, saya akan bacakan ayatnya . “ Ajengan Gaos lalu membuka surat Al-Fatihah ayat ke 7 yang berbunyi:…… Shiraathalladziina ‘an’amta ‘alaihim…………
“ Nah, apa artinya alladziina?” Tanya Ajengan.
“Orang-orang,” jawab penanya.
“Nah, Syekh abdul Qadir Jailani orang bukan?”
Mendengar penjelasan ajengan Gaos tadi, penanya dan jama’ah pun Cuma bisa melohok.

·  Ajengan (Sunda) = Kiai dalam tradisi Panggilan Ulama di Jawa.    
Share:

Masyarakat Desa Bantarjati Kecamatan Kertajati BIJB Majalengka adakan Kegiatan Peringatan Maulid Nabi MUhammad SAW dengan Pembacaan Barjanji bersama di Masjid Jami" Baeturrohman


       Masyarakat Desa Bantarjati Kecamatan Kertajati adakan kegiatan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, pada peringatan Maulid Nabi tersebut hadir Abah K.H. Muhyidin selaku sesepuh Desa Bantarjati dan sebelum masyarakat bersama-sama membaca Barjani masyarakat mendengarkan tentang Tausyiah singkat abah terkait dengan Maulid Rasulullah. 

Di Bawah ini adalah sejarah singkat mengenai pelaksanaan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW berdasarkan NU Online sebagai berikut: 
Dalam bangsa Arab, perayaan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW menurut catatan Ahmad Tsauri dalam Sejarah Maulid Nabi (2015) menjelaskan bahwa perayaan Maulid Nabi sudah dilakukan oleh masyarakat Muslim sejak tahun kedua hijriah.
Catatan tersebut merujuk pada Nuruddin Ali dalam kitabnya Wafa’ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa. Dalam catatan tersebut dijelaskan bahwa seorang bernama Khaizuran (170 H/786 M) yang merupakan ibu dari Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan al-Rasyid datang ke Madinah dan memerintahkan penduduk mengadakan perayaan kelahiran Nabi Muhammad di Masjid Nabawi.
Dari Madinah, Khaizuran juga menyambangi Makkah dan melakukan perintah yang sama kepada penduduk Makkah untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad. Jika di Madinah bertempat di masjid, Khaizuran memerintahkan kepada penduduk Makkah untuk merayakan Maulid di rumah-rumah mereka.
Khaizuran merupakan sosok berpengaruh selama masa pemerintahan tiga khalifah Dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa Khalifah al-Mahdi bin Mansur al-Abbas (suami), Khalifah al-Hadi dan Khalifah al-Rasyid (putra). Karena pengaruh besarnya tersebut, Khaizuran mampu menggerakkan masyarakat Muslim di Arab. Hal ini dilakukan agar teladan, ajaran, dan kepemimpinan mulia Nabi Muhammad bisa terus menginspirasi warga Arab dan umat Islam pada umumnya.
Pada masa Dinasti Abbasiyah, pembaruan pemikiran memang banyak terjadi di semua sektor kehidupan, dari perkembangan ilmu-ilmu umum, arsitektur, hingga situs-situs sejarah. Khaizuran merupakan salah satu sosok yang mempunyai perhatian besar terhadap Nabi Muhammad beserta situs-situs sejarah peninggalan Nabi. Termasuk memprakarsai penghormatan terhadap kelahiran Rasulullah SAW.
Nabi Muhammad diyakini lahir pada 12 Rabiul Awwal Tahun Gajah (570 Masehi). Namun dalam catatan Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad (2006) ada juga pendapat-pendapat lain yang menyatakan bahwa Nabi lahir lima belas tahun sebelum peristiwa gajah. Ada juga yang mengatakan ia dilahirkan beberapa hari atau beberapa bulan atau juga beberapa tahun sesudah Tahun Gajah. Ada yang menaksir tiga puluh tahun, dan ada juga yang menaksir sampai tujuh puluh tahun.
Di Jazirah Arab, masa sebelum Islam didakwahkan Nabi Muhammad sering disebut sebagai zaman Jahiliyah atau masa ketidaktahuan, sesat, atau bodoh. Menurut M. Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati (2007), kondisi ini kerap dilekatkan dengan keputusan Allah yang menurunkan Rasul terakhirnya di tanah tersebut.
Masyarakat Arab berada di tengah impitan imperium Romawi dan Persia. Kedua kekuatan ini memperebutkan wilayah Hijaz di Timur Tengah yang waktu itu belum terkuasai. Letak Hijaz atau Jazirah Arab yang berada di tengah itulah yang dijadikan patokan para mufasir dan sejarawan Islam untuk menafsirkan ‘teka-teki ketuhanan’ mengapa Muhammad lahir di daerah ini.
Menurut Quraish Shihab, jika pesan hendak disampaikan ke seluruh penjuru, maka si penyampai pesan mesti berdiri di tengah agar pesan mudah tersebar dan menghindari kekuatan yang dapat menghalangi tersebarnya pesan tersebut. Timur Tengah adalah jalur penghubung Timur dan Barat, maka wajar jika kawasan tersebut menjadi tempat menyampaikan pesan Ilahi yang terakhir.
Bapak Quraish Shihab juga menerangkan, Makkah sebagai tempat kelahiran Nabi merupakan pusat Hijaz yang menjadi simpul pertemuan para pedagang dan seniman dari pelbagai penjuru. Muhammad berasal dari suku Quraisy yang berpengaruh di Makkah. Suku ini mempunyai dua keluarga besar yakni Hasyim dan Umayyah.
Al-Aqqad dalam Mathla’ Al-Nur seperti dikutip Quraish Shihab, menyatakan bahwa keluarga Hasyim (Bani Hasyim) terkenal gagah, berwibawa, simpatik, budiman, dan religius. Sementara keluarga Umayyah adalah politikus yang pandai melakukan tipu daya, pekerja yang ambisius, dan tidak gagah. Menurut Al-Aqqad, hal ini disepakati para sejarawan dan tidak dibantah oleh Umayyah bahkan setelah mereka berkuasa.
Khazanah Maulid di Indonesia Kini, momen kelahiran Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awwal diperingati oleh Muslim di seluruh dunia dengan perayaan Maulid. Tak terkecuali di Indonesia, peringatan Maulid Nabi SAW dilakukan dengan berbagai ekspresi. Masyarakat Jawa, misalnya, merayakan Maulid dengan membaca Manakib Nabi Muhammad dalam Kitab Maulid Barzanji, Maulid Simtud Dhurar, Diba’, Saroful Anam, Burdah, dan lain-lain. Selesai membaca Manakib Nabi Muhammad, biasanya masyarakat menyantap makanan bersama-sama yang disediakan secara gotong royong oleh warga. Masyarakat Muslim tidak hanya bergembira merayakan kelahiran Nabi, tetapi juga bersyukur atas teladan, jalan hidup, dan tuntunan yang dibawa oleh Nabi. Bangsa Indonesia tidak hanya beragam atau majemuk dalam hal agama, suku, bahasa, seni, dan lain-lain, tetapi juga beragam dalam mengekspresikan tradisi amaliyah keagamaan seperti Maulid.  



