Madrasah Aliyah Nurussyahid (MANUSA) adalah Sekolah Menengah Atas Setingkat SMA/SMK, Yang berdiri 2013 dengan Unggulan Magang dan Mahir Bahasa Jepang
Niat yang baik akan menghasilkan prasangka yang baik, Prasangka yang baik akan menghasilkan Aqidah yang baik dan Aqidah yang baik akan menghasilkan Akhir yang baik (Khusnul Khotimah). Hidup ini adalah Perjuangan, perjuangan perlu pengorbanan, pengorbanan perlu kecintaan, kecintaan perlu kesungguhan dalam Do'a dan Ikhtiar yang seimbang. kecintaan perlu keikhlasan dan keikhlasan perlu kesabaran, maka Allah berfirman Jadikan Sabar dan Sholat sebagai penolongmu melalui petunjuk sang Guru Mursyid.
Kawan-kawan
Abu Nawas merencanakan akan mengadakan perjalanan wisata ke hutan. Tetapi tanpa
keikutsertaan Abu Nawas perjalanan akan terasa memenatkan dan membosankan.
Sehingga mereka beramai-ramai pergi ke rumah Abu Nawas untuk mengajaknya ikut
serta. Abu Nawas tidak keberatan. Mereka berangkat dengan mengendarai keledai
masing-masing sambil bercengkrama.
Tak
terasa mereka telah menempuh hampir separo perjalanan. Kini mereka tiba di
pertigaan jalan yang jauh dari perumahan penduduk. Mereka berhenti karena mereka
ragu-ragu. Setahu mereka kedua jalan itu memang menuju ke hutan tetapi hutan
yang mereka tuju adalah hutan wisata. Bukan hutan yang dihuni binatang-binatang
buas yang justru akan membahayakan jiwa mereka.
Abu
Nawas hanya bisa menyarankan untuk tidak meneruskan perjalanan karena bila
salah pilih maka mereka semua tak akan pernah bisa kembali. Bukankah lebih
bijaksana bila kita meninggalkan sesuatu yang meragukan? Tetapi salah seorang
dari mereka tiba-tiba berkata,
"Aku
mempunyai dua orang sahabat yang tinggal dekat semak-semak sebelah sana. Mereka
adalah saudara kembar. Tak ada seorang pun yang bisa membedakan keduanya karena
rupa mereka begitu mirip. Yang satu selalu berkata jujur sedangkan yang lainnya
selalu berkata bohong. Dan mereka adalah orang-orang aneh karena mereka hanya
mau menjawab satu pertanyaan saja."
"Apakah
engkau mengenali salah satu dari mereka yang selalu berkata benar?" tanya
Abu Nawas.
"Tidak."
jawab kawan Abu Nawas singkat.
"Baiklah
kalau begitu kita beristirahat sejenak." usul Abu Nawas.
Abu
Nawas makan daging dengan madu bersama kawan-kawannya.
Seusai
makan mereka berangkat menuju ke rumah yang dihuni dua orang kembar bersaudara.
Setelah pintu dibuka, maka keluarlah salah seorang dari dua orang kembar
bersaudara itu.
"Maaf,
aku sangat sibuk hari ini. Engkau hanya boleh mengajukan satu pertanyaan saja.
Tidak boleh lebih." katanya. Kemudian Abu Nawas menghampiri orang itu dan
berbisik. Orang itu pun juga menjawab dengan cara berbisik pula kepada Abu
Nawas. Abu Nawas mengucapkan terima kasih dan segera mohon diri.
"Hutan
yang kita tuju melewati jalan sebelah kanan." kata Abu Nawas mantap kepada
kawan-kawannya.
"Bagaimana
kau bisa memutuskan harus menempuh jalan sebelah kanan? Sedangkan kita tidak
tahu apakah orang yang kita tanya itu orang yang selalu berkata benar atau yang
selalu berkata bohong?" tanya salah seorang dari mereka.
"Karena
orang yang kutanya menunjukkan jalan yang sebelah kiri." kata Abu Nawas.
Karena
masih belum mengerti juga, maka Abu Nawas menjelaskan. "Tadi aku bertanya:
Apa yang akan dikatakan saudaramu bila aku bertanya jalan yang mana yang menuju
hutan yang indah?" Bila jalan yang benar itu sebelah kanan dan bila orang
itu kebetulan yang selalu berkata benar maka ia akan menjawab: Jalan sebelah
kiri, karena ia tahu saudara Kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kiri sebab
saudara kembarnya selalu berbohong. Bila orang itu kebetulan yang selalu
berkata bohong, maka ia akan menjawab: jalan sebelah kiri, karena ia tahu
saudara kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kiri sebab saudara kembarnya
selalu berkata benar.
Sudan
lama Abu nawas tidak dipanggil ke istana untuk menghadap Baginda. Abunawas juga
sudah lama tidak muncul di kedai
teh. Kawan-kawan Abunawas banyak yang merasa kurang bergairah tanpa kehadiran
Abu nawas. Tentu saja keadaan kedai tak semarak karena Abu nawas si pemicu tawa
tidak ada.
