Madrasah Aliyah Nurussyahid (MANUSA) adalah Sekolah Menengah Atas Setingkat SMA/SMK, Yang berdiri 2013 dengan Unggulan Magang dan Mahir Bahasa Jepang


Niat yang baik akan menghasilkan prasangka yang baik, Prasangka yang baik akan menghasilkan Aqidah yang baik dan Aqidah yang baik akan menghasilkan Akhir yang baik (Khusnul Khotimah). Hidup ini adalah Perjuangan, perjuangan perlu pengorbanan, pengorbanan perlu kecintaan, kecintaan perlu kesungguhan dalam Do'a dan Ikhtiar yang seimbang. kecintaan perlu keikhlasan dan keikhlasan perlu kesabaran, maka Allah berfirman Jadikan Sabar dan Sholat sebagai penolongmu melalui petunjuk sang Guru Mursyid.

2019/11/29

KENAPA "NU" DI DIRIKAN ? SIMAK SEJARAHNYA




A. Nahdlatul Ulama ( NU ).
1. A. Nahdlatul Ulama ( NU ).
1. Mengenal Sejarah Berdirinya NU
          ( Nahdlatul Ulama = Kebangkitan Ulama),  NU adalah merupakan sebuah Organisasi social  kegamaan yang berbasis kemasyarakatan, yang didirikan oleh tokoh kharismatik yaitu KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Abdul Wahab Hasbullah yaitu pada tanggal 31 Januari 1926 M di Jombang Jawa Timur dan bertepatan dengan 16 Rajab 1344 H, adapun sebagai pemimpin besar NU pada waktu pertama kalinya KH. Hasyim Asy’ari sebagai pemimpin Agung ( Ra’is Akbar ).
          NU berdiri berkat perjuangan  dan rintisan sejumlah ulama yang memiliki wawasan keagamaan yang sama. Mereka adalah :
1.    KH. Abdul Wahab Hasullah  ( Tebuireng Jatim )
2.    KH. Muhammad Hasyim Asy’ari ( Jombang Jatim )
3.    KH. Maksum ( Lasem )
4.    KH. Ridwan ( Semarang )
5.    KH. Nawawi ( Pasuruan )
6.    KH. Nahrawi Muchtar ( Malang )
7.    KH. Ridwan ( Surabaya )
8.    K. Abdullah Ubaid ( Surabaya )
9.    KH. Alwi Abdul Aziz ( Malang )
10. KH. Abdul Halim ( Lewimunding, Majalengka Cirebon )
11. KH. Doro Muntaha ( Madiun )
12. KH. Dahlan Abdul Kohar  ( Kertosono )
13. KH. Abdullah Faqieh ( Gresik )
( Ensiklopedi Islam : 2002 )

          Adapun yang melatar belakangi berdirinya NU pada waktu itu diantaranya adalah sebagai berikut :
1.    Pesantren merupakan Lembaga Pendidikan
2.    Pesantern merupakan Lembaga Perjuangan
3.    Pesantern sebagai Pelayan Masyarakat
4.    Pesantren memiliki potensi dan kemandirian
5.    Adanya Upaya meninggalkan Pesantren Seiring dengan arus moderinisasi  di Indonesia yang diiringi dengan  banyaknya pendidikan yang meniru Pendidikan Barat. 
6.    Bertekad mengembangkan Pesantren
7.    Adanya hubungan Kultur/ budaya  antara Pesantern
8.    Adanya Niatan untuk berorganisasi, seperti dalam sejarah di anataranya ada yang membentuk “Nahdlatul Tujjar” untuk memperbaiki ekonomi, pernah membentuk “Nahdlatul Wathan”  bertujuan untuk Pendidikan, Pernah membentuk “Tashwirul Afkar” forum diskusi membahas masalah-masalah umat,      pernah membentuk “Nahdlatus Syubban” organisasi kepemudaan, semuanya adalah organisasi yang di dirikan kaum Pesantren yang bersifat kecil-kecilan.
9.    Adanya “Mukhtamar Khilafah” oleh kerajaan Saudi Arabia yang berkeinginan menjadi kholifah Islamiyah tunggal untuk menggantikan kholifah Utsmaniyah di Turki yang baru dugulingkan oleh Gerakan Turki Muda pimpinan Kemal Attaturk.
10. Adanya Pencoretan wakil Ulama yaitu KH. Abdul Wahab Hasbullah  dari anggota delegasi “Mukhtamar Khilafah”,          dengan alasan “ tidak punya organisasi”, Padahal kaum Pesantern punya kepentingan untuk ikut dalam delegasi tersebut. Bukan untuk urusan khalifah, tetapi urusan sikap dan tindakan Pemerintah Saudi yang dengan alsan anti syirik, anti khurafat, dan anti bid’ah, melarang ziarah kubur, baca kitab barzanji, meminggirkan empat madzhab empat, menggusur semua petilasan sejarah Islam dan lain-lainnya.
11. Dengan adanya pencoretan  KH. Abdul Wahab Hasbullah  dari anggota delegasi “Mukhtamar Khilafah”, maka hikmahnya kaum pesantren timbul semangat untuk mendirikan organisasi.
12. Membentuk Komite Hijaz, sebagi anggota delegasi dalam  “Mukhtamar Khilafah”,  yang dipelopori oleh :
       1. KH. Abdul Wahab Hasbullah, sebagai delegasi tunggal
       2. Syekh Ghonaim (warga negra Mesir), penasehat delegasi, dan
  3. KH. Dachlan Kohar, santri Indonesia yang sedang belajar di Makkah.  
13. Kerajaan Saudi Arabia  mewajibkan semua utusan “Mukhtamar Khilafah”, harus sebuah Organisasi (jam’iyah) yang besar.
14.  Maka akhirnya anggota delegasi “Mukhtamar Khilafah”, tersebut berangkat ke Hijaz, sebagai utusan Nahdlatul Ulama yang di dirikan oleh mereka pada tanggal 16 Rajab 1344 H, bertepatan dengan tanggal 31 Januari 1926 M dengan Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari sebagai Rois Akbar.  ( K.H. Abdul Muchit Muzadi : 2006).
    
NU dari sejak berdirinya telah melaksanakan Mukhtamar sebanyak 31 kali terhitung mulai dari tahun 1926 samapai dengan 2004 kemarin. NU itu dapat di kelompokan kedalam dua :
1.    Yang tertangani secara Organisatoris administrtif, lazim disebut NU Jam’iyah (NU Struktural).
2.    Yang tidak tertangani, lazim disebut NU jama’ah ( NU kultur ).
Keduanya merupakan potensi yang sama  pentingnya bagi NU, tapi pada dasarnya NU Jam’iyah (NU Struktural ) dijadikan kader-kader yang militan untuk membimbing kelompok-kelompok yang terdiri dari NU Jama’ah ( NU Kultur). Semuanya berada pada jaringan yang tidak terputus.
          Sejak awal, kepengurusan NU terdiri dari dua bagian , yakni :
1.    Syuriyah, yang diduduki oleh para Ulama yang mempunyai wibawa dan kewenangan yang dominan
2.    Tanfidziyah yaitu hanyalah pelaksana teknis administrative. Semua kebijakan ada di tangan Syuriyah. Tetapi ketika NU menjadi partai politik ( 1952 – 1973 ) Tanfidziyah memiliki porsi paling besar.