Pembaca Berjanji:
Bacaan Sholawat Nabi Oleh Bapak Lebe H. Rasidi dan Haji Rasba, S.Pd.I
Pembaca ke 1 oleh Guru H. Rasba, S.Pd.I
Pembaca ke 2 Oleh Wawan Darmawan
Pembaca ke 3 Oleh Kuswanto
Pembaca ke 4 Oleh Idris Ihwani
Mahalul Qiyam di pimpin oleh Ust. Odong Abdurrahman Dan Jama'ah
Doa Oleh Abah KH. Muhyidin
selesai Makan bersama
















Share:

Sejarah Mbah Buyut Kadong dan Mbah Buyut Dales Merupakan Latar Belakang Berdirinya Desa Biyawak Kecamatan Jatitujuh Majalengka


Juru Kunci Mbah Buyut Kadong dan Mbah Buyut Dales Desa Biyawak Jatitujuh
Bapak Syahid (Ranjang Panjang zaman dulu yang terbuat dari kayu jati dan sudah ratusan tahun masih tersimpan Rapih di Belakang Maqom Mbah Buyut Kadong dan Mnah Buyut Dales

Untuk mengenal lebih dekat Mbah Buyut Kadong dan Mbah Buyut Dales yang berlokasi di Desa Biyawak Kecamatan Kertajati tentunya kita harus mengetahui terlebih dahulu Sejarah Desa Biyawak, mengacu kepada cerita dari Juru Kunci dan mengacu kepada kepada situs 
https://www.historyofcirebon.id/2017/11/sejarah-desa-biyawak-jatitujuh.html 
Desa Biyawak adalah salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majelengka Jawa Barat.Desa Biyawak berbatasan dengan desa Bantarjati, tempat kelahiran Ki Bagus Rangin, seorang pahlawan nasional yang dikenal sangat gigih berani melawan kesewenang-wenangan penjajah Belanda.
Peserta Didik MA Nurussyahid Kertajati saat berziaroh ke Maqom Mbah Buyut Kadong dan Mbah Buyut Dales di Desa Biyawak 