Suatu
hari ada seorang laki-laki setengah baya ke kedai teh menanyakan Abu nawas. la
mengeluh bahwa ia tidak menemukan jalan keluar dari rnasalah pelik yang
dihadapi.
Salah
seorang teman Abunawas ingin mencoba menolong.
"Cobalah
utarakan kesulitanmu kepadaku barang-kali aku bisa membantu." kata kawan
Abunawas.
"Baiklah.
Aku mempunyai rumah yang amat sempit. Sedangkan aku tinggal bersama istri dan
kedelapan anak-anakku. Rumah itu kami rasakan terlalu sempit sehingga kami
tidak merasa bahagia." kata orang itu membeberkan kesulitannya.
Kawan
Abunawas tidak mampu memberikan jalan keluar, juga yang lainnya. Sehingga
mereka menyarankan agar orang itu pergi menemui Abunawas di rumahnya saja.
Orang
itu pun pergi ke rumah Abunawas. Dan kebetulan Abu Nawas sedang mengaji.
Setelah mengutarakan kesulitan yang sedang dialami, Abunawas bertanya kepada
orang itu.
"Punyakah
engkau seekor domba?"
"Tidak
tetapi aku mampu membelinya." jawab orang itu.
"Kalau
begitu belilah seekor dan tempatkan domba itu di dalam rumahmu." Abunawas
menyarankan.
Orang
itu tidak membantah. la langsung membeli seekor domba seperti yang disarankan
Abunawas.
Beberapa
hari kemudian orang itu datang lagi menemui Abu Nawas.
"Wahai
Abunawas, aku telah melaksanakan saranmu, tetapi rumahku bertambah sesak. Aku
dan keluargaku merasa segala
sesuatu menjadi lebih buruk dibandingkan sebelum tinggal bersama domba."
kata orang itu mengeluh.
"Kalau
begitu belilah lagi beberapa ekor unggas dan tempatkan juga mereka di dalam
rumahmu:" kata Abunawas.
Orang
itu tidak membantah. la langsung membeli beberapa ekor unggas yang kemudian
dimasukkan ke dalam rumahnya. Beberapa hari kemudian orang itu datang lagi ke
rumah Abu Nawas.
"Wahai
Abu Nawas,aku telah melaksanakan saran-saranmu dengan menambah penghuni rumahku
dengan beberapa ekor unggas. Namun begitu aku dan keluargaku semakin tidak
betah tinggal di rumah yang makin banyak perighuninya. Kami bertambah merasa
tersiksa." kata orang itu dengan wajah yang semakin muram.
"Kalau
begitu belilah seekor anak unta dan peliharalah di dalam rumahmu."kata Abu
Nawas menyarankan
Orang
itu tidak membantah. la langsung ke pasar hewan membeli seekor anak unta untuk
dipelihara di dalam rumahnya.
Beberapa
hari kemudian orang itu datang lagi menemui Abu Nawas. la berkata,
"Wahai
Abu Nawas, tahukah engkau bahwa keadaan di dalam rumahku sekarang hampir
seperti neraka. Semuanya berubah menjadi lebih mengerikan dari pada hari-hari
sebelumnya. Wahai Abu Nawas, kami sudah tidak tahan tinggal serumah dengan
binatang-binatang itu." kata orang itu putus asa.
"Baiklah,
kalau kalian sudah merasa tidak tahan maka juallah anak unta itu." kata
Abu Nawas.
Orang
itu tidak membantah. la langsung menjual anak unta yang baru dibelinya.
Beberapa
hari kemudian Abu Nawas pergi ke rumah orang itu
"Bagaimana
keadaan kalian sekarang?" Abu Nawas bertanya.
"Keadaannya
sekarang lebih baik karena anak unta itu sudah tidak lagi tinggal disini."
kata orang itu tersenyum. "Baiklah, kalau begitu sekarang juallah
unggas-unggasmu." kata Abu Nawas.
Orang
itu tidak membantah. la langsung menjual unggas-unggasnya.
Beberapa
hari kemudian Abu Nawas mengunjungi orang itu.
"Bagaimana
keadaan rumah kalian sekarang ?" Abu Nawas bertanya.
"Keadaan
sekarang lebih menyenangkan karena unggas-unggas itu sudah tidak tinggal
bersama kami." kata orang itu dengan wajah ceria.
"Baiklah
kalau begitu sekarang juallah domba itu." kata Abu Nawas.
Orang
itu tidak membantah. Dengan senang hati ia langsung menjual dombanya.
Beberapa
hari kemudian Abu Nawas bertamu ke rumah orang itu. la bertanya,
"Bagaimana
keadaan rumah kalian sekarang ?" "Kami merasakan rumah kami bertambah
luas karena binatang-binatang itu sudah tidak lagi tinggal bersama kami. Dan
kami sekarang merasa lebih berbahagia daripada dulu. Kami mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepadamu hai Abu Nawas." kata orang itu dengan
wajah berseri-seri.