Dibawah Kepengurusan Umum ( Syuriyad dan Tanfidziyah ) ada tiga macam unit kegiatan :
1.    Badan Otonom (Banom : hak mengatur rumah tangga sendiri ) yaitu, unit kegiatan yang bertugas mengurus kelompok tertentu dari kaum Nahdliyyin, seperti :
1.   Muslimat NU, bertugas mengurus kelompok perempuan.
2.   Fatayat NU, bertugas mengurus kelompok perempuan remaja.
3.   IPPNU ( Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama) bertugas mengurus kelompok pelajar Putri.
4.   IPNU ( Ikatan Putra Nahdlatul Ulama ) bertugas mengurus kelompok pelajar putra.
5.   Gerakan Pemuda Ansor, bertugas mengurus kelompok pemuda.
6.   Sarbumusi ( Sarekat Buruh Muslim Indonesia ) bertugas mengurus kelompok buruh.
7.   PMII ( Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ) bertugas mengurus kelompok Mahasiswa
8.   danlain-lain  
2.    Lembaga, yaitu unit kegiatan yang bertugas mengurus sebagian program NU I tingkat masing-masing ( PBNU, PWNU, PCNU, MWC NU, Ranting NU ), lembaga tersebut meliputi :
1.   Lembaga Dakwah
2.   Lembaga Perekonomian
3.   Lembaga Pengembangan Pertnian
4.   Rabithah Maahid Islamiyah (Asosiasi Pesantren),
5.   Lembaga Ma’arif ( Bidang Pendidikan)
6.   Dan lain-lain
3.    Lajnah, yaitu kegiatan yang bertugas mengurus program NU, tetapi lajnah dibentuk menurut keperluan, lajnah tidak punya anggota, seperti :
1.   Lajnah Falakiyah
2.   Lajnah Ta’lif wa Nasyr
3.   Dan Lain-lain.  
    
Dengan melihat latar belakang tersebut di atas dapatlah kita simpulkan bahwa NU adalah merupakan sebuah organisasi social keagamaan yang berbasis pesantren dan masyarakat kecil sebagai pengikutnya dan  merupakan pelestari Tradisi Budaya Islam. Makanya sebagai bukti riil NU di lapangan NU mudah diterima oleh semua lapisan masyarakat dari kelas rakyat jelata sampai pejabat tinggi.


      
2. Ide Pemikiran K.H Hasyim Asy’ari
        Organisasi pemahaman dan pemikiran keislaman K.H. Hasyim Asy’ari sangat di pengaruhi oleh seorang guru utama , yaitu Syekh Mahfuz at-Tarmisi, ia menganut Tradisi syekh Nawawi. Dasar pemikiran yang digunakan KH. Hasyim Asy’ari adalah sebagai berikut :
1. KH. Hasyim Asy’ari menganut aqidah Ahlus sunah wal jama’ah dan bermadzhab kepada empat imammadzhab.
2. KH. Hasyim Asy’ari tidak setuju dengan kebebasan berpikir dan mengabaikan madzhab dalam urusan agama.
3. Ijtihad para Imam sangat menentukan dalam memahami al-qur’an dan sunnah.
4. Penafsiran al-qur’an dan Sunnah secara langsung tanpa mempelajari kitab-kitab para ulama besar hanya akan mengahsilkan pemahaman yang keliru.
5.  Kiai sebagai figure yang mempunyai kedudukan tinggi.
6. Pesantren sabagi tempat yang paling utama membentuk akhlak manusia.    

3.  Tujuan NU
     Nahdlatul Ulama (NU) adalah Jam’iyah yang di dirikan oleh para Kiai Pengasuh Pondok Pesantren. Tujuan didirikannya NU ini di antaranya adalah :
1.    Memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam Ahlus Sunnah wa al-jama’ah yang menganut pola madzhab empat: Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi, dan Imam hambali.
2.    Mempersatukan langkah para Ulama dan pengikut-pengikutnya.
3.    Melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan Masyarakat, kemajuan bangsa, dan ketinggian harkat  serta martabat manusia. ( Tim PW NU Jatim : 2007)

Dan kalau kita lihat dari Hasil-hasil Keputusan  Muktamar XXXI NU nomor : III/MNU-31/XI/2004 di Asrama haji Donohudan Boyolali Jawa Tengah (28 Nopember – 2 desember 2004 ) menyebutkan bahwa tujuan NU berdasarkan Bab IV pasal 5 berbunyi :
Tujuan NU adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah wal jama’ah dan menurut salah satu dari Madzhab empat untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kemaslahatan dan kesejahtraan umat.
Dan dalam Pasal 6 berbunyi :
Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana psal 5 maka NU melaksanakan usaha-usaha sebagai berikut :
1.    Dibidang Agama, mengupayakan terlaksananya ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah wal jamaah dan menurut salah satu Madzhab empat dalam masyarakat dengan melaksanakan dakwah Islamiyah dan amar ma’ruf nahi mungkar.
2.    Dibidang Pendidikan, pengajaran dan kebudayaan mengupayakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajkaran serta  pengembangankebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam untuk membina umat agar menjadi muslim yang taqwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas dan terampil, seerta berguna bagi agama, bangsa dan Negara.
3.    Dibidang social, mengupayakan terwujudnya kesejahtraan lahir dan batin bagi rakyat Indonesia.
4.    Dibidang ekonomi, mengupoayakan terwujudnya pengembanganm ekonomi untuk pemerataan kesempatan berusaha dan menikmati hasil-hasil pembangunan, dengan mengutamakan tumbuh dan berkembangnya ekonomi kerakyatan.
5.    Mengembangkan usaha-usaha yang lain yang bermanfaat bagi masyarakat banyak guna terwujudnya khaira umah.

4. Khitthah NU    
a. Pengertian
1. Khitthah NU adalah landasan berfikir, bersikap dan bertindak warga NU yang harus dicerminkan dalam tingkah laku perseorangan maupun organisasi serta dalam setiap proses pengmbilan keputusan.
2. Landasan tersebut adalah faham Islam Ahlussunnah Wal jama’ah yang diterapkan menurut kondisi kemasyarakatan di Indonesia, meliputi dasar-dasar amal keagamaan maupun kemasyarakatan.
3. Khitthah NU juga digali dari intisari perjalanan sejarah khidmatnya dari masa ke masa.
b. Naskah Lengkap Khitthah NU berdasarkan Keputusan Muktamar 27 NU nomor: 02.MNU-27/1984 adalah sebagai berikut :
     ( Al-Qur’an Surat Al Maidah ayat 48 – 49 ) :
           
Artinya :
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, ( 48 )
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.( AL-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 48-49 )

C.  Dasar-Dasar Faham Keagamaan NU
a.    NU mendasarkan faham keagamaan kepada sumber ajaran agama Islam : Al Qur’an, As Sunnah, Al-Ijma dan Qias.
b.   Dalam memahami, menafsirkan Islm dari sumbernya di atas, NU mengikuti faham Ahlussunnah Wal jama’ah dengan menggunakan jalan pendekatan ( al-madzhab ) :
-  Di Bidang aqidah, NU mengikuti Ahlussunnah wal jama’ah yang di pelopori oleh Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Manshur al Maturidzi.
-  Di Bidang Fiqih, NU mengikuti jalan pendekatan (al madzhab ) salah satu dari Madzhab Abu Hanifah an-Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris As-syafi’I dan Imam Ahmad bin Hambal.
    -   Di Bidang Tasawuf, mengikuti antara lain Imam al-Junaid al Bagdadi dan Imam al-Ghazali serta imam yang lainnya.

c. NU mengikuti pendirian, bahwa Islam adalah agama yang fitri, yang bersift menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki manusia. Faham keagamaan yang dianut oleh NU bersifat menyempurnakan nilai-nilai yang baik yang sudah ada dan menjadi milik serta ciri-ciri suatu kelompok manusia seperti suku, maupun bangsa, dan tidak bertujuan menghapus nilai-nilai tersebut.  
d. Sikap Kemasyarakatan NU
     Dasar-dasar pendirian keagamaan NU menumbuhkan sikap kemasyarakatan yang bercirikan pada :
a.  Sikap Tawasuth dan I’tidal
Sikap tengah yang berintikan kepada prinsip hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus ditengah-tengah kehidupan bersama. NU dengan sikap dasar ini akan akan selalu menjadi kelom[pok panutan yang berasikap dan bertindsk lurus dan selalu bersifat membangun serta menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat tatharruf (ekstrim ).
b.  Sikap Tasamuh
Sikap toleran terhadap perbedaan pandangan baik dalam maslah keagamaan, terutama hal-hal yang bersifat Furu’ atau menjadi masalah khilafiyah, serta dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan.  
c.   Sikap tawajun
Sikap seimbang dalam berkhidmat. Menyerasikan khidmahkepada Allah SWT, khidmah kepada sesame manusia serta kepada lingkungan hidupnya. Menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa kini dan masa mendatang
d.  Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan bersama; serta menolak dan mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan.