Biyawak sebagai sebuah nama diperkirakan baru muncul pada tahun 1805 Masehi, dinamakan Biyawak bukan karena di Desa tersebut dahulunya banyak hewan Biyawak, nama Biyawak muncul berhubungan dengan peristiwa pemberontakan Ki Bagus Rangin, bahkan di tempat yang kini dinamai Biyawak itulah awal mula munculnya pemberontakan Ki Bagus Rangin.
Biyawak dahulunya lahan yang dihuni beberapa orang, wilayahnya masuk pada wilayah Bantarjati, kata "Biyawak" merupakan kependekan dari kata bahasa Cirebon “Biyaya Awak” yang maknanya berarti "biaya badan" atau juga bermakna “Pajak Perkepala”

Pada tahun 1602-799 Tanah pertikelir dimunculkan diwilayah Keresidenan Cirebon, hal tersebut berlanjut hingga  masa Daendels, Raffles, John Fendall, sampai pada masa Van der Capellen (1820). Pemilik tanah partekelir berhak memberlakukan berbagai macam pajak, termasuk bagi petani-petani yang mengelola tanah (Pusponegoro dan Notosusanto, 2008: 400).

Tanah partikelir adalah tanah milik pemerintah yang di kontrak oleh pengusaha, dengan kendali penuh pengelolaan ditangan pemilik/Pengusaha. Pada tahun 1602-1799 tanah-tanah pertekelir sudah digarap secara mandiri oleh petani-petani pribumi, namun karena pemerintah Belanda mengkalim bahwa tanah tersebut milik Negara maka kegiatan pertanian yang dilakukan oleh penduduk menjadi illegal jika pelaksanaanya tanpa seijin pemegang sewa dan pemerintah penjajah.



Pada waktu itu, tanah partikelir disewakan penjajah Belanda pada pengusaha Cina, dalam kebijakan pengelolaannya para pengusaha Cina memberlakukan sewa bagi siapa saja petani yang menggarap tanah partikelir, selain itu penggarap tanah parteklir juga dikenakan pajak perkepala, pajak perkepala imilah yang disebut orang Bantar Jati sebagai “Biyaya Awak”

Penderitaan kaum tani di wilayah Bantar Jati akibat diberlakukanya berbagai macam pajak membuat kehidupan mereka tambah miskin. Kemiskinan yang merajalela serta kesombongan para pengusaha Cina kemudian memantik pemberontakan.
Pemberontakan mula-mula diwujudkan dalam bentuk mogok bayar pajak kepada pengusaha Cina, kemudian peristiwa mogok pajak ini pada nantinya dilaporkan oleh pemilik tanah partekelir ke pemerintah penjajah Belanda, hingga akhirnya pemerintah penjajah turun tangan dan mengusir para petani ini dari wilayah tanah partikelir. 

Pengusiran dan kesewenang-wenangan pemerintah Pejajah Belanda yang dilakukan terhadap para petani kemudian dibalas dengan perlawanan, ribuan rakyat terutamanya kaum tani memberontak mereka membunuhi para pengusaha Cina, Pejabat Pribumi antek Pengusaha dan juga membunuhi tentara penjajah Belanda, pemberontakan kemudian di respon oleh Pemerintah Penjajah Belanda dengan senjata, hingga terjadilah peperangan besar. 

Perang semakin besar dan meluas karena perlawanan kaum tani  didukung oleh rakyat pribumi yang terdampak pajak perkepala, pemberontakan yang semula terjadi di wilayah bantar Jati kemudian meluas ke Indramayu dan Cirebon, lebih-lebih sebelum itu yaitu pada tahun 1802 Raja Kesultanan Kanoman diasingkan ke Ambon oleh Belanda karena membela rakyat dan kaum tani, sehingga kebencian rakyat pada Belanda semakin menjadi-jadi, Pemberontakan rakyat di wilayah Keresidenan Cirebon yang mencakup wilayah Majalengka, Indramayu dan Cirebon berlangsug lama lebih dari 15 tahun.

Wilayah atau tempat yang menjadi awal mula meletusnya pemberontakan yang dipimpin Ki Bagus Rangin itu kemudian dinamai “Biyawak” sebagai pengingat peristiwa pilu penderitaan rakyat akibat pajak perkepala yang diterapkan Penjajah Belanda melalui tuan tanah pemilik tanah partikelir. 