"Sebenarnya
batas sempit dan luas itu tertancap dalam pikiranmu. Kalau engkau selalu
bersyukur atas nikmat dari Tuhan maka Tuhan akan mencabut kesempitan dalam hati
dan pikiranmu." kata Abu Nawas menjelaskan.
Dan
sebelum Abu Nawas pulang, ia bertanya kepada orang itu,
"Apakah
engkau sering berdoa ?"
"Ya."
jawab orang itu.
"Ketahuilah
bahwa doa seorang hamba tidak mesti diterima oleh Allah karena manakala Allah
membuka pintu pemahaman kepada engkau ketika Dia tidak memberi engkau, maka
ketiadaan pemberian itu merupakan pemberian yang sebenarnya."
Tidak
seperti biasa, hari itu Baginda tiba-tiba ingin menyamar menjadi rakyat biasa.
Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan siapa pun
agar lebih leluasa bergerak.
Baginda
mulai keluar istana dengan pakaian yang amat sederhana layaknya seperti rakyat
jelata. Di sebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang berkumpul. Setelah
Baginda mendekat, ternyata seorang ulama sedang menyampaikan kuliah tentang
alam barzah. Tiba-tiba ada seorang yang datang dan bergabung di situ, la
bertanya kepada ulama itu.
"Kami
menyaksikan orang kafir pada suatu waktu dan mengintip kuburnya, tetapi kami
tiada mendengar mereka berteriak dan tidak pula melihat penyiksaan-penyiksaan
yang katanya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara membenarkan sesuatu yang
tidak sesuai dengan yang dilihat mata?" Ulama itu berpikir sejenak
kemudian ia berkata,
"Untuk
mengetahui yang demikian itu harus dengan panca indra yang lain. Ingatkah kamu
dengan orang yang sedang tidur? Dia kadangkala bermimpi dalam tidurnya digigit
ular, diganggu dan sebagainya. la juga merasa sakit dan takut ketika itu bahkan
memekik dan keringat bercucuran
pada keningnya. la merasakan hal semacam itu seperti ketika tidak tidur.
Sedangkan engkau yang duduk di dekatnya menyaksikan keadaannya seolah-olah
tidak ada apa-apa. Padahal apa yang dilihat serta dialaminya adalah
dikelilirigi ular-ular. Maka jika masalah mimpi yang remeh saja sudah tidak
mampu mata lahir melihatnya, mungkinkah engkau bisa melihat apa yang terjadi di
alam barzah?"
Baginda
Raja terkesan dengan penjelasan ulama itu. Baginda masih ikut mendengarkan
kuliah itu. Kini ulama itu melanjutkan kuliahnya tentang alam akhirat.
Dikatakan bahwa di surga tersedia hal-hal yang amat disukai nafsu, termasuk
benda-benda. Salah satu benda-benda itu adalah mahkota yang amat luar biasa
indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang di surga karena
barang-barang itu tercipta dari cahaya. Saking ihdahnya maka satu mahkota jauh
lebih bagus dari dunia dan isinya. Baginda makin terkesan. Beliau pulang
kembali ke istana.
Baginda
sudah tidak sabar ingin menguji kemampuan Abu Nawas. Abu Nawas dipanggil:
Setelah menghadap Bagiri
"Aku
menginginkan engkau sekarang juga berangkat ke surga kemudian bawakan aku
sebuah mahkota surga yang katanya tercipta dari cahaya itu. Apakah engkau
sanggup Abu Nawas?"
"Sanggup
Paduka yang mulia." kata Abu Nawas langsung menyanggupi tugas yang
mustahil dilaksanakan itu. "Tetapi Baginda harus menyanggupi pula satu
sarat yang akan hamba ajukan."
"Sebutkan
syarat itu." kata Baginda Raja.
"Hamba
morion Baginda menyediakan pintunya agar hamba bisa memasukinya."
"Pintu
apa?" tanya Baginda belum mengerti. Pintu alam akhirat." jawab Abu
Nawas.
"Apa
itu?" tanya Baginda ingin tahu.
"Kiamat,
wahai Paduka yang mulia. Masing-masing alam mempunyai pintu. Pintu alam dunia
adalah liang peranakan ibu. Pintu alam barzah adalah kematian. Dan pintu alam
akhirat adalah kiamat. Surga berada di alam akhirat. Bila Baginda masih tetap
menghendaki hamba mengambilkan sebuah mahkota di surga, maka dunia harus kiamat
teriebih dahulu."
Mendengar
penjetasan Abu Nawas Baginda Raja terdiam.
Di
sela-sela kebingungan Baginda Raja Harun Al Rasyid, Abu Nawas bertanya lagi,
"Masihkah
Baginda menginginkan mahkota dari surga?" Baginda Raja tidak menjawab.
Beliau diam seribu bahasa, Sejenak kemudian Abu Nawas mohon diri karena Abu
Nawas sudah tahu jawabnya.