D.  Perilaku Keagamaan dan Sikap Kemasyarakatan NU
Dasar-dasar dan kemasyarakatan membentuk perilaku warga NU, baik dalam tingkah laku perorangan maupun organisasi yang :
1.   Menjunjung tinggi nilai-nilai maupun norma-norma Ajaran Islam
2.   Mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi,
3.   Menjunjung tinggi persaudaraan ( al-ukhuwwah), persatuan (al-Ittihad) serta kasih saying.
4.   Meluhurkan kemuliaan moral ( al-akhlaq al-karimah), dan menjunjung tinggi kejujuran (ash-shidqu) dalam berfikir, bersikap dan bertindak.
5.   Menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas) kepada bangsa dan Negara
6.   Menjunjung tinggi nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bagian  dari ibadah kepada Allah SWT.
7.   Menjunjung tinggi ilmu-ilmu pengetahuan serta ahli-ahlinya,
8.   selalu siap untuk menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang membawa kemaslahatan bagi manusia.
9.   Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong memacu dan mempercepat perkembangan masyarakatnya,
10.Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. ( K.H. Abdul Muchith Muzadi :2006) 

E.   Bidang garapan Utama NU
NU memiliki bidang garapan utama pada :
1.   Peningkatan silaturrahmi / komunikasi antar Ulama,
2.   Peningkatan kegiatan di bidang keilmuan / pengkajian / pendidikan
3.   Peningkatan penyiaran Islam, pembangunan sarana-sarana peribadatan dan pelayanan social,
4.   Peningkatan taraf dan kualitas hidup masyarakat memalaui kegiatan terarah.

          ( Nahdlatul Ulama = Kebangkitan Ulama),  NU adalah merupakan sebuah Organisasi social  kegamaan yang berbasis kemasyarakatan, yang didirikan oleh tokoh kharismatik yaitu KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Abdul Wahab Hasbullah yaitu pada tanggal 31 Januari 1926 M di Jombang Jawa Timur dan bertepatan dengan 16 Rajab 1344 H, adapun sebagai pemimpin besar NU pada waktu pertama kalinya KH. Hasyim Asy’ari sebagai pemimpin Agung ( Ra’is Akbar ).
          NU berdiri berkat perjuangan  dan rintisan sejumlah ulama yang memiliki wawasan keagamaan yang sama. Mereka adalah :
1.    KH. Abdul Wahab Hasullah  ( Tebuireng Jatim )
2.    KH. Muhammad Hasyim Asy’ari ( Jombang Jatim )
3.    KH. Maksum ( Lasem )
4.    KH. Ridwan ( Semarang )
5.    KH. Nawawi ( Pasuruan )
6.    KH. Nahrawi Muchtar ( Malang )
7.    KH. Ridwan ( Surabaya )
8.    K. Abdullah Ubaid ( Surabaya )
9.    KH. Alwi Abdul Aziz ( Malang )
10. KH. Abdul Halim ( Lewimunding, Majalengka Cirebon )
11. KH. Doro Muntaha ( Madiun )
12. KH. Dahlan Abdul Kohar  ( Kertosono )
13. KH. Abdullah Faqieh ( Gresik )
( Ensiklopedi Islam : 2002 )

          Adapun yang melatar belakangi berdirinya NU pada waktu itu diantaranya adalah sebagai berikut :
1.    Pesantren merupakan Lembaga Pendidikan
2.    Pesantern merupakan Lembaga Perjuangan
3.    Pesantern sebagai Pelayan Masyarakat
4.    Pesantren memiliki potensi dan kemandirian
5.    Adanya Upaya meninggalkan Pesantren Seiring dengan arus moderinisasi  di Indonesia yang diiringi dengan  banyaknya pendidikan yang meniru Pendidikan Barat. 
6.    Bertekad mengembangkan Pesantren
7.    Adanya hubungan Kultur/ budaya  antara Pesantern
8.    Adanya Niatan untuk berorganisasi, seperti dalam sejarah di anataranya ada yang membentuk “Nahdlatul Tujjar” untuk memperbaiki ekonomi, pernah membentuk “Nahdlatul Wathan”  bertujuan untuk Pendidikan, Pernah membentuk “Tashwirul Afkar” forum diskusi membahas masalah-masalah umat,      pernah membentuk “Nahdlatus Syubban” organisasi kepemudaan, semuanya adalah organisasi yang di dirikan kaum Pesantren yang bersifat kecil-kecilan.
9.    Adanya “Mukhtamar Khilafah” oleh kerajaan Saudi Arabia yang berkeinginan menjadi kholifah Islamiyah tunggal untuk menggantikan kholifah Utsmaniyah di Turki yang baru dugulingkan oleh Gerakan Turki Muda pimpinan Kemal Attaturk.
10. Adanya Pencoretan wakil Ulama yaitu KH. Abdul Wahab Hasbullah  dari anggota delegasi “Mukhtamar Khilafah”,          dengan alasan “ tidak punya organisasi”, Padahal kaum Pesantern punya kepentingan untuk ikut dalam delegasi tersebut. Bukan untuk urusan khalifah, tetapi urusan sikap dan tindakan Pemerintah Saudi yang dengan alsan anti syirik, anti khurafat, dan anti bid’ah, melarang ziarah kubur, baca kitab barzanji, meminggirkan empat madzhab empat, menggusur semua petilasan sejarah Islam dan lain-lainnya.
11. Dengan adanya pencoretan  KH. Abdul Wahab Hasbullah  dari anggota delegasi “Mukhtamar Khilafah”, maka hikmahnya kaum pesantren timbul semangat untuk mendirikan organisasi.
12. Membentuk Komite Hijaz, sebagi anggota delegasi dalam  “Mukhtamar Khilafah”,  yang dipelopori oleh :
       1. KH. Abdul Wahab Hasbullah, sebagai delegasi tunggal
       2. Syekh Ghonaim (warga negra Mesir), penasehat delegasi, dan
  3. KH. Dachlan Kohar, santri Indonesia yang sedang belajar di Makkah.  
13. Kerajaan Saudi Arabia  mewajibkan semua utusan “Mukhtamar Khilafah”, harus sebuah Organisasi (jam’iyah) yang besar.
14.  Maka akhirnya anggota delegasi “Mukhtamar Khilafah”, tersebut berangkat ke Hijaz, sebagai utusan Nahdlatul Ulama yang di dirikan oleh mereka pada tanggal 16 Rajab 1344 H, bertepatan dengan tanggal 31 Januari 1926 M dengan Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari sebagai Rois Akbar.  ( K.H. Abdul Muchit Muzadi : 2006).
    
NU dari sejak berdirinya telah melaksanakan Mukhtamar sebanyak 31 kali terhitung mulai dari tahun 1926 samapai dengan 2004 kemarin. NU itu dapat di kelompokan kedalam dua :
1.    Yang tertangani secara Organisatoris administrtif, lazim disebut NU Jam’iyah (NU Struktural).
2.    Yang tidak tertangani, lazim disebut NU jama’ah ( NU kultur ).
Keduanya merupakan potensi yang sama  pentingnya bagi NU, tapi pada dasarnya NU Jam’iyah (NU Struktural ) dijadikan kader-kader yang militan untuk membimbing kelompok-kelompok yang terdiri dari NU Jama’ah ( NU Kultur). Semuanya berada pada jaringan yang tidak terputus.
          Sejak awal, kepengurusan NU terdiri dari dua bagian , yakni :
1.    Syuriyah, yang diduduki oleh para Ulama yang mempunyai wibawa dan kewenangan yang dominan
2.    Tanfidziyah yaitu hanyalah pelaksana teknis administrative. Semua kebijakan ada di tangan Syuriyah. Tetapi ketika NU menjadi partai politik ( 1952 – 1973 ) Tanfidziyah memiliki porsi paling besar.