Meskipun nama Biyawak muncul bersamaan dengan peristiwa pemberontakan Bagus Rangin (1805-1818) akan tetapi Biyawak sebagai sebuah Pemerintahan Desa dan mempunyai kepala pemerintahan (Kuwu) diperkirakan baru terjadi pada tahun 1840 an, adapun Kuwu pertama yang menjabat adalah Kuwu Margahayu.
Berikut daftar para Kuwu yang pernah memerintah desa Biyawak menurut data yang diperoleh dari profil Desa Biyawak sampai kemarin hasil pemilihan Kepala Desa Serentak Gelombang III tanggal 2 Nopember 2019:

No.
Kuwu
Tahun  Pemerintahan
1
Margahayu
1840 – 1850
2
Ormat
1850 – 1880
3
Nurda
1880 – 1898
4
Surya
1898 – 1905
5
Endun
1905 – 1914
6
Muk
1914 – 1923
7
Rasji
1923 (Satu Hari)
8
Sarkani
1923 – 1958
9
Abasan Ropi
1958 – 1983
10
Risja
1983 – 1986
11
Koyim Sanadi
1987 – 1997
12
Sumaya
1998 – 2004
13
Ono
2007 – 2013
14
Hj. Jariah
2013 – 2019
15
Warjum S
2019 – Sekarang



Juga jika melihat dari sumber lain Sejarah Desa Biyawak Tidak terlepas dari adanya tokoh Mbah Buyut Kadong dan Mbah Buyut Dales sebagaiman tercatat di data Dinas Budpar Kabupaten Majalengka sebagai berikut: 