Foto Muspika Setelah Upacara Hari Sumpah Pemuda yang Ke 91 Tahun 2019 di Kecamatan Kertajati
Pemilihan Kepala Desa Serentak Gelombang 3 Tahun 2019 di 9 (sembilan) Desa Se-Kecamatan Kertajati Majalengka telah usai diselenggarakan, tentunya kegiatan tersebut membuahkan hasil suka dan duka, suka bagi Calon Kepala Desa yang memperoleh dukungan yang menghantarkan pada kemenangan, sebaliknya duka bagi calon Kepala Desa yang belum mendapatkan dukungan masyarakat sepenuhnya, penulis menyampaikan dorongan semangat bahwa kekalahan dalan Pemilihan Kepala Desa adalah sebuah "Keberhasilan yang tertunda" serta jika dihadapi dengan hati yang lapang semua adalah "Amanah" bahwa kita bisa membangun bermitra dengan siapapun untuk membangun Desa, dan yang teramat penting menurut penulis yakinlah bahwa semuanya itu tentunya tidak terlepas dari Takdir Allah SWT.
Dalam 6 (Enam) Poin Pesan Moral Pak Camat kepada para Calon
Kepala Desa pendukung dan pemilih yaitu:
1. Semua
Calon Kepala Desa agar memantapkan kembali mengikuti pilihan hanya untuk ibadah
dan niat karena Allah SWT serta semata-mata untuk kepentingan untuk berbakti
kepada masyarakat secara Ikhlas,
2. Semua
masyarakat yang memiliki hak pilih agar menggunakan hak pilihnya dengan
mendatangi TPS ( Tempat Pemungutan Suara) masing-masing
3. Para Calon Kepala Desa harus siap kalah dan
siap menang
4. Para
Calon Kepala Desa dan Pendukung agar mampu bersikap tenang dan bisa
mengendalikan diri
5. Siapapun nantinya yang terpilih menjadi Kepala
Desa harus di dukung bersama karena hakekatnya sudah merupakan kehendak Allah
SWT dan syareatnya karena kepercayaan masyarakat, dan
6. Pilkades agar dapat dilaksanakan dengan aman, tertib, lancar dan kondusif serta
tidak ada konflik, kerusuhan dan permusuhan serta perpecahan.
Sering dengan telah berakhirnya kegiatan pemungutan dan penghitungan serta penetapan oleh Panitia 11 di TPS dalam Pemilihan Kepala Desa Serentak Gelombang 3 tahun 2019 di 9 (sembilan) Desa Se-Kecamatan Kertajati, maka berdasarkan informasi lewat WA dari Komunikasi dengan Pak Camat Kertajati ( Drs,H. Asep Rukanda, M.Si) dapat kami laporkan hasil Pemungutan terkati dengan Nama Desa, Nama Calon, Nomor Urut, DPT, Suara sah, suara tidak sah, suara tidak terpakai, Hasil Pemungutan suara, serta yang masuk sebagai Kepala Desa terpilih, serta prosentasi partisifasi masyarakat dalam menyalurkan suaranya. di bawah ini adalah Tabel yang telah di buat penulis mengacu kepada Hasil laporan dari Kecamatan Kertajati, sebagai berikut:
1. Tabel Nama Desa DPT dan Surat Suara di 9 Desa Se-Kecamatan
2. Tabel Nama Desa Dan Perolehan Suara Masing-Masing Calon se-Kecamatan Kertajati serta Prosentsi (%) Perolehan Suara
1. Tabel Nama Desa, DPT, Nama Kepala Desa Terpilih, dan Prosentasi Partisifasi Masyarakat dalam menyalurkan hak suaranya
Demikian Laporan ini di tulis untuk menjadi acuan Informasi sekarang dan 6 tahun yang akan mendatang, Penulis menyampaikan terima kasih kepada Pak Camat Drs. H. Asep Rukanda, M.Si yang selalu memberikan informasi terkait perkembangan Pemilihan Kepala Desa Gelombang 3 Tahun 2019 dari awal sampai akhir. semoga informasi ini bermanfaat.
Salam Perdamaian dari Penulis :
Yang Menang senantiasa " Bersyukur" yang belum beruntung Senantiasa " Bersabar".
Semuanya akan di sayang Allah SWT yang Maha Kuasa.