Dibawah Kepengurusan Umum ( Syuriyad dan Tanfidziyah ) ada tiga macam unit kegiatan :
1.    Badan Otonom (Banom : hak mengatur rumah tangga sendiri ) yaitu, unit kegiatan yang bertugas mengurus kelompok tertentu dari kaum Nahdliyyin, seperti :
1.   Muslimat NU, bertugas mengurus kelompok perempuan.
2.   Fatayat NU, bertugas mengurus kelompok perempuan remaja.
3.   IPPNU ( Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama) bertugas mengurus kelompok pelajar Putri.
4.   IPNU ( Ikatan Putra Nahdlatul Ulama ) bertugas mengurus kelompok pelajar putra.
5.   Gerakan Pemuda Ansor, bertugas mengurus kelompok pemuda.
6.   Sarbumusi ( Sarekat Buruh Muslim Indonesia ) bertugas mengurus kelompok buruh.
7.   PMII ( Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ) bertugas mengurus kelompok Mahasiswa
8.   danlain-lain  
2.    Lembaga, yaitu unit kegiatan yang bertugas mengurus sebagian program NU I tingkat masing-masing ( PBNU, PWNU, PCNU, MWC NU, Ranting NU ), lembaga tersebut meliputi :
1.   Lembaga Dakwah
2.   Lembaga Perekonomian
3.   Lembaga Pengembangan Pertnian
4.   Rabithah Maahid Islamiyah (Asosiasi Pesantren),
5.   Lembaga Ma’arif ( Bidang Pendidikan)
6.   Dan lain-lain
3.    Lajnah, yaitu kegiatan yang bertugas mengurus program NU, tetapi lajnah dibentuk menurut keperluan, lajnah tidak punya anggota, seperti :
1.   Lajnah Falakiyah
2.   Lajnah Ta’lif wa Nasyr
3.   Dan Lain-lain.  
    
Dengan melihat latar belakang tersebut di atas dapatlah kita simpulkan bahwa NU adalah merupakan sebuah organisasi social keagamaan yang berbasis pesantren dan masyarakat kecil sebagai pengikutnya dan  merupakan pelestari Tradisi Budaya Islam. Makanya sebagai bukti riil NU di lapangan NU mudah diterima oleh semua lapisan masyarakat dari kelas rakyat jelata sampai pejabat tinggi.


      
2. Ide Pemikiran K.H Hasyim Asy’ari
        Organisasi pemahaman dan pemikiran keislaman K.H. Hasyim Asy’ari sangat di pengaruhi oleh seorang guru utama , yaitu Syekh Mahfuz at-Tarmisi, ia menganut Tradisi syekh Nawawi. Dasar pemikiran yang digunakan KH. Hasyim Asy’ari adalah sebagai berikut :
1. KH. Hasyim Asy’ari menganut aqidah Ahlus sunah wal jama’ah dan bermadzhab kepada empat imammadzhab.
2. KH. Hasyim Asy’ari tidak setuju dengan kebebasan berpikir dan mengabaikan madzhab dalam urusan agama.
3. Ijtihad para Imam sangat menentukan dalam memahami al-qur’an dan sunnah.
4. Penafsiran al-qur’an dan Sunnah secara langsung tanpa mempelajari kitab-kitab para ulama besar hanya akan mengahsilkan pemahaman yang keliru.
5.  Kiai sebagai figure yang mempunyai kedudukan tinggi.
6. Pesantren sabagi tempat yang paling utama membentuk akhlak manusia.    

3.  Tujuan NU
     Nahdlatul Ulama (NU) adalah Jam’iyah yang di dirikan oleh para Kiai Pengasuh Pondok Pesantren. Tujuan didirikannya NU ini di antaranya adalah :
1.    Memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam Ahlus Sunnah wa al-jama’ah yang menganut pola madzhab empat: Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi, dan Imam hambali.
2.    Mempersatukan langkah para Ulama dan pengikut-pengikutnya.
3.    Melakukan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan Masyarakat, kemajuan bangsa, dan ketinggian harkat  serta martabat manusia. ( Tim PW NU Jatim : 2007)

Dan kalau kita lihat dari Hasil-hasil Keputusan  Muktamar XXXI NU nomor : III/MNU-31/XI/2004 di Asrama haji Donohudan Boyolali Jawa Tengah (28 Nopember – 2 desember 2004 ) menyebutkan bahwa tujuan NU berdasarkan Bab IV pasal 5 berbunyi :
Tujuan NU adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah wal jama’ah dan menurut salah satu dari Madzhab empat untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kemaslahatan dan kesejahtraan umat.
Dan dalam Pasal 6 berbunyi :
Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana psal 5 maka NU melaksanakan usaha-usaha sebagai berikut :
1.    Dibidang Agama, mengupayakan terlaksananya ajaran Islam yang menganut faham Ahlusunnah wal jamaah dan menurut salah satu Madzhab empat dalam masyarakat dengan melaksanakan dakwah Islamiyah dan amar ma’ruf nahi mungkar.
2.    Dibidang Pendidikan, pengajaran dan kebudayaan mengupayakan terwujudnya penyelenggaraan pendidikan dan pengajkaran serta  pengembangankebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam untuk membina umat agar menjadi muslim yang taqwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas dan terampil, seerta berguna bagi agama, bangsa dan Negara.
3.    Dibidang social, mengupayakan terwujudnya kesejahtraan lahir dan batin bagi rakyat Indonesia.
4.    Dibidang ekonomi, mengupoayakan terwujudnya pengembanganm ekonomi untuk pemerataan kesempatan berusaha dan menikmati hasil-hasil pembangunan, dengan mengutamakan tumbuh dan berkembangnya ekonomi kerakyatan.
5.    Mengembangkan usaha-usaha yang lain yang bermanfaat bagi masyarakat banyak guna terwujudnya khaira umah.

4. Khitthah NU    
a. Pengertian
1. Khitthah NU adalah landasan berfikir, bersikap dan bertindak warga NU yang harus dicerminkan dalam tingkah laku perseorangan maupun organisasi serta dalam setiap proses pengmbilan keputusan.
2. Landasan tersebut adalah faham Islam Ahlussunnah Wal jama’ah yang diterapkan menurut kondisi kemasyarakatan di Indonesia, meliputi dasar-dasar amal keagamaan maupun kemasyarakatan.
3. Khitthah NU juga digali dari intisari perjalanan sejarah khidmatnya dari masa ke masa.
b. Naskah Lengkap Khitthah NU berdasarkan Keputusan Muktamar 27 NU nomor: 02.MNU-27/1984 adalah sebagai berikut :
     ( Al-Qur’an Surat Al Maidah ayat 48 – 49 ) :
           
Artinya :
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, ( 48 )
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.( AL-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 48-49 )

C.  Dasar-Dasar Faham Keagamaan NU
a.    NU mendasarkan faham keagamaan kepada sumber ajaran agama Islam : Al Qur’an, As Sunnah, Al-Ijma dan Qias.
b.   Dalam memahami, menafsirkan Islm dari sumbernya di atas, NU mengikuti faham Ahlussunnah Wal jama’ah dengan menggunakan jalan pendekatan ( al-madzhab ) :
-  Di Bidang aqidah, NU mengikuti Ahlussunnah wal jama’ah yang di pelopori oleh Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Manshur al Maturidzi.
-  Di Bidang Fiqih, NU mengikuti jalan pendekatan (al madzhab ) salah satu dari Madzhab Abu Hanifah an-Nu’man, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad bin Idris As-syafi’I dan Imam Ahmad bin Hambal.
    -   Di Bidang Tasawuf, mengikuti antara lain Imam al-Junaid al Bagdadi dan Imam al-Ghazali serta imam yang lainnya.

c. NU mengikuti pendirian, bahwa Islam adalah agama yang fitri, yang bersift menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki manusia. Faham keagamaan yang dianut oleh NU bersifat menyempurnakan nilai-nilai yang baik yang sudah ada dan menjadi milik serta ciri-ciri suatu kelompok manusia seperti suku, maupun bangsa, dan tidak bertujuan menghapus nilai-nilai tersebut.  
d. Sikap Kemasyarakatan NU
     Dasar-dasar pendirian keagamaan NU menumbuhkan sikap kemasyarakatan yang bercirikan pada :
a.  Sikap Tawasuth dan I’tidal
Sikap tengah yang berintikan kepada prinsip hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus ditengah-tengah kehidupan bersama. NU dengan sikap dasar ini akan akan selalu menjadi kelom[pok panutan yang berasikap dan bertindsk lurus dan selalu bersifat membangun serta menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat tatharruf (ekstrim ).
b.  Sikap Tasamuh
Sikap toleran terhadap perbedaan pandangan baik dalam maslah keagamaan, terutama hal-hal yang bersifat Furu’ atau menjadi masalah khilafiyah, serta dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan.  
c.   Sikap tawajun
Sikap seimbang dalam berkhidmat. Menyerasikan khidmahkepada Allah SWT, khidmah kepada sesame manusia serta kepada lingkungan hidupnya. Menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa kini dan masa mendatang
d.  Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan bersama; serta menolak dan mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan.