INILAH DATA PENINGGALAN SEJARAH DAN 
BENDA CAGAR BUDAYA DI KABUPATEN MAJALENGKA
1. Makam Girilawungan Kel Majalengka Wetan, Kec Majalengka
2. Patilasan Nyi Rambut Kasih Kel. Sindangkasih, Majalengka
3. Makam Pangeran Muhammad Kel. Cicurug- Majalengka
4. Makam Siti Armilah Belakang Pendopo Majalengka,
5. Makam Buyut Kyai Arsitem ( Pangeran Sukmajaya Diningrat) Desa Sumber Wetan, Jatitujuh
6. Sumur Sindu Desa Sumber Wetan, Kecamatan Jatitujuh
7. Makam Tubagus Rangin Desa Jatitujuh - Jatitujuh
8. Sumur Dalem Desa Pilangsari, Kecamatan jatitujuh
9. Buyut Karimpem Desa Babakanjurang, Kecamatan Jatitujuh
10. Buyut Kadong dan Mbah Buyut Dalaes Desa Biyawak, Kecamatan Jatitujuh
11. Buyut Jaya Kusumah Dusun Pandagan Jatitujuh
12. Buyut Hujung Desa Panyingkiran, Kecamatan Jatitujuh
13. Buyut Perdie Wesi Desa Randegan Wetan - Jatitujuh
14. Buyut Jago Desa Putri Dalem, Kecamatan Jatitujuh
15. Buyut Galudra Jaya Desa Karanganyar Kecamatan Dawuan
16. Buyut Situnggulung Desa Pasir Malati, Kec.Dawuan
17. Buyut Santeri Desa Balida, Kecamatan Dawuan
18. Buyut Randa Asih Desa Sinarjati, Kecamatan Dawuan
19. Buyut Campeka Desa Genteng, Kecamatan Dawuan
20. Buyut Bungkardi Desa Kasokandel, Kasokandel
21. Buyut Sindujayadi Desa Wanajaya, Kasokandel
22. Buyut Cidum Desa Bantarwaru, Kecamatan Ligung
23. Buyut Imbaraga Desa Kertasari, Kecamatan Ligung
24. Buyut Pelet Desa Beber, Kecamatan Ligung
25. Rumaha Adat Panjalin Desa Panjalin,- Sumberjaya
26. Makam Pangeran Sukmajati Desa Cikeusik Tengah, Sukahaji 
27. Makam Situs Sawala Desa Cipaku, Kecamatan Kadipaten
28. Makam Buyut Pintu Desa Leuwimunding, Leuwimunding
29. Patilasan Prabu Siliwangi. Desa Pajajar, Rajagaluh
30. Badak Dua Desa Payung Kecamatan Rajagaluh
31. Buyut Mansyur Desa Sadomas, Kecamatan Rajagaluh.
32. Situs Lalantang Desa Teja, Kecamatan Rajagaluh.
33. Buyut Lukbar Desa Sukaraja Wetan, Kecamatan Jatiwangi
34. Makam Buyut Israh Desa Argamukti, Kecamatan Argapura
35. Makam Buyut Putri Desa Cibunut, Kecamatan Argapura
36. Makam Ki Samsul Kohal Desa Sagara, Argapura
37. Makam Buyut Panyakaran Desa Sukadana, Argapura
38. Makam Jaya Kusumah, Nyi Masri’ah, Kyai Suryadiningrat, Desa Gunungwangi,  
 Argapura Raden Tumenggung, Embah H. Muslim, dan Makam Embah Nabi Hideung 
39. Makam Waridah dan Makam Syekh Syarif Arifin Desa Sindangwangsa, Palasah
40. Makam Buyut Bagi Desa Cimanglid - Malausma 
41. Makam Eyang Panulisan, Makam Eyang Santri, 
dan Makam Eyang Bunigeulis Desa Gununglarang Bantarujeg
42. Makam Buyut Mintrik 
dan Makam Buyut Cikadu Desa Cikidang, Kecamtan Bantarujeg
43. Makam Nontoreng di Desa Sukamenak, Kecamatan Bantarujeg
44. Makam Buyut Konda dan Makam Rajabali Desa Kondang Mekar, Cingambul
45. Makam Raden Aria Saringsingan. Desa Maniis, Cingambul
46. Makam Eyang Natakusumah Desa Talaga Wetan, Kecamatan Talaga
47. Makam Cupu Manik Astra Gina Desa Gunung Manik, Kecamatan Talaga
48. Makam Kyai Aria Batang Desa Lampuyang Astana Panjang, Talaga
49. Makam Sunan Kidul Desa Cikeusal Leumah Agung, Kecamatan Talaga
50. Makam Sunan Wanaperih Kabonwana. Desa Kagok, Banjaran
51. Makam Fakih Ibrahim. Desa Cimeong,- Banjaran
52. Situs Sangiang Desa Sangiang, Kecamatan Banjaran
53. Situs Sangiang Lingga Desa Banjaran Sukamanah, Banjaran
54. Gong Besar, Gong Kecil, Rante Gong, Bareng Besar, Bareng Yang Rusak, Bareng Kecil, 
Batu Bandering, Baju Kere (Besi), Gondewa Kayu, Pahul Gondewa,  Tangkai Kolewang, Pedang Panjang Kecil,  Kujang, Keris, Badi, Badi Kecil Berlubang,  Tombak, Meriam Besar, Meriam Kecil, Kalantaka, Bedil, Bedil Pendek/Pistol, Bedil Kecil Kepala Naga,  Besi Pomotong, Talenan Batu, Desa Talaga Wetan, Kecamatan Talaga Ukiran Kayu Siku-Siku, Kobokan Air,  Botol Gepeng, Guci Kecil, Genta,  Kendi Kecil, Arca Laki-Laki,  Arca Buda Perempuan, Uang Belanda,  Tempat Persegi Kecil, Gamelan Rentang,  Gembyog Ukir, Kain Sutera, Batu Bulat Besar Kecil. 
55. Rumah Adat Kasokandel Kecamatan Kasokandel 
56. Vihara Pemancar Keselamatan Majalengka
57. Vihara Darma Bakti Kecamatan Kadipaten
58. Dalem Cucuk Kecamatan Maja
59. Dalam Lumaju Kecamatan Maja
60. Makam Bagus Waridah Desa Sindangwasa, Kecamatan Palasah
61. Kursi Sumpah Kecamatan Kadipaten
62. Tumbak, Keris, Tongkat Rotan, Tongkat kayu, Bola Besi, Batok Bergengge, Halu, Piring Keramik, 15 Buah Menhir Desa Karangsambung Kadipaten.
(sumber Disporabudpar Kabupaten Majalengka)


Share:

NASEHAT MBAH MOEN BUAT KITA SEMUA

Translate

KUMPULAN KITAB TERJEMAHAN


Foto Kepala MA Nurussyahid Kertajati dengan Gus Sauqi Putra Abah KH. Ma'ruf Amin (Wakil Presiden RI)

KEPALA MA BERSAMA PARA PURNAWIRAWAN TNI PADA ACARA MUNAJAT RAJAB

SANTRI MA NURUSSYAHID KERTAJATI PADA ACARA MUNAJAT RAJAB 1440 H

KUNJUNGAN SULTAN SEPUH KE YAYASAN