6 (ENAM) PESAN MORAL BAPAK CAMAT
KERTAJATI PADA PEMILIHAN KEPALA DESA SERENTAK GELOMBANG 3 (TIGA) TAHUN 2019 DI
KECAMATAN KERTAJATI BIJB MAJALENGKA
Saat berita ini di tulis
pada Pukul 20.10 WIB, kami mencoba berkomunikasi dengan pak Camat Kertajati Bapak
Drs. H. Asep Rukanda, M.Si melalui WA, Beliau menyampaikan pesan singkatnya
kepada Penulis terkait dengan pemilihan Kepala Desa Serentak gelombang 3 Tahun
2019 yang akan berlangsung pada tanggal 2 Nopember 2019, dari 14 Desa yang ada
di Kecamatan kertajati 9 Desa diantaranya akan melangsungkan Pemilihan Calon
Kepala Desa, dalam WA nya beliau menyampaikan 6 (Enam) pesan Moral dari Pak Camat kepada para Calon Kepala Desa
pendukung dan pemilih yaitu:
1. Semua Calon Kepala Desa agar
memantapkan kembali mengikuti pilihan hanya untuk ibadah dan niat karena Allah
SWT serta semata-mata untuk kepentingan untuk berbakti kepada masyarakat secara
Ikhlas,
2. Semua masyarakat yang memiliki hak
pilih agar menggunakan hak pilihnya dengan mendatangi TPS ( Tempat Pemungutan
Suara) masing-masing
3. Para Calon Kepala Desa harus siap
kalah dan siap menang
4. Para Calon Kepala Desa dan
Pendukung agar mampu bersikap tenang dan bisa mengendalikan diri
5. Siapapun nantinya yang terpilih
menjadi Kepala Desa harus di dukung bersama karena hakekatnya sudah merupakan
kehendak Allah SWT dan syareatnya karena kepercayaan masyarakat, dan
6. Pilkades agar dapat dilaksanakan dengan
aman, tertib, lancar dan kondusif serta tidak ada konflik, kerusuhan dan
permusuhan serta perpecahan. Dalam Komunikasinya lewat WA Pak Camat Kertajati menyampaikan pula data terkait tentang Daftar calon Kepala Desa yang akan mengikuti Pemilihan Kepala Desa serentak Gelombang 3 (tiga) di Kecamatan Kertajati yang sudah terdaftar sampai hari rabu tanggal 9 Oktober 2019 pukul 13.24 WIB. Adapun Desa di Kecamatan Kertajati yang akan melangsukan kegiatan Pemilihan Kepala Desa Serentak 2 Nopember 2019, sebagai berikut:
Selain data Daftar calon Kepala Desa yang akan mengikuti Pemilihan Kepala Desa serentak Gelombang 3 (tiga) di Kecamatan Kertajati yang sudah terdaftar sampai hari rabu tanggal 9 Oktober 2019 pukul 13.24 WIB, juga Bapak Camat Kertajati menyampaikan pula data Pemilih tetap dari tiap-tiap desanya sebagai mana data di bawah ini:
Semoga pemilu serentak Se-Kabupaten Majalengka dan khususnya di Kecamatan Kertajati yang akan dilaksanakan Hari sabtu tanggal 2 Nopember tahun 2019 dapat dilaksanakan dengan aman, tertib, lancar dan kondusif serta tidak ada konflik, kerusuhan dan permusuhan serta perpecahan. (Semoga)
Bulan Rabi'ul Awwal adalah bulan
ketiga dari bulan-bulan Hijriyah, bulan dilahirkannya makhluk yang paling
dicintai oleh Allah SWT yaitu junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beliau adalah
paling mulianya penduduk langit dan bumi. Beliau adalah Sayidussholihin,
sayidul Insi wal jin, sayidul kaunaen, dll
Bangga dengan hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW termasuk dalam kategori mengagungkan syi'ar- syaiar (tanda-tanda
keagungan) agama, juga termasuk am kategori takwa, sebagaimana firman Allah SWT
Dalam surat Al-Haj ayat 32:
Artinya: "Dan Barang siapa mengagungkan syi'ar-syi’ar Allah,
maka sesungguhnya itu (timbul) dari ketakwaan hati"
•Diantara amalan-amalan
yang dianjurkan dalam bulun Rabi'ul Awwal adalah:
1-MEMPERBANYAK /'MEMBACA SHALAWAT KEPADA
BAGINDA NABI MUHAMMAD SAW
Dianjurkan memperbanyak membaca
Sholawat kepada Nabi Muhammad SAW lebih dari hari-hari yang lain, karena
tatkala seorang muslim yang mencintai kepada Nabi Muhammad SAW memperbanyak shalawat
kepada beliau maka dia telah menunaikan perintah Allah SWT, sebagaimana firman
Allah SWT dalam Surat Al-Ahzab)
Artinya: "Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi, Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Al Ahzab :56) |
Dan dikarenakan kadar kedekatan seseorang dengan Nabi Muhammad SAW
pada hari kiamat tergantung dari banyaknya shalawat yang telah dia baca
untuk beliau SAW. Sebagaimana Hadis sebagai berikut:
Foto Pada Saat Kegiatan Monev PKM oleh DRPM Kemenristek Dikti di Ruang Ruang Rapat Rektoriat Universitas Gunung Jati (UGJ) Cirebon 2019
1. Sejarah Unswagati UGJ
Universitas Swadaya Gunung Jati (UNSWAGATI) didirikan pada
tanggal 16 Januari1961 dengan tujuan membantu
pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan, khususnya pembangunan sumber
daya manusia melalui pendidikan tinggi. Hal itu dirasakan perlu, karena pada
saat itu banyak lulusan Sekolah Menengah Atas Cirebon yang pergi ke kota-kota besar
seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta untuk dapat mengikuti
pendidikan tinggi. Tentu, dalam pelaksanaannya menyedot biaya besar.