D.  Perilaku Keagamaan dan Sikap Kemasyarakatan NU
Dasar-dasar dan kemasyarakatan membentuk perilaku warga NU, baik dalam tingkah laku perorangan maupun organisasi yang :
1.   Menjunjung tinggi nilai-nilai maupun norma-norma Ajaran Islam
2.   Mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi,
3.   Menjunjung tinggi persaudaraan ( al-ukhuwwah), persatuan (al-Ittihad) serta kasih saying.
4.   Meluhurkan kemuliaan moral ( al-akhlaq al-karimah), dan menjunjung tinggi kejujuran (ash-shidqu) dalam berfikir, bersikap dan bertindak.
5.   Menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas) kepada bangsa dan Negara
6.   Menjunjung tinggi nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bagian  dari ibadah kepada Allah SWT.
7.   Menjunjung tinggi ilmu-ilmu pengetahuan serta ahli-ahlinya,
8.   selalu siap untuk menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang membawa kemaslahatan bagi manusia.
9.   Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong memacu dan mempercepat perkembangan masyarakatnya,
10.Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. ( K.H. Abdul Muchith Muzadi :2006) 

E.   Bidang garapan Utama NU
NU memiliki bidang garapan utama pada :
1.   Peningkatan silaturrahmi / komunikasi antar Ulama,
2.   Peningkatan kegiatan di bidang keilmuan / pengkajian / pendidikan
3.   Peningkatan penyiaran Islam, pembangunan sarana-sarana peribadatan dan pelayanan social,
4.   Peningkatan taraf dan kualitas hidup masyarakat memalaui kegiatan terarah.


Share:

2019/11/28

PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW DI MA NURUSSYAHID KERTAJATI HADIRKAN PENCERAMAH KIYAI ABDUL HAFIDZ, S.Pd.I



 Foto Kepala MA Nurussyahid Kertajati BIJB saat Memberikan Sambutan pada Acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 2019

Manusa Kertajati BIJB, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Madrasah Aliyah Nurussyahid Kertajati adakan kegiatan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada tanggal 28 Nopember 2019, kegiatan tersebut merupakan agenda OSIS dalam memperingati Hari Besar Islam, kegiatan Maulid Nabi tersebut diadakan dalam rangka menanamkan rasa Mahabah (Cinta) Kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, serta meneladani sikapnya yang penuh dengan Contoh-contoh yang mulia.

Pada kegiatan tersebut Hadir Kepala Madrasah, Dewan Guru dan para peserta didik dengan mengadakan agenda kegiatan sebagai berikut:

1. Kegiatan Pembacaan Sholawat Nabi dan Barjanji
2. Pengajian Agama Islam oleh K. Abdul Hafid, S.Pd.I dari desa Pasiripis , 
3 Lomba Nasi Tumpeng antar Kelas. 


Acara dibuka pagi jam 07.00 WIB pembacaan Barjanji, dan dilanjutkan dengan pengajian dengan pembawa acara Amel Nurfadilah dan Meri Anjani, pembaca al-Qur'an oleh Mugis Iksani dan pembacaan Sholawat Nabi Oleh Neng Aisyah Nurohmah dan Nisa Agustin kelas XII IPS, dilanjutkan dengan  sambutan Kepala MA. 

Dalam Sanbutannya Kepala Sekolah dihadapan para peserta didik MA Nurussyahid Kertajati, menyampaikan 3 hal penting untuk menjadikan Rasulullah sebagai Uswatun Hasanah ( Contoh yang Baik) yaitu dengan mengharapkan rido dan bertemu dengan Allah, menyakini akan adanya hari akhir dan selalu berdzikir menyebut asama Allah yang banyak.


K. Abdul Hafid, S.Pd.I dalam ceramahnya di hadapan siswa dan siswi dan guru Madrasah Aliyah Nurussyahid Kertajati menyampaikan 4 hal penting yang harus dimiliki oleh kita sebagai umat Kanjeng Nabi Muhammad SAW yaitu:

1. Akhlak (Prilaku) mulia kepada Sang Maha Pencipta yaitu Allah, SWT
2. Akhlak (Prilaku) mulia kepada Orang Tua kita yang telah melahirkan kita ke Alam Dunia, 
3.Akhlak (Prilaku) mulia kepada Guru yang telah mengajarkan kita kebaikan dan ilmu pengetahuan serta Tauhid, dan
4. Akhlak (Prilaku) mulia kepada Lingkungan sekitar kita
dan acara ditutup dengan Doa'a oleh K. Abdul Hafidz, S.Pd.I

Acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di tutup dengan kegiatan Makan nasi Kuning dan Soto ayam bersama. 

kegiatan berIkutnya akan dilanjutkan pada waktu, tempat dan dalam gelombang yang sama. MA Nurussyahid. 




Share:

2019/11/26

KELUARGA BESAR MA NURUSSYAHID KERTAJATI MENGUCAPKAN SELAMAT HARI GURU NASIONAL SEMOGA GURU INDONESIA SELALU BERINOVASI DAN SEJAHTERA



  Kata Hikmah : Metode adalah lebih dari materi, Guru lebih pentng dari materi, dan semangat guru 
lebih penting dari segala sesuatu.


TUGAS DAN PERANAN GURU DALAM PENGELOLAAN PENGAJARAN

I. Pendahuluan
Guru adalah Figur sentral dalam dunia pendidikan, keberadaan seorang guru    sangat menentukan sekali terhadap  keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar dan kehidupan bermasyarakat, Jabatan atau propesi guru sanagat mulia, ada yang mengatakan bahwa guru adalah di gugu dan ditiru, artinya adalah bahwa guru dalam tindak dan tanduknya bahkan ucapannya  perlu ditiru oleh  anak didiknya.
            Adapun pepatah jawa mengatakan sebagaimana  yang diungkapkan Tokoh Pendidikan Nasional yaitu Bapak Ki Hajar Dewantoro, ada tiga semboyan untuk guru yaitu :
1. Ing ngarso sung tulodo, artinya adalah guru harus mampu menjadikan dirinya sebagai contoh dan pola ayunan
2 Ing Madyo mangun karso, artinya adalah guru harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi untuk siswanya
3. Tut Wuri Handayani, artinya adalah guru harus mampu mendorong anak didiknya agar terus bersemangat dan giat dalam belajar.

Jadi jelasnya bahwa Guru itu merupakan penentu masa depan bagi anak-anak  didiknya , baik itu anak dididk  di tingkatan  TK/RA, SD/MI,  SMP/ MTs, SMA/MA dan selanjutnya., Semuanya bergantung kepada keseriusan guru dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas ataupun diluar kelas.


II.    Pengertian Pengelolaan Pendidikan
Pengelolaan pendidikan dapat dinyatakan sebagai upaya menerapkan kaidah-kaidah administrasi dalam bidang pendidikan.
Administrasi sebelum diterapkan dalam satu obyek tertentu atau diberi predikat tertentu dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.
1. Dari sudut proses, pengertian administrasi dapat dinyatakan sebagai keseluruhan tingkat yang dilalui dari mulai proses pengambilan keputusan, penentuan tujuan, pembagian tugas dan pelaksanaan kerja sampai tujuan yang telah dirumuskan terwujud.
2 Dari sudut fungsi atau tugas yang harus dilaksanaka, administrasi dapat dinyatakan sebagai kerja yang harus dilaksanakan oleh individu atau kelompok orang yang diawali dngan pengambilan keputusan, penentuan tujuan, pelaksanaan dan pembagian tugas sampai mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan.
3. Dari sudut kelembagaan, administrasi dapat dinyatakan sebagai individu atau kelompok yang menjalankan tugas dimulai sejak pengambilan keputusan, penentuan tujuan, pelaksanaan dan pembagian tugas sampai mewujudkan tujuan yang telah disepakati bersama.

Adapun pengertian administrasi yang telah dijelaskan di atas dalam kenyatakan mengejawantahkan (mewujudkan) dalam bagaian-bagian:
a. Tujuan atau tujuan-tujuan yang harus diwujudkan demi kepentingan lembaga, dan saling melengkapi
b.  Keterlibatan personil, benda maupun uang dalam kedudukan saling memerlukan, dan saling melengkapi.
c. Proses yuang berurutan dan terus menerus dari mulai yang kecil sederhana mungkin kuranmg berarti sampai kepada  hal yang rumit besar dan sangat berarti.
d. Pengawasan atau controldemi terwujudnya keteraturan, keseimbangan dan keselarasan.
e. Efektifitas dan efisien agar tidak terjadi pemborosan waktu, tenaga, biaya dan fasilitas dan tercapainya produktivitas yang memadai.
f.  Manusiawi artinya memepatkan manusia sebagai unsure pokok dan terhormat dan memiliki kepentingan di dalamnya.  
     
III. Tugas Guru
Adapun Menurut (Drs. Moh. Uzer Usman : 2001) di dalam bukunya menjelaskan, bahwa guru memiliki banyak tugas, baik itu terikat oleh Dinas maupun diluar dinas, dalam bentuk pengabdian. Dan kalau dikelompokan ada tiga (3) jenis tugas Guru, yakni :
1.    Tugas guru sebagai profesi, meliputi :
1.1.  Mendidik, yaitu : meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.
1.2.  Mengajar, yaitu: meneruskan dan mengembangkan Ilmu pengetahuan dan teknologi
1.3.  Melatih, mengembangkan keterampilan dan penerapannya pada siswa   sebagai peserta didik.               
2.    Tugas guru dalam bidang Kemanusiaan, meliputi :
 2.1. Di sekolah guru harus menjadi orang tua kedua, guru harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya, guru harus menarik, guru hendaknya dapat  menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar.
2.2.    Auto pengertian :
  - Homoludens yaitu: guru sama-sama mahluk bermain
  - Homopuber yaitu: guru sama-sama mahluk berkembang
  - Homosapiens yaitu: guru sama-sama mahluk berpikir
2.3.    Tranformasi diri, yuaitu: bahwa guru menentukan gerak maju kehidupan bangsa.
2.4.    Autoidentifikasi
3.   Kemasyarakatan, meliputi :
      Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang  bermoral Pancasila Mencerdaskan bangsa Indonesia

IV.  Peranan Guru
Menurut (Drs. Moh. Uzer Usman : 2001),  dalam bukunya bahwa guru mempunya 4 (empat) peranan penting pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu:

1. PerananGuru sebagai  Demonstrator (Lecturer, atau pengajar) maksudnya adalah guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa.  Juga guru diharapkan mampu dan terampil dalam merumuskan TPK( Tujuan pembelajaran khusus) , memahami kurikulum, menentukan metode yang tepat  dan dia sendiri sebagai sumber belajar terampil dalam memberikan informasi kepada kelas.
2. Peranana Guru sebagai  Pengelola Kelas,
      Tujuan umum  ( Learning manager) Pengelola Kelas   adalah guru  menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar , menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan. 
      Sebagai manager guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif dikalangan siswa.

3.  Peranana Guru sebagai  Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan juga memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media itu dengan baik  karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
          Sebagai mediator guru pun menjadi perantara dalam hubungan antar manusia, tujuannya agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif. Dalam hal ini ada tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu:
1.  Mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik.
2.  Mengembangkan gaya interaksi pribadi
3.  Menumbuhkan hubungan yang positif dengan para siswa
Adapun peran guru sebagai Fasilitator hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.

4.   Peranana Guru sebagai  Evaluator
            Dalam satu kali Proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat terjawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Sebab dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian diantaranya ialah mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya.
 Dengan penilaian guru dapat menmgklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya jika dibandingkan dengan teman-temannya.   Dan dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui  evaluasi ini merupakan umpan balik (feedback)    terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Jadi menurut penulis, bahwa keberhasilan proses belajar mengajar ini sangat ditentukan sekali oleh keberadaan  guru yang memiliki kompetensi (kemampuan ) dan keterampilan metode mengajar  dengan didasarkan kepada  pentingnya memahami tugas dan peranannya dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar di kelas dan di luar kelas, sehingga akan memperoleh mutu pendidkan yang optimal dan memiliki daya saing yang tinggi.
            Kata Hikmah : Metode adalah lebih dari materi, Guru lebih pentng dari materi, dan semangat guru lebih penting dari segala sesuatu.
Share:

2019/11/24

HAUL MBAH KIYAI HAJI SYAHID DESA BANTARJATI KERTAJATI MAJALENGKA JAWA BARAT TAHUN 2019 (SIAPKAN GENERASI PENERUS BANGSAN DENGAN MA NURUSSYAHID)


Foto Mbah KH. Syahid Wafat 24 Juli 1994 yang wafat Pada Usia Kurang Lebih 73 Tahun

Kepala MA Nurussyahid Kertajati saat melantunkan Qoshidah Ziaroh Maqom

Mbah Kiyai Syahid Lahir di Desa Pasiripis pada tahun sekitar 1921, anak dari seorang ayah yang bernama Bapak Dulkinah, pada waktu mudanya beliau sempat Mengaji di Pondok Pesantren yang berada di Babakan Ciwaringin Cirebon, adapun perjalanan mondok beliau semasa dengan Bapak K. Solihin Bin Bapak Kiyai Arham Jatitujuh, maka tidak aneh semasa hidupnya beliau selalu banyak berpuasa sampai pada suatu waktu beliau mendalami ilmu Hikmah dan menjalankan amalan Tasawuf yaitu berbait Thoriqoh Qadriyah Wa Naqsabandiyah jalur Tasik dan jalar Keraton Kasepuhan Cirebon bersama Elang Arif.
Hingga perlajanan Hikmah dan Tasawufnya sampai pada titik Ke emasan dengan banyak membantu oarang yang membutuhkan dan bahkan mengobati orang yang sakit lahir dan bathin. Juga sering Qodiran (Hadiyuan) sampai di panggil ke Jakarta di salah seorang Pengusaha.
Perjalanan hidupnya samapai pada pernikahan dengan seorang Janda Kaya berada 2 perkiraan tahun 1946, sebut saja Ibu Keswi Binti Haji Qodir (Almarhumah) yang pada akhirnya beliau oleh Allah Dikarunia keturunan sebanyak 7 orang dengan 4 orang laki-laki dan 3 orang perempuan dengan rincian jelas sebagai berikut:
1. Bapak KH. Muhyidin Aly Syahid yang lahir pada tahun 1948, menikah
    dengan ibu Hajah Marfu’ah binti Haji Sodik memiliki 2 orang anak :
     1. Wa Mae dan 2 . Mutohir
2. Ibu Hodijah sering di panggil Ibu Ijoh menikah dengan Mama Karim bin Haji Tohir Kertajati mempunyai anak:
- Wa Tamim
- Wa Edi Salim
- Kursiah, S.Pd.I
- Samsudin ( Alm) dan
- Nasihin
3. Bapak Hafid menikah dengan istri pertama punya anak namanya Ibu Nok yang menikah dengan Ust. Abdul Basith bin K.H Syatibi Pengasuh Pondok Pesantren Sirojul Athfal Desa Kertajati, dan Bapak Hafid menikah dengan Bi Eru memiliki keturunan anak laki-laki dengan nama Asep Abdul Aziz, S.Pd.I
4. Ibu Iyah Binti Mbah Kiyai Syahid menikah dengan Mang Kus Desa Kertawinangun memiliki keturunan 5 Orang anak
5. Bapak Amsori menikah dengan Ibu Uwar binti Bapak Isro dengan memiliki keturunan 2 orang anak yaitu, Dadang Arief, S.Pd dan Nani Nuraeni, S.Pd
6. Ibu Wasi’ah menikah dengan Bapak yaya memiliki keturunan anak perempuan bernama Aryani sering di panggil “Ai”, setelah talak ibu wasi’ah menikah lagi dengan Aki Memet dari Desa Gandu Mandor tebu dan Makau memiliki keturunan 2 orang anak yaitu: Andi Saefudin dan Aliyudin.
7.Bapak Dr. Ir. Haji Masduki, M.Si  menikah dengan Ibu Hajah Tintin Karyatin, S.Pd.I Binti Bapak H. Kuwu Haruman Desa Bantarjati dan meiliki keturunan 2 anak, yaitu:  Neng Meta dan Febi SE, M.Si
          Itu lah kilas riwayat Tokoh Kertajati Mbah Kiyai Syahid yang waktu itu yang selalu hadir mengikuti perkembangan Kecamatan Kertajati. Dan bahkan menjadi Mursyid Thoriqoh yang dianutnya bahkan menjadi seorang Mursyid dengan akhirnya belaiu selalu memberikan pencerahan kepada murid-muridnya, diantaranya:
1. Ust. Syahroni, dari Cangko
2. Ust. Wawan Bojong
3. Ust. Mahmud Tipar
4. Abah Kaum Emet
5. Abah Umi Radi
6. Bapak Ayi
7. dan lain-lainnya
Demikian cerita ini kami buat bukan apa-apa tapi jujur hanya untuk mengenang Beliau bagi keluarganya dan mudah mudahan ini menjadi lebih manfaat dan berguna untuk umat serta kita mampu menjadi generasi penerusnya. Aamiin. 