Prakarsa masyarakat untuk mendirikan sebuah perguruan tinggi mendapat respons positif
dari kalangan institusi resmi pemerintah, baik sipil maupun militer serta
masyarakat pendidik yang ada di Cirebon. Maka didirikanlah Yayasan Pendidikan
Swadaya Gunung Jati dengan Akta Notaris Mr. Djoko Mardedjo nomor 29 tanggal 16 Januari1961.
Universitas Swadaya Gunung Jati (UNSWAGATI) sebagai lembaga
pendidikan tinggi pada awal- awal tahun pendiriannya belum mempunyai ruang
kuliah yang tetap. Tahun 1967 Unswagati memperoleh kampus tetap, yaitu bekas
SMA Garuda (sekarang SMA Negeri 2 Cirebon),
sebuah sekolah yang berada di bawah naungan BAPERKI yang diambil alih oleh
pemerintah karena terlibat G. 30 S. PKI.
Pada saat baru berdiri Unswagati hanya mempunyai dua fakultas,
yaitu Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi, yang jumlah mahasiswanya ketika itu
banyaknya lebih kurang 300 mahasiswa. Kemudian pada tahun 1979 IKIP
PGRI Ciwaringin Cirebon bergabung dalam lingkungan Unswagati menjadi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Pada tahun1983 didirikan
tiga fakultas baru, yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas
Pertanian, dan Fakultas Teknik. Pada tahun 2001 Unswagati membuka dua program
pascasarjana (S2), yaitu Magister Ilmu Administrasi, dan Magister Ilmu
Pertanian.
Pada tahun 2004 Unswagati mendapat
izin untuk penyelenggaraan Program Studi Ilmu Komunikasi jenjeng sarjana (S1)
dan pada tahun 2005 Unswagati mendapat izin untuk
menyelenggarakan program pascasarjana (S2) Program Studi Ilmu Hukum dengan
konsentrasi Hukum Bisnis dan Otonomi Daerah dari Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Pada Tahun 2008 Unswagati
resmi mendirikan Fakultas Kedokteran.
Di bawah Yayasan Pendidikan Swadaya Gunung Jati, UNSWAGATI terus
mengalami perkembangan yang cukup berarti. Sampai dengan wisuda periode April
tahun akademik 2007/2008, UNSWAGATI telah meluluskan 2.794 Program Diploma
III/Sarjana Muda, dan 10.400 sarjana dari 12 (dua belas) program studi sarjana
(S1) dan 3 (tiga) program Pascasarjana yang ada di lingkungan Unswagati, yaitu
Fakultas Hukum: Program Studi Ilmu Hukum. Fakultas Ekonomi: Program Studi
Manajemen, Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan dan, Akuntansi. Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Matematika, dan Pendidikan Ekonomi.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Program Studi Ilmu Administrasi Negara
dan Ilmu Komunikasi. Fakultas Pertanian: Program Studi Agroteknologi dan
Agribisnis. Fakultas Teknik: Program Studi Teknik Sipil. Untuk Program
Pascasarjana sampai dengan wisuda periode April Tahun Akademik 2007/2008 telah
meluluskan 159 Magister yaitu Program Studi Ilmu Tanaman dengan Konsentrasi
Teknologi Pascapanen Hasil Pertanian, Program Studi Ilmu Administrasi dengan Konsentrasi
Administrasi Publik dan Program Studi Ilmu Hukum dengan Konsentrasi Hukum
Bisnis dan Otonomi Daerah. Dengan demikian jumlah lulusan/alumni yang telah
dihasilkan Unswagati sampai dengan wisuda periode April tahun akademik
2007/2008 sebanyak 13.325 orang.
Sampai dengan tahun akademik 2007/2008, telah banyak kemajuan
yang telah dicapai baik dalam sarana dan prasarana fisik, maupun non-fisik guna
menunjang aplikasi tridarma perguruan tinggi. Namun, tidak dimungkiri masih
tidak sedikit permasalahan yang belum dituntaskan atau belum disempurnakan
pelaksanaannya. Oleh karena UNSWAGATI membuka peluang segenap elemen masyarakat
wilayah Cirebon untuk terus dapat berperan aktif
memberikan masukan dalam rangka membangun UNSWAGATI menjadi kebanggaan
masyarakat dalam menciptakan kader-kader bangsa unggulan pada masa depan.
Hingga tahun 2014 Unswagati telah
memiliki gedung baru yang berada di Kampus Utama Unswagati dengan 10 kelas, dan
gedung Tunas Gunung Jati atau Kampus IV Unswagati (di belakang Kampus II
Unswagati) yang memiliki tiga lantai untuk 6 kelas untuk Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan..
Sekilas
Pada awalnya perguruan tinggi ini berpindah-pindah kampus di
ruang-ruang kantor milik Korem 063/SGJ.