KH. Muhyidin Aly Syahid bersama Kang Mahmud dari Desa Tipar yang merupakan Murid Mbah langsung yang samapai saat ini masih mendawamkan ajarannya

Ada tiga makna utama dari momentum hijrah Rasulullah saw yang dapat diterapkan dalam kehidupan masa kini. Pertama, memaknai hijrah Rasulullah sebagai :
1. Hijrah Insaniyyah,
2. Hijrah Tsaqafiyyah, dan 
3. Hijrah Islamiyyah.

Bulan Muharram ini kita lebih memanfaatkan berbagai keutamaan yang disediakan oleh Allah guna meningkatkan ketaqwaan kita kepada-Nya. Karena sesungguhnya Muharram adalah salah satu bulan yang istimewa dan dimuliakan.

Bulan Muharram dalam tradisi Islam memiliki keistimewaan dan sisi kesejarahan yang panjang. Diantara kelebihan bulam Muharram terletak pada hari ‘asyura atau hari kesepuluh pada bulan Muharram. Karena pada hari ‘asyura’ itulah (seperti yang termaktub dalam I’anatut Thalibin) Allah untuk pertama kali menciptakan dunia, dan pada hari yang sama pula Allah akan mengakhiri kehidupan di dunia (qiyamat).
Pada hari ‘asyura’ pula Allah mencipta Lauh Mahfudh dan Qalam, menurunkan hujan untuk pertama kalinya, menurunkan rahmat di atas bumi. Dan pada hari ‘asyura’ itu Allah mengangkat Nabi Isa as. ke atas langit. Dan pada hari ‘asyura’ itulah Nabi Nuh as. turun dari kapal setelah berlayar karena banjir bandang. Sesampainya di daratan Nabi Nuh as. bertanya kepada pada umatnya “masihkah ada bekal pelayaran yang tersisa untuk dimakan?” kemudian mereka menjawab “masih ya Nabi” Kemudian Nabi Nuh memerintahkan untuk mengaduk sisa-sisa makanan itu menjadi adonan bubur, dan disedekahkan ke semua orang. Karena itulah kita mengenal bubur suro. Yaitu bubur yang dibikin untuk menghormati hari ‘asyuro’.
Bubur suro merupakan pengejawentahan rasa syukur manusia atas keselamatan yang Selma ini diberikan oleh Allah swt. Namun dibalik itu bubur suro (jawa) selain simbol dari keselamatan juga pengabadian atas kemenangan Nabi Musa as, dan hancurnya bala Fir’aun. Oleh karena itu barang siapa berpuasa dihari ‘asyura’ seperti berpuasa selama satu tahun penuh, karena puasa di hari ‘asyura’ seperti puasanya para Nabi. Intinya hari ‘syura’ adalah hari istimewa. Banyak keistimewaan yang diberikan oleh Allah pada hari ini diantaranya adalah pelipat gandaan pahala bagi yang melaksanakan ibadah pada hari itu. Hari ini adalah hari kasih sayang, dianjurkan oleh semua muslim untuk melaksanakan kebaikan, menambah pundi-pundi pahala dengan bersilaturrahim, beribadah, dan banyak sedekah terutama bersedekah kepada anak yatim-piatu.
Masalalu yang tersisa ceritanya untuk kita di masa kini. Sejarah memang perlu diingat dan dipelajari demi kemaslahatan masa depan. Dalam rangka menjaga ingatan yang telah melewati bentangan waktu yang bergitu panjang. Manusia membutuhkan tradisi. Yaitu segala macam tata nilai yang masih tersisa hingga kini dari masa lalu. Merawat tradisi sama artinya dengan usaha menghadirkan masa lalu dalam kerangka kehidupan masa kini. Oleh karena itu kita sering merasakan kehadiran tradisi di tengah-tengah kita sebagai sesuatu yang aneh dan lain. Maklum saja karena tradisi merupakan potongan masa lalu yang dihadirkan kembali di masa kini.
Maka menjadi wajar jika orang masa kini terheran-heran melihat munculnya tradisi yang nampak arkaik dan kuno. Banyak sekali orang masa kini yang mengacuhkan dan menyepelekan tradisi, karena dianggap sebagai sesuatu yang mubadzir atau tidak rasional. Perayaan haul, maulidan, baca diba’, dan shalawat lengkap dengan hadrohnya juga syuro-an dianggap sebagai bid’ah dan khurafat. Hal ini sesungguhnya menunjukkan betapa kesedaran orang tersebut akan sejarah sangat dangkal. Mereka tidak mau mengerti dan memahami masa lalunya.
Namun, di sisi lain, tidak baik juga apabila manusia selalu menjunjung dan terlalu silau dengan zaman keemasan masa lalu. Karena sesungguhnya kita hidup pada masa kini. Oleh karena itu manusia masa kini harus mampu menempatkan tradisi agar tidak menggunakannya hanya sebagai asesoris kehidupan. Maka menjadi perlu bagi kita orang muslim merawat tradisi dan juga memaknainya kembali untuk kontekstual masa kini. Begitu pula pentingnya memaknai momentum hijrah Rasulullah saw yang dijadikan pedoman penghitungan masa dalam Islam.
Ada tiga makna utama dari momentrum hijrah Rasulullah saw yang dapat diterapkan dalam kehidupan masa kini.
Pertama, memaknai hijrah Rasulullah sebagai Hijrah Insaniyyah. Sebagai transformasi nilai-nilai kemanusiaa. Perubahan paradigma masyarakat Arab setelah kedatangan Islam dan pola pikir mereka menunjukkan betapa sisi-sisi kemanusiaan dijadikan materi utama dakwah Rasulullah saw. bahwa semua manusia memiliki derajat yang sama, hanya Allahlah satu-satunya Zat yang memiliki perbedaan dengan manusia. Itulah inti kalimat Syahadat bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah.
Pernyataan syahadat ini secara langsung mengeliminir segala macam perbudakan dan penguasaan atas seseorang. Dan inilah yang paling ditakutkan oleh para bangsawan Makkah semacam Abu Jahal pada waktu itu. Karena misi kemanusiaan ini dapat merobohkan dominasi mereka atas para budak belian. Dengan demikian, sungguh Islam telah meletakkan sebuah pondasi tata nilai kemanusiaan. Sebagaimana dengan tegas disampaikan Rasulullah saw dalam khutbahnya ketika haji wada’ yang artinya:
  "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu." (HR. Bukhari dan Muslim).
Kemudian kita harus memaknai momentum hijrah ini sebagai Hijrah Tsaqafiyyah, yaitu hijrah kebudayaan. Hijrah dari kebudayaan jahiliyyah menuju kebudayaan madaniyah. Kebudayaan yang sarat dengan makna dan kemuliaan sebagaimana diperlihatkan oleh Rasulullah dalam tata krama keseharian. Dalam pergaulannya, beliau menghargai dan menggauli semua orang dengan cara yang sama tanpa ada perbedaan. Bahkan lebih dari itu, beliau selalu bertindak sopan dan ramah kepada semua orang tidak pernah pandang bulu. Sebagaimana sabda beliau 
Artinya: Bahwasannya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq.
Inilah sejatinya fondasi kebudayaan dalam kacamata Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemuliaan. Termasuk di dalamnya adalah kebersamaan, gotong royong dan kesetia kawanan. Inilah nilai-nilai yang kini mulai lenyap dari kehidupan kita digantikan dengan individualism dan kapitalime.
Yang ketiga, hijrah sebagai Hijrah Islamiyyah, yaitu peralihan kepeasrahan kepada Allah secara total. Momentum hijrah ini harus kita maknai sebagai upaya peralihan diri menuju kepasrahan total kepada Allah Yang Maha Kuasa. Artinya setelah modernism menggiring kita kepada rasionalisme yang tinggi, hingga menyandarkan kehidupan kepada teknologi. Dan mengandalkan struktur sebuah system. Maka kini saatnya kita berbalik kepada Allah Yang Maha Pencipta. Sadarlah bahwasannya berbagai pertunjukan modernisme semata merupakan hasil kreatifitas manusia belaka.
Oleh karenanya, marilah di awal tahun baru ini kita memulai hidup baru dengan paradigma yang baru sesuai dengan makna hijrah tersebut.
Share:

HUMOR SUFI DALAM CERITA " TIRULAH SIFAT BURUNG MERPATI"



TIRULAH SIFAT MERPATI

K.H. Busro, pengasuh pondok Pesanteren Miftahul Anam, mendapat tugas agar menyampaikan nasihat ketika putri tungal Haji Mas Arifin Martodilogo, mantan pesilat dari desa Sendang Limo, akan menikah alias berumah tangga.
Dalam nasihatnya, Kiai Busro mengibaratkan orang berumah tangga itu seperti  sepasang Binatang.
Para Hadirin tampak senyum–senyum kecil. Namun kedua mempelai yang sedang bersanding tampak merah wajahnya karena malu. Mereka menganggap Kiai telah telah menyamakan mereka dengan sepasang binatang yang berkasih mesra.
Kiai itu melanjutkan Mau’idzah-nya , “ ini hanya ibarat. Ibarat itu kan tidak sebenarnya, hanya semacam perlambang .”
Lalu dua mempelai yang tadinya tersenyum kecut itu kini saling berpandangan gembira.
“Umpama,” kata Kiai Busro, “dua merpati terbang lalu bertengger pada sebatang pohon rindang, keduanya mengumpulkan ranting dan daun-daun pohon yang sudah kering, mengangkatnya bersama-sama menuju suatu tempat yang terpilih. Daun-daun dan rumput kering disusun dengan rapi dan cermat sehingga terbentuklah sarang yang cukup kuat untuk tempat bertelurnya merpati betina”.
“itulah teknologi terapan ala merpati. Jadi, merpati juga mempunyai iptek,” lanjut kiai menyelingi humor sembari tertawa segar.
“ Sedangkan, kesabaran membuat sarang adalah Imtaknya (Iman dan Taqwa) merpati. Sang jantan menunggui si betina yang sedang bertelur sambil bersenandung. Apabila betinanya meninggalkan sarangnya untuk mencari makan, sang jantan menggantikannya mengerami telur-telurnya. Kadang mereka juga bersama-sama mengerami telur-telurnya itu. “ papar Kiai melanjutkan ceritanya soal merpati.
“itulah hubungan erat memberi, dan menerima, sama-sama merasakan susah, sedih, senang dan gembira. Perbuatan yang di contohkan merpati tadi sepatutnya ditiru kita manusia,” tuturnya.
Lalu Kiai melanjutkan perumpamaannya, “Tapi jangan meniru ayam. Baru bertelur sebutir saja, seluruh desa mengetahuinya karena sang jantan dan betina berkotek bersama dengan suara keras.”

“Jangan juga meniru bebek ,” ucapnya. “Karena bebek bertelur dimana-mana, tidak ditempat tertentu. Jangan bersifat sebagai manusia yang tidak menentu tempatnya,” imbuhnya.
Share:

2019/11/23

HUMOR SUFI DALAM CERITA "PAHALA MEMBANTU TETANGGA DAN ANAK YATIM"



PAHALA  MEMBANTU  TETANGGA DAN ANAK YATIM

            Pada Suatu masa ketika Abdullah bin Mubarok berhaji, tertidur di Masjidil Haram. Dia telah bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit lalu yang satu berkata kepada yang lain, “Berapa banyak orang-orang yang berhaji pada tahun ini? “
            Jawab yang lain, “Enam ratus ribu.” Lalu ia bertanya lagi, “Berapa banyak yang diterima?”
            Jawabnya, “Tidak seorang pun yang diterima, hanya ada seorang tukang sepatu dari  Damsyik bernama Muwaffaq, dia tidak dapat berhaji, tetapi diterima hajinya sehingga semua yang haji pada tahun itu diterima dengan berkat hajinya Muwaffaq.” Ketia Abdullah bin Mubarok mendengar percakapannya itu, maka terbangunlah ia dari tidurnya, dan langsung berangkat ke Damsyik mencari orang bernama Muwaffaq itu sehingga ia sampailah ke rumahnya. Dan ketika diketuk pintunya, keluarlah seorang lelaki dan segera ia bertanya namanya. Jawab orang itu, “Muwaffaq.”
            Lalu Abdullah bin Mubarokbertanya kepadanya, “Kebaikan apakah yang telah engkau lakukan sehingga mencapai derajat yang sedemikian itu?”
            Jawab Muwaffaq, “Tadinya aku ingin berhaji tetapi tidak dapat karena keadaanku, tetapi mendadak aku mendapat uang tiga ratus Dirham dari pekerjaanku membuat dan menambal sepatu, lalu aku berniat haji pada tahun ini sedang istriku pula hamil, maka suatu hari dia tercium bau makanan dari rumah tetanggaku dan menyampaikan tujuan sebenarku kepada wanita tetanggaku itu. Jawab tetanggaku, “Aku terpaksa membuka rahasiaku, sebenarnya anak-anak yatimku sudah tiga hari tanpa makanan, karena itu aku keluar memcari makanan untuk mereka. Tiba-tiba bertemulah akau dengan bangkai himar di suatui tempat, lalu aku potong sebahagiannya dan bawa pulang untuk masak, maka makanan ini halah bagi kami dan haram untuk makanan kamu.”
            Ketika aku mendengar jawaban itu, aku segera kembali ke rumah dan mengambil uang tiga ratus dirham dan kuserahkan kepada tetanggaku tadi seraya menyuruhnya membelanjakan uang itu untuk keperluan anak-anak yatim yang ada dalam jagaannya itu. “Sebenarnya hajiku adalah di depan pintu rumahku.” Kata Muwaffaq lagi.
            Demikianlah cerita yang sangat berkesan bahwa membantu tetangga yang dalam kelaparan amat besar pahalanya apalagi didalamnya terdapat anak-anak yatim.

            Rasulullah pernah ditanya, “Ya Rasulullah tunjukan padaku amal perbuatan yang bila kuamalkan akan masuk surga.” Jawab Rasulullah, “Jadilah kamu orang yang baik.”
Share:

NASEHAT MBAH MOEN BUAT KITA SEMUA

Translate

KUMPULAN KITAB TERJEMAHAN


Foto Kepala MA Nurussyahid Kertajati dengan Gus Sauqi Putra Abah KH. Ma'ruf Amin (Wakil Presiden RI)

KEPALA MA BERSAMA PARA PURNAWIRAWAN TNI PADA ACARA MUNAJAT RAJAB

SANTRI MA NURUSSYAHID KERTAJATI PADA ACARA MUNAJAT RAJAB 1440 H

KUNJUNGAN SULTAN SEPUH KE YAYASAN