Baru tahun 1967 universitas yang dikenal dengan
sebutan Unswagati menempati bekas gedung SMA Garuda
milik Baperki. Mula-mula Unswagati hanya mempunyai Fakultas Hukum dan Fakultas
Ekonomi. Lalu pada tahun 1979, IKIP PGRI Ciwaringin Cirebon bergabung menjadi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Tahun 1983 dibuka pula tiga fakultas yaitu
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Fakultas Teknik dan Fakultas
Pertanian.
Setelah ziarah di Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Raden Fattah dan Kiai Sholeh Darat, pukul 19. 05 bersilaturahmi di Kaliwungu Kendal.
Kami bahagia bertemu sosok yang dalam beberapa kesempatan, Gus Dur menyebutnya, “ Kang Maman. Ada dua orang yg sering membuat saya rindu untuk bertemu: Kiai Dimiyati Rais dan Kiai Abdurrahman Chudhori”.
Di teras depan rumah Abah Dim, demikian kami memanggilnya, Saya menyaksikan para santri dan masyarakat berseliweran.
Inilah salah satu kekhasan “Kiai Pesantren”: yaitu hadir di tengah masyarakat dan santri yang mencintainya.
Setelah Putera Abah Dim, Gus Alamuddin, Sahabat sesama di DPR RI, meminta saya masuk ke rumah, saya langsung mencium tangan Guru Mulia ini. Kulekatkan tatapan ke wajah Abah yang bercahaya.
“ Abah, saya haturkan silaturahmi. Mohon doa tuk saya, istri, anak cucu dan para Santri. Saya juga mohon amalan agar istiqomah”, saya mencoba memecah kesunyian. Karena agak lama Abah hanya tersenyum tanpa berkata apapun.
Alih-alih menjawab, Abah terlihat memberi isyarat pada santrinya untuk mengganti
aqua gelas dengan minuman botol.
Setelah datang aqua botol Abah menyuruh menyiapkan gelas. Dan dengan tangannya sendiri, dua kaleng kueh dibukakan tuk dihidangkan pada kami.
Subhanallah. Memuliakan tamu (Ikrom adh-dhuyuf) memang menjadi akhlak mulia para Guru Pesantren.
Tapi hati saya mulai gelisah.
Dalam pikiranku berkecamuk mungkin karena dosaku Abah Dim tidak mau menjawab permohonanku. Atau karena nafsu dunyawiku, Abah cukup memberiku air minum dan kueh. Bukan nasehat dan doa.
Astagfirullah al-adzim min kulli dzambin adzim. Ya Allah.
Sedikit memaksa, saya bilang,
“ Abah, mohon doanya, kami mendirikan pesantren Al-Mizan tahun 1999. Tantangannya banyak. Dari yang menuduh kami ahli bid’ah hingga masyarakat yg masih “ngagem” ilmu Siliwangi”.
Abah langsung menatapku tajam.
Beliau menjawab, “ kenapa dengan Siliwangi?. Sebelum Wali Songo, penyebaran Islam telah berlangsung. Kian Santang dan Larasati dididik Syeikh Qurra. Dan melahirkan Syeikh Syarif Hidayatullah. Bahkan Patih Gajah Mada pun masuk Islam. Wali Songo mengorganisir Dakwah Islam hingga lebih meluas dan syiarnya menyentuh khalayak ramai. Pengenalan, penyebaran dan penguatan jadi pola dakwah saat itu”.
Abah Dim meneruskan pembicaraan.
“ Sekarang banyak pesantren berdiri dan santrinya banyak. Lebih banyak secara kuantitas. Tapi Kiai yang alim dan alamah sangat sedikit”, Mbah Dim menarik nafas dalam. Berat.
Dulu Perjuangan Para Wali diteruskan para Ulama yang alim alamah. Yang mendakwahkan Islam dengan dasar keilmuan dan akhlak yang bisa menjawab persoalan di tengah kehidupan masyarakat.
Ada satu generasi emas yang berhasil menguatkan kehidupan yang Islami.
Yaitu masa Kiai Sholeh Darat, Kiai Sholeh Tuban, Kiai Sholeh Gresik, Kiai Anwar Batang, Kiai Abdul Karim Kaliwungu, kiai Cholil Bangkalan, Kiai Nawawi Banten dll, yang disamping penguasaan keilmuannya luas, mereka sering bertemu berkomunikasi untuk mencari solusi persoalan masyarakat.
Mereka adalah para Guru Besar yang melahirkan sosok-sosok besar seperti Hadratus Syaikh Kiai Hasyim Asyari, Soekarno, Kartini dll.
Pertemuan Alas Roban
Ada hal menarik, seperti saat pertemuan di Alas Roban, di tempat Kyai Anwar.
“ Dulu kyai-kyai bertemu di Hutan. Sekarang di Hotel”, sindir Mbah Dim
Kyai Cholil Bangkalan melakukan silaturahmi dari Madura ke arah barat sedangkan kyai Nawawi Banten sedang melakukan silaturahmi ke arah timur, maka keduanya bertemu di Alas Roban.
Dari pagi hingga pukul 15.15 Mereka berdiskusi. Tiba-tiba Kiai Nawawi berdiri dan keluar sambil memberi isyarat kepada Kiai Cholil Bangkalan untuk mengikutinya.
“ Pegang tangan saya, kita sholat di Masjidil Haram”, kata Kiai Nawawi Banten. Dan seketika keduanya telah ada di Mekah.
Perbedaan waktu 4 jam yang memungkinkan keduanya datang pukul 11.15 dan sempat nunggu dhuhur berjamaah.
“ Kita masih ada waktu untuk itikaf dan baca Quran sambil nunggu waktu Dhuhur. Setelah berjamaah kita langsung Jama’ dg Asar. Kita harus kembali ke Alas Roban”, jelas tokoh ulama Jawa di Mekah ini.
Kedua ulama besar itu dianugerahi karomah karena ilmu dan keistiqomahannya.
Di Pemakaman Ma’la di Mekah ada 3 makam yang masih utuh jasad isi makam tersebut saat ada pembenahan komplek pemakaman. Yaitu makam Syeikh Mahfudz At-tirmisy, Syeikh Nawawi dan satunya Ulama dari Sumatara.
“Nah, sanad keilmuan ulama kita itu terjamin. Seperti Hadits yang diajarkan Kiai
Hasyim di Tebuireng itu dari Syeikh Mahfudz”, tegas Abah Dim.
Di samping hubungan keilmuan yang erat dan pertemuan yang intensif, para Ulama kita dipererat oleh hubungan yang bersifat personal dan juga hal lain seperti pernikahan.
(Saya ingat kisah-kisah unik tentang Kiai, pesantren dan sanad keilmuan dari Almarhum Abah tercinta: kiai Amin Gedongan)
“ Kiai Nawawi Banten itu sebelum kembali ke Mekah lagi pernah mukim sebentar di Banten. Menikah. Nah mantan istrinya ada yang dinikahi oleh Kiai Asnawi Kudus”, tambah Abah.
Kiai Sholeh Darat
Abah Dim punya cerita menarik tentang Kiai Sholeh Darat Semarang. Saat diminta kartini menerjemahkan Quran ke dalam bahasa Jawa Biasa , Kiai Sholeh menolak. Cukup dengan Jawa Pegon agar Belanda tidak mengerti.
Kiai Sholeh punya mantu Kiai Idris Jamsaren Solo. Kiai Idris punya anak Abu Amar. Orang-orang itu Alim Alamah. Putera Abu Amar Yaitu Ali Darakah, orang Muhamadiyah.
(Saya kurang bisa menangkap nama-nama yang disebut Abah. Mohon koreksi bila saya salah. Yang saya tangkap Kyai Sholeh Darat agak terlupakan karena salah satu cucunya Muhamadiyah yang tidak suka ziarah dan ga boleh ada Haol)
Abah Dim kembali lama terdiam . Saya sempat mau memohon kembali soal amalan agar istiqomah, tapi tiba-tiba Beliau meneruskan cerita alas robban, “
Nah, Kang Maman. Kiai-kiai yang kumpul di Alas Roban itu iatiqomah membaca ‘assabiyyat, tujuh ayat utama ‘, saat menunggu Kiai Cholil dan Kiai Nawawi Mereka terus membaca ayat-ayat itu. Padahal Belanda mengepung hutan tersebut. Saat itu yang dibaca Al-Ikhlas. Jadi yang terdengar Belanda adalah Huu...huuu...huuu”.
Pukul 20. 30 Kami pamit karena harus mengisi pengajian di Pondok Tahfidul Quran yang dipimpin Kiai Ali Shodiqun al Hafidz, yang disebut Gus Alam sebagai Kiai Ali Suwuk.
Alhamdulillah, Saya kembali bertemu dengan Abah Dim, Nyai dan Para Puteranya. Hadir juga Keluarga Kiai Adib Hasan Noor. Inilah kekhsaan lain Kiai Pesantren. Saling berkunjung dan menguatkan pesantren-pesantren baru yg dirintis Kiai-kiai Muda.
Usai doa, di hadapan Kiai-Kiai muda, Abah kembali mengingat bahwa, “ hari ini pesantren lebih banyak dari masa lalu. Tapi Ulama yang Alim dan Alamah sangat sedikit”.
Pukul 12. 45 Abah Cerita Kiai Abul Fadhol bin Abdul Syakur, berasal dari Senori Tuban (Jawa Timur).
“ Kiai Fadhol itu alamah. Tapi sangat tawadhu’, sederhana dalam penampilan, dan rendah hati. Saat takziah di pemakaman Kiai Zubaer, tidak satupun yang mengenal Kiai Fadhol yang berpakain sederhana dan kopiah yang sudah agak menguning. Baru setelah Kiai Maemun cium tangan dan menyambut hangat, orang-orang baru tau ini toch Ulama Besar dari Senori itu”.
Subhanallah.
Terima Kasih Abah Dim. Kami santri Abah mendapat Kisah-kisah penuh berkah dari Abah. Semoga tetap sehat dan sabar membimbing kami agar istiqomah memperjuangkan Islam Ahlussunah Wal Jamaah ala NU.